Di Paksa Menikah - Chapter 186. BAB 183
“Selamat datang di rumahku, Kak,” sapa Intan seraya menghampiri Dina yang sedang duduk di sofa ruang tamunya lalu berpelukan dan saling cium pipi kanan dan kiri.
“Perut kamu semakin besar ya … “ ucap Dina seraya membelai perut Intan setelah kembali duduk di sofa.
“Iya kan bayi kembar. Karena itu kakiku bengkak dan suamiku melarangku masuk kuliah lagi,” balas Intan seraya tersenyum.
“Suami kamu sayang banget ya sama kamu?” tanya Dina seraya memandang Intan lalu mengambil minuman dingin yang ada di atas meja dan meneguknya.
“Banget lah … yang penting tidak lupa jatah juniornya tiap malam. Hahaha,” balas Intan tanpa rasa malu.
“Uhuk … uhuk …. “ Dina tersedak minumannya ketika mendengar pernyataan Intan yang sangat asing di telinganya. Maklum, dia masih gadis. Bahkan pacar saja belum punya apalagi suami. Seketika pipi Dina memerah merasa malu sendiri.
“Pelan-pelan dong, Kak minumnya … “ ucap Intan seraya menepuk-nepuk punggung Dina.
Ini bukan karena minumannya, tapi karena ucapanmu. Gerutu Dina dalam hati.
Tidak lama kemudian Dina menceritakan pertemuannya dengan Lia kemarin pada Intan. Intan pun mendengarkannya dengan seksama. Sialnya Dina lupa nama Lia dan tidak menyebutkan nama Ricko, sehingga Intan tidak mengira bahwa laki-laki yang dicertakan Dina saat ini adalah suaminya.
“Wah berarti emang belum berjodoh ya. Sabar ya, Kak,” ucap Intan seraya membelai bahu Dina.
“Iya. Tadinya sudah berharap banget bisa ngobrol sama dia,” balas Dina dengan cemberut.
“Sudah waktunya makan siang nih. Yuk makan bareng,” ajak Intan pada Dina. Dina pun menerima tawaran Intan.
Intan berjalan masuk ke dalam rumah dan Dina mengikutinya. Di meja makan Susi dan Bi Ani sedang menyiapkan makanan dan menatanya di atas meja makan. Dina tidak tahu kalau Bi Ani ibunya Rena. Yang ia tahu ibunya Rena bekerja menjadi pembantu dan tidak mengatakan bekerja di rumah siapa. Ricko hari ini pergi ke perusahaan karena ada meeting yang tidak bisa ia tinggalkan.
Dina duduk di depan Intan dan mengambil makanan yang ada di depannya. Setelah mengambil makanan, Dina menyendok makanan dan memasukkan ke dalam mulutnya. Sedari tadi ia hanya memandangi Intan dan makanan yang ada di atas meja. Saat mengunyah makanan di mulutnya, pandangannya mengedar ke sekeliling rumah Intan. Ia pun memicingkan matanya saat melihat foto pernikahan dan prewedding Intan dan Ricko yang tergantung indah di atas televisi ruang tengah Intan. Ia merasa terkejut dan lagi-lagi tersedak.
“Uhuk-uhuk!” Dina terbatuk karena tersedak makanan yang ada di dalam mulutnya. Ia menepuk-nepuk dadanya saking kagetnya melihat foto pernikahan Intan. Intan pun memberikan minuman pada Dina.
“Pelan-pelan makannya Kak. Rasanya enggak enak ya? Memang sengaja mengurangi garam supaya tekanan darahku tidak makin naik,” ucap Intan pada Dina seraya tersenyum.
Aku tidak menyangka ternyata Ricko yang kukejar selama ini ternyata suaminya Intan. Batin Dina sambil meminum air yang dberikan Intan.
“Terima kasih,” ucap Dina dengan tersenyum canggung setelah menaruh gelas minumnya.
“Sayang … “ seru suara seseorang dari ruang tengah. Dina pun menoleh ke arah sumber suara dan terlihat Ricko yang berjalan mendekat menghampiri meja makan. Dina tercengang dan membelalakkan matanya melihat pangeran pujaan hatinya berada di depan matanya. Jantungnya berdegup kencang seakan rasanya mau copot.
Sesampainya Ricko di samping Intan, ia mengecup kening, pipi, dan bibir Intan tanpa malu-malu meskipun ada Dina di depan mereka. Pipi Intan memerah menahan malu. Sementara itu kaki dan tangan Dina gemetar dan mengeluarkan keringat dingin melihat adegan romantis di depannya. Ia menelan ludahnya dengan susah payah.
Alamak! Mimpi apa aku semalam? Ini rezeki apa musibah? Begitu banyak kejutan hari ini. Rasanya aku mau pingsan detik ini juga. Batin Dina seraya mengelus dadanya.