Jenius Yang Nakal - Chapter 482
Adith dan yang lainnya yang sedang menatap Layar sebelah kiri awalnya terbingung melihat bom waktu tersebut, namun begitu bom waktu berangka tiga puluh detik tersebut memulai hitungan mundurnya, Adith dengan segera mulai mundur secara perlahan-lahan.
“Aku akan membunuhmu setelah ini.” Kata-kata tersebut Adith tunjukkan kepada Yogi karena kesal. Tepat setelah itu, Adith dengan begitu mudahnya melewati pagar penghalang dan berlari dengan sangat kencang menuju ke tempat dimana Alisya dan yang lainnya berada.
Tidak hanya Adith, bahkan Zein dan yang lainnya segera berhamburan dengan panik dan mereka berebut melewati palang besi yang berada di sepanjang konser tersebut. Melihat Rendy dan Jati yang juga ikut beralir karena takut akan mendapatkan hukuman dari kaptennya di ikuti oleh Elvian dan Rafli yang terlihat sekali wajah mereka memucat pasih membuat Adith langsung naik ke atas pagar besi tersebut dan berlari diatasnya.
“Woooww… ada apa ini? Sepertinya sudah terjadi sesuatu yang sangat enegangkan disini.” Teriak sang MC melihat sekumpulan para pria ganteng yang tampak berhamburan dan saling kejar-kejaran satu sama lain seolah sedang berlomba.
“Wah.. ini menarik sekali, bagaimana bisa mereka melakukan hal tersebut di tempat seramai ini?” ucap salah seorang dari 4 wanita yang sedang konser tersebut.
“Lihat, bahkan kamera drone yang mengerjar untuk merekam mereka tak bisa menyamai mereka dan tertinggal jauh.” Ucap salah seorang dari mereka lagi takjub menyaksikan peristiwa tersebut.
Meski awalnya mereka tidak mengerti, semua penonton yang berada disana mengira kalau itu adalah pertunjukkan special yang sudah direncanakan oleh panitia. Mereka pun ikut menikmati apa yang sedang terjadi dalam waktu singkat tersebut.
Karan yang tak memiliki kemapuan apapun hanya bisa mengandalkan kaki panjangnya karena bagaimanapun juga lawannya adalah anggota khusus dan mereka yang memiliki energi nano, namun perbedaan mereka tidak begitu jauh. Bahkan Rinto yang tak memiliki masalah apapun juga seolah merasakan bahaya yang sama.
Yogi melompat dari satu pagar ke pagar yang lain seperti orang yang sedang kesetanan. Sedang Vindra, Beni dan Gani yang tertinggal jauh terlihat sangat kesulitan untuk melewati setiap pagar penghalang yang ada. Mereka bertiga adalah orang yang paling bertubuh normal di antara mereka semua. Meski tak paham situasinya, adrenali Vindra ikut terpacu saat melihat teman-temannya sudah berusaha berpencar untuk meninggalkan lokasi tersebut.
“Aku pengen ketawa, kalau ketawa dosa nggak yah?” bisik Gina kepada Feby yang memang kejadian itu sebenarnya cukup lucu. Melihat mereka yang berusaha keras berlari dengan begitu tergesa-gesa menuju ke tempat mereka memang terlihat sedikit konyol dan berantakan.
“Kau pikir aku tidak? Tapi melihat situasi mereka seperti ini, bagaimana kita bisa tertawa? tahanlah dulu sampai ini selesai.” Tegas Feby karena ia juga berusaha menahan tawanya dengan sepenuh tenaga.
“Baru kali ini aku melihat direktur dan wakil direktur serta manager utama memperlihatkan ekspresi seperti itu. Apakah Ayumi memang semenakutkan itu?” tanya Yani dengan setengah berbisik kepada Karin.
Yani yang selama ini bersama dengan Alisya, hanya selalu melihat sisi Alisya yang lemah lembut dan sedikit cupu sehingga Yani yang selalu berusaha untuk melindunginya meski tanpa disadarinya kalau Alisyalah yang selama ini melindungi dan menjaganya.
