Di Paksa Menikah - Chapter 199. BAB 196
Kenangan saat pertama kali menikah pun terlintas di benaknya. Saat itu ia sedang meeting dan tiba-tiba Lia mengatakan kalau Pak Bambang sedang menunggunya di rumah sakit. Ia pun bergegas menuju rumah sakit untuk menikah dengan gadis pilihan papanya yang kini menjadi istri yang sangat dicintainya. Itu adalah pertama kalinya ia melihat Intan. Gadis belia yang masih sekolah SMA.
Ia juga masih ingat pertama kali memeluk Intan saat listrik padam di hari pertama pernikahan mereka. Di hari itu pula Intan tidur di pelukannya. Ia juga masih ingat betapa lucunya Intan saat mendapatkan uang saku 50 ribu yang ia kasih untuk pertama kalinya. Gadis itu sangat senang tiada tara saat tahu uang sakunya naik.
Setiap hari Intan memasak untuknya, membersihkan rumahnya tanpa mengeluh meskipun harus sekolah dan belajar. Hingga suatu hari saat pulang dari Singapura ia merasa rindu dan ingin memiliki Intan seutuhnya. Ia tahu Intan belum siap, tapi ia sudah tidak tahan lagi. Akhirnya ia pun menghujamkan pusakanya secara paksa pada gadis mungil itu. Gadis itu menjerit dan menangis sepanjang malam karena ulahnya. Ricko masih ingat bagaimana raut wajah Intan malam itu. Gadis itu sangat kesakitan dengan berderai air mata, tapi ia terus memaksa gadis itu untuk melayani nafsunya hingga lemas.
Ricko pun tersenyum lalu bibirnya bergetar dan menangis. Ia mengusap wajahnya dengan gusar.
“Sayang … maafkan aku. Cepatlah bangun. Aku merindukanmu,” ucap Ricko dengan bahu bergetar.
“Tidakkah kamu ingin melihat anak-anak kita? Mereka sangat lucu-lucu. Mereka membutuhkanmu, Sayang. Bangunlah … “ ujar Ricko seraya membelai pipi Intan.
“Ayo kita merawat mereka bersama-sama. Kita belum membuat nama untuk mereka. Kamu mau memberi mereka dengan nama siapa?” tanya Ricko dengan berlinang air mata dan bahunya bergetar.
Ia sudah membayangkan betapa bahagia hari-harinya saat kedua anaknya berlarian di dalam rumah dan memanggil dirinya dengan sebutan papa dan Intan dengan sebutan mama. Sungguh keluarga impian yang sangat sempurna. Setetes bulir bening pun keluar dari mata Intan dan menetes di samping matanya.
Aku mendengarmu, Mas. Aku ingin memelukmu dan anak-anak kita, tapi aku tidak bisa. Seluruh tubuhku terasa sangat sakit. Maafkan aku tidak bisa menjadi istri dan ibu yang baik. Kata Intan dalam hati.
Kalau nanti aku pergi dan tidak lagi di sisimu, aku akan selalu menunggumu di keabadian. Aku akan selalu menunggu dan merindukanmu. Sebutlah namaku selalu di hatimu dan doamu. Jangan pernahlupakan aku. Aku mencintaimu, ;Mas. Imbuhnya.
Aku tidak akan pergi jauh, aku akan selalu ada di hatimu. Kamu juga akan selalu ada di hatiku. Aku akan berterima kasih pada Tuhan karena telah mempertemukan dan menyatukan kita. Meskipun aku tidak bisa merawat anak kita bersama-sama, aku sudah bahagia bisa mengandung dan melahirkan mereka untukmu. Jagalah mereka dengan baik untukku. Aku akan mengawasi kalian dari surga. Ucap Intan dalam hati.
Ricko yang melihat air mata Intan menetes segera mengusapnya dengan lembut. Air matanya pun semakin deras melihat istrinya yang biasanya riang dan sering cemberut kini hanya bisa menangis dan berbaring tidak berdaya. Ia ingin memeluk tubuh istrinya, tapi banyak alat kesehatan yang menempel pada tubuh Intan. Ia hanya bisa melihat dan merasakan sakit di dalam hatinya.