Istri Manja Tuan Kusuma - Chapter 121 Kesedihan Yudha (II)
” Tidak, jangan lakukan itu. Jangan tinggalkan aku. Ayah, ibu, jangan pergi. Aku tidak mau sendirian. Kumohon bawa aku bersama kalian ” Yudha bergumam dalam mimpi buruknya. Tubuhnya yang kekar dipenuhi keringat, air mata menetes dari matanya yang tertutup rapat. Dia tidur dalam kegelisahan
Gina merasakan suaminya yang gelisah dalam tidurnya. dilihatnya keringat bercucuran di sekujur tubuhnya, disertai air mata yang terus mengalir juga gumaman yang tak kunjung berhenti.
Dia bergegas kedapur untuk mengambil handuk kecil dan air untuk membasuk badannya yang penuh keringat. Terkejutnya dia saat menyentuh sang suami dengan badan yang begitu panas. Dia bergegas mengambil termometer dan kain untuk mengompres sang suami.
Nenek Julia melihat Gina yang bergegas ke dapur dengan kondisi panik.
” Gina, ada apa?
Kenapa kamu terlihat begitu cemas dan panik? ”
” Nek, Yudha demam. Badannya begitu panas. Aku ke dapur untuk mengambil handuk kecil dan air dingin untuk membantu menurunkan panasnya. Sepertinya dia sedang mimpi buruk, dia terus bergumam dalam mimpinya ” Gina menjelaskan dalam kondisi panik
” Gina, nenek mohon padamu. Jangan pernah tinggalkan Yudha. Meskipun dia terlihat kuat, namun dia itu begitu rapuh. Dia menenggelamkan dirinya dalam kesibukan untuk mengusir kesunyiannya selama ini. Sekarang ada kamu disisinya. Nenek mohon jaga dia. Jangan biarkan dia kesepian atau bersedih lagi. Dia selalu melalui hari – harinya yang sulit sendirian. Dia tidak pernah mengizinkan kami masuk ke dunianya. Jadi kami hanya bisa menitipkan dia kepadamu. Temani dia dimasa sulitnya. Bantu dia untuk bisa melalui masa lalunya yang kelam”
Nenek Julia meneteskan air mata saat berbicara. Dia begitu sedih membayangkan cucu satu – satunya itu tenggelam dalam rasa bersalah
” Nenek, sebenarnya apa yang terjadi dengan Yudha? Ada apa dengan masa lalunya. Aku tidak bisa melihat dia bersedih, nek. Tolong beri tahu aku, agar aku bisa membantunya! ”
Gina memohon kepada sang nenek untuk menjelaskan semuanya.
” Kemarilah, kita bicara sambil duduk ”
Ajak sang nenek kepada Gina
” Waktu itu Yudha baru berusia 10 tahun. Dulu dia anak yang ceria dan ramah. Dia meminta orang tuanya yang biasanya sibuk untuk menemaninya ke kebun binatang. Mereka pergi bersama dengan ceria.
Itu juga terakhir kalinya kami melihat tawa Yudha. Karena sepulang dari sana, mobil yang mereka kendarai mengalami kecelakaan dan berguling hingga meledak. Ibu Yudha mendorong Yudha kecil keluar, namun mereka tidak sempat menyelamatkan diri.
Yudha melihat ibu dan ayahnya tersenyum sebelum kematian mereka, hingga akhirnya mobilnya mereka meledak dan terbakar. Yudha melihat sendiri bagaimana ibu dan ayahnya terbakar hidup – hidup. Dari situ Yudha yang dulu ceria berubah menjadi dingin dan penyendiri.
Dia menyalahkan diri sendiri karena kejadian itu. Tawa seakan hilang dari wajahnya. Dia hanya menyibukkan diri dalam kesibukan belajar dan bekerja. Besok adalah hari terberat untuknya. Karena besok adalah hari dimana mereka mengalami kecelakaan. Nenek rasa dia mengingat hari itu. Jadi nenek mohon, temani dia. jangan pernah meninggalkannya. Dia tidak akan sanggup jika harus kehilangan lagi ” Nenek Julia menitikan air mata saat bercerita. Ginapun tak kuasa menahan tangis ketika mendengar cerita tentang masa lalu sang suami
” Aku berjanji nek. Aku tidak akan meninggalkan Yudha. Aku juga tidak akan membiarkan dia merasakan kesepian lagi. Aku akan selalu berusaha hidup bahagia bersama dengannya. Nenek tidak perlu khawatir lagi. Sekarang ada aku yang akan selalu menemaninya ”
” Terima kasih ya nak. Nenek bersyukur Yudha bisa menikah dengan mu! ”
Nenek memeluk Gina, dia pun membalas senyumnya dengan wajah yang sendu
Gina kembali ke kamarnya dan melihat sang suami yang masih gelisah dalam tidurnya. Gina mendekat dan duduk disamping sang suami. ” Sayang, aku tidak akan membiarkanmu mengenang masa lalumu yang menyedihkan. Seperti kamu mengisi hari – hari dengan kenangan indah. Seperti itu pulan akan aku buat kenangan indah untukmu. Hingga tak ada tempat untukmu menyimpan kejadian masa lalu yang kelam itu. Kita hanya akan mengingat masa – masa yang indah saja. Cup ” Gina berbisik dengan air mata yang masih menetes dan menciup kening Yudha dengan lembut