Di Paksa Menikah - Chapter 181 BAB 178
“Sayang, sudah sampai,” ucap suami Dokter Amanda seraya membelai pipi Dokter Amanda yang tengah tertidur ketika sudah sampai di depan rumah Ricko.
Dokter Amanda pun membuka matanya lalu menutup mulutnya yang tengah menguap lebar.
“Mau ikut masuk?” tawar Dokter Amanda.
“Tidak, aku tunggu di sini saja,” jawab suami Dokter Amanda seraya tersenyum.
Dokter Amanda pun masuk ke halaman rumah Ricko dengan langkah gontai karena masih mengantuk. Setelah memencet bel dan dibukakan pintunya oleh Susi, Dokter Amanda masuk dan segera menuju kamar Ricko di lantai atas.
Dokter Amanda memeriksa kaki Intan dan mengecek tekanan darahnya. Dari melihat kaki Intan yang bengkak, Dokter Amanda sudah bisa memprediksi kalau tekanan darah Intan di atas normal, karena itu kakinya membengkak.
“Bagaimana?” tanya Ricko saat melihat Dokter Amanda selesai memeriksa Intan.
“Tekanan darahnya tinggi Rick. Jadi perbanyak istirahat, kurangi garam, ketika tidur usahakan posisi kaki lebih tinggi dari kepala, jangan sering-sering menggantung kaki,” saran Dokter Amanda.
“Ada lagi?” tanya Ricko.
“Lakukan saja itu dulu, minggu depan aku ke sini lagi untuk memeriksanya,” balas Dokter Amanda seraya membereskan peralatan medisnya.
“Okey. Terima kasih. Mau sarapan dulu?” tawar Ricko seraya menaikkan sebelah alisnya.
“Enggak usah Rick, suamiku menunggu di luar. Aku pulang dulu,” pamit Dokter Amanda lalu keluar dari kamar Ricko.
“Okey. Sekali lagi terima kasih, Manda,” ucap Ricko seraya tersenyum sebelum Dokter Amanda hilang dari pandangannya.
Ricko menghampiri Intan yang tengah berbaring di atas tempat tidur.
“Tidak usah kuliah lagi. Cuti saja sampai melahirkan,” ujar Ricko sambil membelai puncak kepala Intan.
“Iya,” jawab Intan pasrah. Karena dia memang sadar sudah merasa kesulitan untuk berjalan.
Ricko mengambil ponselnya lalu mencoba menghubungi Romi kembali. Kali ini tersambung dan Romi menerimanya.
“Ada apa?” tanya Romi dengan santainya.
“Cepat kembali. Urus perusahaan!” jawab Ricko singkat.
“APA?! Yang benar saja Rick? Aku baru sampai kemarin sore dan istirahat sejenak. Sekarang sudah kamu suruh kembali sepagi ini. Tega banget ah!” balas Romi kecewa. Ia merasa sangat lelah. Perjalanan ke tempat Sita sangat jauh dan ia hanya numpang istirahat malam saja.
“Istriku sakit, aku tidak bisa meninggalkannya,” ucap Ricko.
“Baiklah, tapi aku tidak janji bisa sampai pagi ini,” balas Romi.
“Okey,” ujar Ricko lalu memutuskan sambungan teleponnya.
“Mas Ricko kerja saja, aku enggak apa-apa,” ucap Intan setelah mendengar percakapan Ricko dengan Romi.
“Aku bisa kerja dari rumah sayang,” balas Ricko sambil membelai pipi Intan dan tersenyum.
Setelah itu Ricko pergi ke dapur dan meminta Susi dan Bi Ani membawa sarapan ke atas. Kemudian meminta mereka memindahkan semua barang yang diperlukan Intan ke kamar bawah. Karena mulai hari ini Ricko ingin Intan tidur di kamar bawah supaya tidak naik dan turun tangga. Menurut Ricko itu sangat melelahkan.
Sementara itu di apartemen Sita, Romi segera mengemasi barangnya setelah mendapat telepon dari Ricko.
“Sial! Berasa dikerjain rasanya,” gumam Romi sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam koper.
“Ada apa Kak?” tanya Sita yang menghampiri Romi sambil membawa susu dan roti dari dapur untuk sarapan bersama Romi.
“Aku harus kembali sekarang. Intan sakit,” balas Romi.
“Oh begitu. Ya sudah sarapan dulu kalau begitu,” ucap Sita dengan santai sambil menyeruput susu hangat di tangannya.
“Kamu enggak sedih?” tanya Romi sambil menatap Sita.
“Aku sudah terbiasa sendiri … “ balas Sita seraya tersenyum menatap Romi.
Romi pun menghela napas lalu mendegus kasar mendengar jawaban Sita yang tidak keberatan ia pergi.
Jangan lupa like dan VOTE, biar semangat update bab selanjutnya. ^_^