Di Paksa Menikah - Chapter 180 BAB 177
Pagi hari Intan membuka matanya. Seperti biasa Ricko selalu nemplok memeluk tubuhnya. Intan pun mengangkat tangan Ricko yang tengah berada di atas perutnya lalu memindahkannya. Ia bangkit dan menurunkan kakinya ke lantai hendak pergi ke kamar mandi. Tiba-tiba ia merasa ada yang aneh. Ia melihat ke bawah dan tampaklah kakinya yang bengkak.
“Mas … “ panggil Intan dengan lirih dan suara serak khas bangun tidur.
“Mas!” seru Intan seraya menggoyang tubuh Ricko.
Ricko pun mengerutkan dahinya dan berusaha membuka matanya yang masih mengantuk karena semalam tidak bisa tidur dengan nyenyak memikirkan Romi dan Sita.
“Ada apa sayang?” tanya Ricko seraya menggeser tubuhnya mendekati Intan dan membelai punggungnya.
“Lihat kakiku!” ucap Intan seraya menunjuk kakinya yang berada di lantai. Ricko pun bangkit lalu melihat kaki Intan yang berada di lantai.
“Wah kamu makin gendut kayaknya ya, kaki kamu sampai gemuk kayak gitu … “ ujar Ricko tanpa dosa sambil membelai pipi Intan dengan kedua telapak tangannya. Ia tidak tahu bahwa wanita sangat sensitif kalau dikatai gendut, gemuk, atau apapun itu yang menyangkut dengan berat badan. Intan mendengus kesal dengan cemberut.
“Tega kamu Mas bilang aku gendut?” protes Intan tidak terima. Ricko pun tertawa melihat istrinya yang sudah marah-marah di pagi hari.
“Lalu ada apa?” tanya Ricko seraya tersenyum.
“Kakiku bengkak Mas, bengkak, bukan gendut,” jelas Intan mempertegas.
“Apa itu membuatmu tidak nyaman?” tanya Ricko lagi seraya turun dari tempat tidur lalu berjongkok dan menyentuh kaki Intan yang membengkak.
“Hmm,” gumam Intan.
Ricko pun berdiri lalu mengambil ponselnya yang ada di atas nakas lalu menelepon Dokter Amanda.
“Cepat datang ke rumah sekarang secepatnya!” ucap Ricko lalu memutuskan sambungan teleponnya sebelum Dokter Amanda sempat mengeluarkan suaranya.
Dokter Amanda mendengus kesal. Pagi-pagi sudah mendapat telepon yang membangunkan tidur nyenyaknya.
“Ada apa Ma?” tanya suami Dokter Amanda.
“Si Ricko minta aku ke rumahnya sekarang,” gerutu Dokter Amanda. Meskipun mereka teman sejak SMA, tapi Ricko selalu semena-mena padanya.
“Biar kuantar Ma, ini masih pukul lima pagi,” ucap suami Dokter Amanda. Dokter Amanda pun setuju.
Dokter Amanda dan suaminya berangkat ke rumah Ricko masih menggunakan baju tidur tanpa menggantinya. Kalau sampai ia datang lebih dari 20 menit, Ricko pasti marah-marah seperti yang sudah-sudah. Karena itu Dokter Amanda tidak pernah telat kalau Ricko memanggilnya.
Sementara itu Ricko membopong Intan yang kesulitan berjalan ke kamar mandi. Ia tidak menggedong Intan karena berat badan Intan memang naik drastis. Ricko bukanlah superman yang bisa segalanya. Dulu oke-oke saja ia menggendong Intan ke mana saja, tapi sekarang kalau ia menggendong Intan sama saja menggendong tiga orang sekaligus.
Setelah membaringkan Intan di atas tempat tidur, Ricko memijat kaki Intan yang selonjoran sambil menunggu Dokter Amanda datang.
“Mas, aku mau minum,” ucap Intan karena merasa tenggorokannya sangat kering.
“Sebentar, aku ambilkan,” balas Ricko lalu keluar kamar dan pergi ke dapur. Di dapur Susi dan Bi Ani sudah bangun untuk memasak dan membersihkan rumah.
“Sebentar lagi ada Dokter Amanda datang. Tolong bukakan pintu untuknya,” ujar Ricko pada Bi Ani dan Susi.
“Iya, Pak,” jawab Susi dan Bi Ani hampir bersamaan.
Setelah itu Ricko menaiki anak tangga untuk kembali ke kamarnya dengan membawa segelas air putih di tangannya.
Maaf kalau banyak yang kecewa. Sejujurnya saya tidak enak badan, tapi saya usahakan update meskipun telat dari jam biasanya. Tolong, bagi yang tidak puas dengan kecepatan update saya, bisa memakluminya. Terima kasih ^_^
Jangan lupa LIKE, KOMEN POSITIF, DAN VOTE sebanyak-banyaknya. Bukan komen “lanjut” doang. Hehehe
Oh iya ada yang tanya cara vote ya? caranya ada di pengumuman episode 135. Selamat membaca 🙂