“Kau akan lihat sebentar lagi, melihat ekspresi mereka seperti itu sepertinya aku tidak perlu menjelaskan apapun padamu.” Jelas Karin dengan setengah berbisik kepada Yani.
“Aku sarankan, sebaiknya kau tidak melihat ini.” Terang Akiko mengingatkan Yani akan apa yang terjadi berikutnya.
Alisya yang selalu saja melakukan pertarungan fisik dengan Adith tentu saja akan membuat situasi kali ini menjadi pertempuaran luar biasa antara dua orang yang memiliki energi nano yang sangat besar.
23 detik telah berlalu dan Adith mulai tampak dihadapan mereka dengan menarik nafas dalam serta pandangan yang penuh akan rasa bersalah berdiri di hadapan Alisya.
“Maafkan aku, aku…” tidak mendengar penjelasan Adith, Alisya hanya berlalu pergi begitu saja. Melihat Alisya yang kesal segera membuat Adith pergi mengejar Alisya dan mengekorinya untuk membujuknya.
“Kenapa kau tak memberitahu kami?!!” tatap Adith kepada Ryu yang berada disana. Ia berbicara hanya menggunakan Gerakan bibirnya saja kepada Ryu namun dapat di lihat dengan jelas oleh Karin dan Yani apa yang sedang menjadi pertanyaan Adith.
Ryu memukul dahinya dengan keras dan menyuruh Adith untuk melihat ke handphonenya. Gerakan isyarat yang dilakukan oleh Ryu segera membuat Adith melihat ke ponsel yang berada dalam sakunya dan dia membanting kepalanya ke udara karena kesal.
Dia memang takkan merasakan getaran dan dering ponselnya karena bisingnya tempat konser tersebut serta tanpa sadar Adith juga ikut larut dalam musik dance yang mereka tampilkan.
Tepat pada detik ke dua puluh sembilan, Zein dan Yogi serta Rinto tiba bersamaan. Ketiganya menelan ludah dengan susah payah dan bahkan sampai dengan menahan nafas karena takt ahu apa yang akan terjadi. Adora tidak bisa melakukan apapun kepada Zein karena yang ia rasakan hanya sakit hati saja sehingga ia hanya terdiam dengan raut wajah yang menunjukan kekecewaanya.
“Bagaimana pertunjukannya? Apakah sampai se seru itu sampai kau lupa akan rencana kita?” Aurelia berkata dengan dingin kepada Yogi.
“Umm.. itu,, anu.. ini karena Elvian! Ya, Elvian yang ingin nonton konser girlband tersebut sehingga kami meluangkan waktu untuk menemaninya. I.. Iya kan?” Yogi sedang mencari alasan yang tepat dan melirik kepada Rinto untuk meminta bantuan.
“I.. Iya itu benar! Kami hanya menemani mereka berdua saja.” Ucap Rinto dengan terbata-bata. Ia tidak tahu kalimat mana yang benar yang bisa dia ungkapkan untuk membantu Yogi.
“Aku dan Rafli yang memaksa mereka untuk ikut!” Elvian langsung berdiri dengan goyah dihadapan Karin dan yang lainnya.
“Kalian tidak perlu membantunya!” tatap Aurelia tajam kepada Elvian yang langsung membuat nyali Elvian menjadi ciut karena tatapan tajamnya.
“Aku tahu apa itu menamani dan yang apa itu menikmati. Dan yang aku lihat sebelumnya adalah kalian semua sangat menikmatinya.” Aurelia melipat kedua tangannya seolah sedang melakukan sidang kepada Yogi.
“Jika kau bisa menahannya dengan cukup menonton dari jauh, kita tidak akan mungkin membuat mereka seperti ini.” Rendy mengeram kesal kepada Elvian dan Rafli.
Zein hanya terdiam tak tahu harus memberikan alasan apa kepada Adora, yang ia tahu kalau apa yang ia lakukan itu memang sangat salah melihat tampilan Adora yang sangat cantik dan menawan saat itu.
“Bukkkkk!!!” Yogi sudah terjatuh tersungkur karena pukulan Aurelia yang langsung membuat mereka semua terbelalak kaget.
Aurelia segera meninggalkan mereka yang mematung diikuti Karin dan yang lainnya.