Di Paksa Menikah - Chapter 177 BAB 174
Sudah tiga bulan lebih Romi bertunangan dengan Sita, tapi Romi tidak pernah mengunjungi Sita yang tengah menimbah ilmu di luar kota. Ricko pun menegur Romi yang cuek dengan adiknya.
“Rom, kamu enggak rindu sama Sita? Tiga bulan kalian bertunangan, tapi tidak sekalipun kamu cuti untuk menjenguknya?” tanya Ricko tiba-tiba saat Romi masuk ke ruangannya.
“Mana sempat aku cuti? Kamu jarang masuk kerja menemani Intan yang sedang hamil,” jawab Romi seraya membuka berkas di tangannya dan menyodorkannya pada Ricko.
“Ambillah cuti beberapa hari, biar aku yang handle semua kerjaan mulai hari ini,” ucap Ricko seraya membaca dokumen yang diberikan Romi.
“Yakin nih bisa handle aku tinggal beberapa hari?” tanya Romi memastikan.
“Kamu meragukanku?” tanya Ricko seraya melirik ke arah Romi dengan tajam.
“Enggak. Ini juga perusahaan kamu, bukan perusahaanku. Ya sudah aku pamit kalau begitu. Selamat bekerja Kakak Ipar … “ pamit Romi seraya melenggang pergi. Ricko memandang malas ke arah Romi yang keluar dari ruangannya.
Romi pulang ke rumahnya setelah pamit pada Ricko. Ia masuk ke dalam kamarnya dan menurunkan koper yang ada di atas almarinya. Setelah itu ia membuka almari untuk mengambil beberapa pakaian yang akan ia bawa ke luar kota untuk menemui Sita. Bukannya ia tidak rindu, tapi memang tidak ada waktu. Untungnya zaman sudah modern, meskipun jarak memisahkan, tapi masih bisa melakukan panggilan video.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Romi keluar dari dalam kamar sambil membawa kopernya. Mamanya yang tengah bersantai di ruang tengah melihat Romi dan bertanya-tanya.
“Mau ke mana Rom?” tanya mamanya Romi.
“Menjenguk Sita, Ma … “ jawab Romi seraya menghampiri mamanya untuk pamit.
“Hati-hati di jalan,” ucap mamanya. Romi mengangguk dan tersenyum.
“Assalamu’alaikum, Ma,” pamit Romi sambil mencium punggung tangan mamanya.
“Wa’alaikum salam,” balas mamanya.
Setelah itu ia masuk ke dalam mobilnya kemudian melesat dengan semangat untuk menemui tunangannya. Ia tidak memberi kabar terlebih dahulu karena ingin memberikan kejutan pada Sita.
Sore hari Sita baru pulang dari kuliah siangnya. Ia masuk ke dalam apartemen dengan malas. Setelah menutup pintunya, ia menaruh tasnya di atas tempat tidur lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Lima belas menit kemudian bel pintunya berbunyi. Sita mengambil jubah mandi yang ada di dekatnya lalu memakainya dan segera keluar dari dalam kamar mandi.
“Siapa yang datang? Biasanya yang suka datang tiba-tiba begini Lusi,” gerutu Sita sambil memegangi dagunya. Ia pun melangkahkan kakinya menuju pintu tanpa berganti pakaian terlebih dahulu.
Ketika ia membuka pintu, tampaklah Romi dengan senyum lebar berdiri di depan pintu. Sita terkejut dan membelalakkan matanya lalu segera menutup pintunya. Ia memegangi dadanya yang berdebar-debar di balik pintu.
“Kak Romi … “ gumam Sita seraya menelan ludahnya.
Romi di depan pintu yang tadinya sudah tersenyum lebar tiba-tiba berubah menjadi cemberut. Ia datang jauh-jauh menjenguk tunangannya malah tidak dipersilakan masuk. Ia tadi juga terkejut saat melihat Sita membuka pintu hanya menggunakan jubah mandi dengan rambut yang tergerai basah dengan tetesan-tetesan air di setiap ujung rambutnya. Tiba-tiba tubuhnya terasa memanas dan gerah.
“Sita … “ panggil Romi sambil mengetuk pintunya.
“Iya Kak!” jawab Sita tersentak kaget.
“Buka pintunya!” ujar Romi.
Sita pun membuka pintu pelan-pelan dengan malu-malu. Setelah itu Romi segera masuk seraya menarik kopernya.
“Ada apa Kak Romi kemari?” tanya Sita sambil menutupi dadanya dengan tangan. Ia merasa malu karena belum memakai pakaian. Romi menatapnya sambil menelan ludah dengan susah payah.
“Aku menjengukmu, mumpung aku dapat izin cuti. Apa kamu tidak senang aku datang?” tanya Romi setelah duduk di sofa.
“Bukan begitu Kak, aku hanya terkejut. Tunggu sebentar aku akan berganti pakaian dulu,” ucap Sita lalu berlari kecil masuk ke dalam kamarnya. Romi melihat punggung Sita yang masuk ke dalam kamarnya sebelum Sita menutup pintunya.