Di Paksa Menikah - Chapter 157 BAB 154
Keesokan harinya, Ricko menghubungi Romi supaya membawa ponsel keluaran terbaru dari pabrik cabang miliknya yang bergerak di bidang ponsel. Ponsel itu belum beredar, dan akan lounching bulan depan, tapi Ricko ingin memberikan ponsel terbaru itu pada istrinya.
“Mas Ricko enggak kerja?” tanya Intan saat sarapan bersama.
“Enggak. Aku mau menemanimu di rumah hari ini,” jawab Ricko lalu menyuap nasinya.
“Ponselku gimana Mas?” tanya Intan sudah tidak sabar, karena ia terbiasa menggunakan sosial media dan chat ria bersama ketiga sahabatnya di dalam grup whatsapp.
“Tunggu saja, nanti Romi yang akan mengantarkannya ke sini,” jawab Ricko dengan tenang.
Sore hari, Romi datang membawa ponsel beserta sim card baru untuk Intan sesuai dengan permintaan Ricko. Ia harus mondar – mandir ke sana ke mari untuk mengurusi ponsel baru Intan.
Dari rumah, Romi harus pergi ke perusahaan ponsel milik Ricko yang cukup jauh dari rumahnya. Setelah itu, ia kembali pulang karena harus menyalin kontak dari ponsel Vina ke ponsel baru Intan. Romi merasa sangat lelah, tapi ia tidak berani mengeluh karena bagaimanapun Ricko adalah bosnya.
Setelah memberikan ponsel baru pada Ricko, Romi segera pamit pulang karena sudah sore dan itu waktunya dia untuk pulang dari bekerja.
Ricko membawa ponsel itu ke lantai atas di mana Intan sudah menunggunya di dalam kamar. Ricko memberikan ponsel itu pada Intan dan Intan menerimanya dengan penuh semangat.
“Terima kasih Mas,” ucap Intan lalu memeluk dan mengecup pipi Ricko.
Ricko tersenyum sambil membelai pipinya, ia tidak menyangka Intan akan sampai memeluk dan menciumnya hanya karena memberikan ponsel baru. Jarang – jarang Intan punya inisiatif untuk mencium Ricko terlebih dahulu.
Intan mulai mencoba ponsel barunya itu. Hal pertama yang ia buka adalah kamera. Ia pun mengarahkan kamera ponsel itu ke arah wajahnya. Saat Intan mengambil gambarnya, Ricko dengan isengnya menaruh jari telunjuk dan jari tengahnya di puncak kepala Intan.
Saat Intan melihat hasil fotonya, ia menjadi terkejut dan cemberut lalu memukul lengan Ricko.
“Mas Ricko! Nyebelin ah!” ujar Intan lalu menghapus foto itu dan hendak mulai mengambil gambar lagi, tapi ponsel itu direbut Ricko.
“Mas Ricko mau apa?” tanya Intan heran.
“Kita foto bersama,” jawab Ricko lalu menempel pada tubuh Intan dan memeluk bahu Intan dengan tangan kirinya. Setelah itu ia mengarahkan kamera ponsel ke arahnya yang sedang memeluk Intan. Intan dan Ricko sama – sama tersenyum.
“Wah … bagus banget hasil jepretannya Mas,” Intan takjub dengan hasil jepretan kamera ponsel barunya setelah melihat hasil fotonya.
“Tentu saja, 30MP itu kamera depan belakangnya,” jawab Ricko.
“Wah … pantesan bening daripada kamera ponselku yang lama, hanya 2MP sih. Oh iya, ini harganya berapa Mas?” tanya Intan lagi.
“Lima belas juta, karena kamu istriku jadinya gratis. Cukup tidur telentang dan telanjang tiap malam itu sudah cukup,” jawab Ricko menggoda. Intan pun melotot lalu memukul lengan Ricko yang nakal.
“Nomor ponselnya berapa Mas? Cantikkah?” tanya Intan sambil mengecek kontak di ponsel barunya.
“081234567890 itu nomor barumu,” jawab Ricko sambil tersenyum lucu.
“Mas! Jangan bercanda mulu napa?” Intan mengira Ricko sedang menggodanya.
“Beneran itu nomor barumu sayang. Kalau tidak percaya, aku telepon sekarang nih,” Ricko mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu menelepon nomor baru Intan. Tidak berapa lama ponsel baru Intan berdering.
Intan pun mendengus dengan kesal. Ia mengira nomor cantiknya akan banyak angka kembar, tapi ternyata hafalan anak paud. Ricko pun tertawa melihat Intan yang kesal terus – terusan dari tadi.