Jenius Yang Nakal - Chapter 483
Akibat kesalahan mereka semua, semuanya berpencar dan pulang ke rumah mereka masing-masing dan tidak melanjutkan lagi ke inginan mereka untuk kencan bersama dengan yang lainnya. Alisya yang tidak mengatakan apapun hanya terus terdiam dengan satu kata yang terucap yaitu pulang.
Hal yang sama yang terjadi pada Yogi dan Aurelia, bedanya Yogi sudah mendapatkan satu pukulan keras dari Aurelia yang terus mengomel padanya. Sebelum pulang, Yogi masih terus membujuknya untuk tetap berada disana dan menikmati perayaan malam itu, namun karena ia sudah kehilangan selera karena moodnya yang hancur membuat Aurelia memilih ingin pulang.
Akiko yang tak mengatakan apapun juga pada akhirnya memilih pulang yang sepanjang perjalan ia terus terdiam membuat Karan jadi sedikit takut karenanya.
“Katakan sesuatu, jika kau hanya terdiam seperti ini terus, kau akan membuatku semakin merasa bersalah.” Karan yang tidak tahan dengan Akiko yang terus terdiam membuatnya menghentikan mobilnya sejenak agar mereka bisa berbicara dari hati ke hati.
Tak mendapatkan jawaban dari Akiko membuat Karan langsung memegang tangannya dan meraih dagunya untuk membuat Akiko melirik ke arahnya.
“Aku tahu kamu marah bukan hanya karena aku menonton konser itu, kamu marah karena kamu sudah mempersiapkan ini semua untukku tapi kau malah menemukan aku sedang menonton konser yang menampilkan wanita-wanita seksi itu.” Karan terus berkata dengan lembut untuk meluluhkan hati Akiko.
“Aku minta maaf, aku akui kesalah itu dan akan aku pastikan takkan terulang lagi. Kau sendiri tahu kan meski selama ini aku juga sudah berhadapan dengan ratusan wanita yang mungkin tak kalah seksi dari mereka tapi aku tak menjatuhkan hatiku pada mereka. Kenapa?” Karan mendekatkan tubuhnya dan wajahnya ke sisi Akiko menatapnya dalam-dalam dan mengelus lembut pipinya yang putih dan berisi.
“Karena aku tidak bisa membohongi diriku kalau aku sudah jatuh dalam pesonamu yang dalam dan susah bagiku untuk menemukan yang lagi. Aku selalu berfikir bagaimana cara yang tepat untuk menemuimu kembali meski aku harus ke Jepang. Dan saat aku melihatmu kembali, tau kah kau betapa jantungku hampir saja meledak saat itu.” Terang Karan lagi mengungkapkan isi hatinya yang selama ini memang belum pernah di katakannya kepada Akiko.
Raut wajah Akiko terlihat mulai melunak melihat apa yang dikatakan oleh Karan. Akan tetapi matanya masih menunjukkan aura ketidakpercayaan yang membuat Karan sedikit gusar karenanya.
“Apa kau mengatakan semua ini hanya untuk membuatku tenang saja?” tanya Akiko dengan tatapan penuh keraguan.
“Harus bagaimana biar kamu percaya? Apa aku harus keluar dan berteriak?” tanya Karan yang tidak mendapatkan respon dari Akiko. “Oke akan aku buktikan.”
Karan keluar dari mobilnya dan berdiri di tepi jalan yang cukup ramai dengan kendaraan yang membuat Akiko sedikit ketakutan dan lansung keluar mengikuti Akiko.
“Apa yang kau lakukan? Apa kau sudah gila. Hentikan itu!” teriak Akiko menghentikan Karan yang terlalu dekat dengan bibir jalan.
Semua orang yang sedang berjalan di dekat trotoar memandang khawatir terhadap apa yang sedang dilakukan oleh Karan. Dengan sangat panik, Akiko pergi ke belakang Karan dan menariknya dengan kuat agar tidak terlalu dekat dengan bibir jalan.
“Biar seribu bintang dilangit, hanya Akiko yang paling terang! Biar seribu wanita di dunia hanya Akiko milikku seorang!!!” Teriak Karan dengan sangat lantang yang langsung membuat semua orang yang menyaksikan apa yang sedang terjadi tertawa dengan riuh.
