Di Paksa Menikah - Chapter 163 BAB 160
Siang hari ketika jam istirahat, Ricko menjenguk Rossa di rumah sakit bersama Romi. Ia tidak mau menjenguk Rossa sendirian takut ada berita yang tidak-tidak seperti dulu. Apalagi sekarang ia sudah menikah dan istrinya sedang hamil.
Setelah bertanya di bagian informasi, Ricko dan Romi menuju kamar di mana Rossa berada. Ketika Ricko akan mengetuk pintunya, tiba-tiba pintu terbuka dan tampaklah Bu Alda hendak keluar ruangan.
“Ricko?” Bu Alda terkejut saat melihat Ricko di depan pintu. Bu Alda pun segera keluar dan menutup pintunya. Ricko dan Romi mengerutkan dahinya tidak mengerti.
Bu Alda menjelaskan keadaan Rossa pada Ricko di luar ruangan. Ia megatakan ketika dokter memeriksa Rossa tadi pagi, dokter mengatakan bahwa Rossa mengalami hilang ingatan parsial. Yang Rossa ingat ia masih berpacaran dengan Ricko. Ia tidak ingat kejadian apapun bersama Boy.
“Jadi, tante mohon Rick, bantu Rossa untuk mengingat kembali … “ ucap Bu Alda pada Ricko memohon.
“Bagaimana caranya?” tanya Ricko tidak mengerti maksud Bu Alda.
“Berpura-puralah menjadi pacarnya,” balas Bu Alda. Romi dan Ricko terkejut mendengar kata-kata Bu Alda.
“Maaf, saya tidak bisa Tante … “ Ricko menolak permintaan Bu Alda. Jika ia melakukan itu, ia yakin Intan akan marah dan sakit hati.
“Tante mohon Rick … “ Bu Alda memohon sambil menyatukan kedua telapak tangan di depan dadanya. Matanya sudah berkaca-kaca. Rossa adalah anak perempuan satu-satunya yang ia miliki.
Ricko menoleh pada Romi seolah-olah meminta saran. Namun Romi tidak mau ikut campur dalam urusan pribadi Ricko. Ia hanya mengangkat kedua bahunya. Ricko melengos kesal melihat ekspresi Romi.
“Boleh saya melihat keadaan Rossa sekarang ini Tante?” tanya Ricko pada Bu Alda.
“Iya boleh … boleh Rick. Sekalian tolong jagain Rossa sebentar ya, tante mau keluar beli makanan,” balas Bu Alda pada Ricko.
“Baik Tante … “ Ricko menyetujui permintaan Bu Alda.
Setelah Bu Alda pergi, Ricko membuka pintu kamar Rossa dan masuk ke dalam bersama Romi. Ketika pintu terbuka, Rossa melihat ke arah pintu dan melihat Ricko. Ia merasa senang akhirnya Ricko datang.
“Sayang … akhirnya kamu datang,” ucap Rossa pada Ricko. Ricko yang mendengar sapaan Rossa tercengang sejenak. Dadanya berdebar-debar seketika. Begitu juga dengan Romi, ia tidak menyangka Rossa akan menyapa Ricko dengan panggilan sayang.
“Ah … iya, maaf baru bisa menjengukmu sekarang,” jawab Ricko sedikit canggung.
“Tidak apa-apa, aku tahu kamu sibuk,” balas Rossa seraya tersenyum.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Ricko sambil duduk di kursi samping ranjang Rossa. Sedangkan Romi duduk di sofa yang tidak jauh dari tempat duduk Ricko.
“Sudah lebih baik, tapi kepalaku masih sakit … “ jawab Rossa manja dengan memegangi kepalanya.
“Perbanyaklah istirahat, jangan memikirkan hal-hal yang tidak perlu … “ balas Ricko sambil tersenyum. Hati Rossa merasa hangat saat melihat senyum Ricko.
Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba seorang perawat masuk membawakan makan siang untuk Rossa. Setelah menaruh makanan itu di meja samping tempat tidur Rossa, perawat itu pergi.
“Sayang, aku lapar. Bisakah kamu menyuapiku?” pinta Rossa. Tentu saja Ricko tidak bisa menolak permintaan Rossa, apalagi melihat keadaan Rossa yang seperti itu. Ricko pun mengambil bubur itu dan terpaksa menyuapi Rossa karena tidak ada orang lain lagi yang akan membantu Rossa. Rossa merasa senang Ricko mau menyuapinya. Romi geleng-geleng kepala melihat betapa manjanya Rossa pada Ricko.