Di Paksa Menikah - Chapter 168 BAB 165
Di dalam mobil Ricko menunduk sambil memainkan ponselnya dengan kaca terbuka. Tidak lama kemudian Dina lewat di samping mobil Ricko karena hendak masuk ke dalam kelas. Saat Dina menoleh, ia melihat wajah tampan Ricko yang sedang memainkan ponselnya di dalam mobil. Dina membelalakkan matanya karena terkejut sekaligus bahagia, tapi Dina tidak menyapa Ricko karena ia harus segera masuk ke dalam kelas. Ricko pun tidak memperhatikan orang di sekitarnya karena terlalu fokus dengan ponselnya.
Sesampainya Dina di dalam kelas, ia menghampiri Rena yang sedang duduk di kursi depan kelas dengan raut muka berseri – seri.
“Ren, tahu enggak, barusan aku melihat laki – laki yang aku ceritain sama kamu waktu aku pergi ke Singapura,” ujar Dina pada Rena.
“Di mana?” tanya Rena cuek tanpa menoleh ke Dina.
“Di area parkir,” jawab Dina dengan antusias.
“Yuk kita ke sana, aku juga penasaran,” ajak Rena sambil menarik tangan Dia hendak mengajaknya pergi.
“Ren, udah jam berapa ini? Nanti Kak Ali marah,” ucap Dina menolak karena sudah waktunya acara pembukaan dimulai. Rena pun melihat jam di pergelangan tangannya dan mengurungkan niatnya.
Tidak berapa lama Ali masuk ke dalam ruang kelas untuk memulai pembukaan ospek. Pandangannya tertuju pada Intan yang kebetulan duduk di bangku paling depan.
“Assalamu’alaikum dan selamat pagi mahasiswa baru … “ sapa Ali di depan kelas.
“Wa’alaikum salam … selamat pagi juga Kak … “ jawab semua yang ada di ruangan itu.
Ali pun berpidato sebentar sebagai pembukaan disambung dengan sambutan dari beberapa dosen. Setelah itu semua mahasiswa baru disuruh keluar untuk melakukan pemanasan dengan lari lapangan lima kali. Ali melihat Intan yang tengah hamil besar, ia menjadi tidak tega. Ia mendekati Intan yang hendak keluar dari ruang kelas.
“Siapa namamu?” tanya Ali pada Intan.
“Intan Kak … “ jawab Intan seraya tersenyum.
“Kenapa tidak izin saja? Bagi yang hamil tidak wajib mengikuti ospek kok,“ ujar Ali dengan lembut.
“Tidak apa-apa Kak, saya bosan di rumah terus … “ balas Intan sambil memegangi perutnya yang besar karena hamil kembar.
“Tidak. Kamu tidak boleh ikut lari. Itu akan beresiko terhadap kandunganmu. Mari kuantar ke ruang kesehatan saja,” ajak Ali. Intan pun menyetujuinya.
Di ruang kesehatan ada Dina yang menjaga ruangan itu sekaligus merawat mahasiswa baru yang pingsan atau sakit ketika menjalani ospek.
“Din, jaga dia ya, kasihan sedang hamil!” pinta Ali pada Dina.
“Okey Kak … “ jawab Dina dengan semangat sambil menyatukan ujung ibu jari dan jari telunjuknya tanda oke. Setelah itu Ali pergi ke lapangan di mana mahasiswa baru yang lainnya tengah lari keliling lapangan.
“Silakan masuk dan beristirahat … “ ucap Dina dengan lembut pada Intan.
“Terima kasih Kak … “ balas Intan lalu masuk ke ruang kesehatan dan duduk pada tepian tempat tidur.
“Nama kamu siapa?” tanya Dina mengajak Intan ngobrol ringan.
“Intan Kak,” jawab Intan seraya tersenyum.
“Sudah berapa bulan kehamilan kamu?” tanya Dina lagi.
“Sembilan belas minggu Kak … “ jawab Intan sambil membelai perutnya.
“kelihatan besar sekali ya? Apa enggak berat tuh?” tanya Dina lagi semakin penasaran.
“Ini kembar Kak. Karena itu kelihatan besar. Berat sih enggak, cuma rasanya kurang nyaman aja,” balas Intan sambil meringis. Tidak lama kemudian Intan merasakan tendangan kecil di perutnya. Anaknya memberikan respon. Intan memekik sambil memegangi perutnya.
“Kenapa?” tanya Dina khawatir.
“Mereka bergerak … “ jawab Intan sambil tersenyum. Dina pun ikut tersenyum. Akhirnya mereka pun ngobrol tanpa Dina tahu bahwa Intan adalah istrinya Ricko. Begitu juga dengan Intan, tanpa ia tahu bahwa Dina adalah kakaknya Adit.
Mohon maaf kalau updatenya tidak teratur selama bulan Ramadhan. Saya harap pembaca semua memakluminya. Author juga manusia biasa yang butuh istirahat dan beribadah. Terima kasih yang sudah like, komen positif, dan vote poin/koin. ????