Mereka semua bertepuk tangan sambil bersorak sorai mendukung apa yang sedang di lakukan oleh Karan. Merasa tidak beres dengan apa yang di katakana oleh Karan, Akiko memukul mukul dada Karan dengan kesal. Karan tertawa dengan gemas dan menarik Akiko ke dalam pelukannya dan melingkari tubuh Akiko dengan begitu erat.
“Apa kau sudah tidak marah lagi sekarang?” tanya Karan setelah melepaskan tubuh Akiko dan memandangnya dengan lekat-lekat.
Akiko mengangguk-angguk dengan pelan sembari menghapus air matanya. Bukan air mata karena amarah yang sebelumnya, namun karena rasa takutnya dan rasa khawatirnya saat Karan bersikap terlalu nekat hanya untuk membuktikan kesungguhannya kepada Akiko.
“Jangan pernah lakukan itu lagi!” ucap Akiko memadang Karan dengan sangat tajam. Pandangan yang tak terlihat sedang meminta kepada Karan, namun pandangan tegas dan memerintah.
“Yang mana? yang kata biar seribu bintang di langit…” Karan belum menyelesaikan kata-katanya, Akiko sudah kembali memukulnya dengan kuat.
Karan hanya tertawa dan langsung mengecup cepat bibir Akiko. Ia kemudian kembali menarik Akiko masuk ke dalam mobilnya dengan begitu perhatian, memasangkannya sabuk pengaman dan langsung memacu kencang mobilnya membelah keramaian jalanan malam itu.
Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai di depan pintu gerbang rumah Alisya. Akiko terdiam sejenak dan menatap lurus ke jalan. Melihat Akiko yang terdiam, Karan langsung berinisiatif untuk membukakan sabuk pengaman yang melingkarinya.
Akiko kaget dan terpaku serta langsung menutup matanya erat-erat karena wajah Karan begitu dekat bahkan ia bisa merasakan hembusan hangat nafasnya. Karan tersenyum melihat tingkah Akiko seperti itu lalu ia melepaskan sabuk pengaman Akiko. Akiko tersadar kalau ia sudah salah paham dan langsung membuka matanya lebar-lebar.
“Baka!!!(bodoh)” Akiko sangat malu dan memaki dirinya sendiri karena sudah memikirkan hal-hal yang aneh. Karena malu dia yang ingin memukul dirinya sendiri sebelum keluar dari mobil membuat Karan langsung menghentikannya dan menarik Akiko.
Karan langsung meraih bibir Akiko dan menciuminya dengan lembut. Ciuman itu terasa begitu hangat dan lembut membuat Akiko terbelalak kaget dan tidak menduganya. Akiko yang mengira kalau Karan hanya akan mempermainkannya sekarang ingin memberontak untuk melepaskannya namun Karan semakin mengeratkan ciumannya.
Ciuman Karan yang semakin dalam perlahan-lahan membuat Akiko mabuk karenanya. Akiko menutup matanya dan tidak lagi memberikan perlawanan. Ciuman lembut itu semakin lama berubah menjadi sedikit intens hingga membuat mereka hampir kehabisan nafas.
“Kau sangat cantik malam ini. Selain itu, kamu juga sangat cocok dengan rambut panjangmu itu. Membuatmu semakin cantik hingga aku tak bisa mengendalikan diriku saat ini.” Ucap Karan membelai rambut Akiko dan menyisirnya menggunakan tangannya.
Karan kembali mencium bibir Akiko dengan lembut sebelum benar-benar melepaskannya untuk masuk kedalam rumahnya. Karan membukakan pintu mobil untuk Akiko dan membiarkannya untuk masuk kedalam rumah. Karan melambai hingga Akiko benar-benar menghilang dari matanya.
“Aku harap yang lainnya bisa menyelesaikannya dengan baik. Untunglah Ryu tidak ada bersama kami, jika tidak dia membutuhkan lebih sekedar bulan dan bintang untuk bisa meluluhkan Karin. Sedang Adith akan benar-benar menghadapi kesulitan besar.” Gumam Karan bernafas lega sebelum akhirnya masuk ke mobilnya dan pulang.