Di Paksa Menikah - Chapter 165 BAB 162
Malam minggu
Romi sedang melihat bayangannya di depan kaca di dalam kamarnya. Ia ingin tampil yang terbaik malam ini. Karena pintu kamarnya sedang terbuka lebar, otomatis Vina yang kebetulan lewat melihat tindakan Romi yang sedang bertingkah di depan kaca. Ia pun segera masuk seperti biasanya tanpa permisi.
“Kakak mau ke mana?” tanya Vina sambil duduk di tepi tempat tidur Romi.
“Mau tahu aja,” jawab Romi cuek.
“Mmm kayaknya ada yang punya pacar ni sekarang?” tanya Vina menyelidik sambil melipat lengan di dadanya.
“Bukan urusanmu,” balas Romi lalu bersiap-siap pergi.
“Kakak, jangan lupa kenalkan padaku juga … “ ujar Vina sebelum Romi pergi.
Romi berbalik dan berkata sambil tersenyum, “Doakan semoga berhasil.”
“Siap!” balas Vina dengan semangat.
Rumah Pak Bambang
Di dalam kamar, Sita sedang duduk di depan meja riasnya. Ia menanti kedatangan Romi. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Ia menempelkan telapak tangan pada dadanya dan merasakan debaran jantung di dadanya.
“Ada apa ini? Kenapa rasanya berdebar-debar?” gumam Sita saat menyentuh dadanya.
Tidak lama kemudian Romi sampai di depan rumah Sita. Ketika ia keluar dari mobilnya, ia menghirup nafas dalam-dalam melalui hidungnya lalu menghembuskannya dengan kasar melalui mulutnya. Ia berjalan menghampiri pintu rumah Sita lalu memencet belnya. Setelah memencetnya dua kali muncullah Bi Sumi membukakan pintu.
“Nyari siapa Mas?” tanya Bi Sumi saat melihat Romi.
“Sita … “ jawab Romi seraya tersenyum.
“Silakan masuk Mas … “ balas Bi Sumi mempersilakan. Romi pun masuk dan duduk di ruang tamu.
Bi Sumi masuk untuk memanggil Sita di kamarnya di lantai atas. Tidak lama kemudian Pak Bambang muncul ke ruang tamu dan berdehem dengan keras. Romi menjadi salah tingkah sendiri karena terlalu gugup.
“Om … “ sapa Romi lalu mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Pak Bambang. Pak Bambang pun menerimanya.
“Romi?” Pak Bambang baru ingat Romi temannya Ricko.
“Iya Om … “ balas Romi sopan.
Sementara itu di lantai atas, Bi Sumi mengetuk pintu kamar Sita dan mengatakan ada seorang pemuda yang mencarinya. Sita pun keluar dan segera turun. Ia sangat yakin kalau itu Romi yang datang.
Sesampainya di ruang tamu, Sita melihat Romi sedang berbincang-bincang dengan Pak Bambang. Ia pun menghampiri Romi.
“Kak Romi maaf ya … “ ucap Sita sambil menyatukan kedua telapak tangan di dadanya. Romi mengeryitkan dahinya tidak mengerti.
Kenapa Sita masih belum ganti baju? Batin Romi.
“Papa melarang kita makan di luar, jadi malam ini kita makan di rumah … “ imbuh Sita menjelaskan. Pak Bambang mendengarkan sambil tersenyum.
“Oh iya tidak apa-apa … “ balas Romi seraya tersenyum.
“Silakan masuk Kak, anggap rumah sendiri … “ ucap Sita mempersilakan Romi dengan sopan dan mengajaknya ke ruang makan. Pak Bambang berdiri dan Romi mengikutinya.
Sesampainya di ruang makan, di sana tampak Bu Sofi sedang mempersiapkan makanan bersama Bi Mina dan Bi Sumi. Pak Bambang duduk diikuti Sita, Bu Sofi, dan Romi. Setelah itu mereka mulai makan di tengah keheningan. Romi merasa jantungnya deg-deg-an. Ini pertama kalinya ia makan malam di rumah seorang wanita. Sambil makan, Romi melirik Sita yang sedang makan di depannya. Pak Bambang melihatnya dan berdehem. Romi merasa terkejut dan menjatuhkan garpu di tangannya.
“Maaf … maaf … “ ucap Romi sambil tersenyum paksa. Ia jadi salah tingkah tidak karuan. Sita tersenyum tertahan melihat tingkah Romi yang lucu.