Jenius Yang Nakal - Chapter 485
Tidak hanya Vindra, Yani juga merasa senang melihat keakraban Gani dan Gina. Yani ikut tertawa melihat tingkah mereka berdua.
Rendy yang merasa karena kesalahan dari Elvian dan Rafli lah yang sudah membuat mereka semua sampai mendapat masalah tersebut, memutuskan untuk menghukum Elvian dan Rafli.
“Kapten memang tidak mengatakan apapun, tapi aku yakin dia pasti sangat marah sekarang. Ini memang hak kita untuk mendapatkan liburan, tetapi kita terlalu gegabah dalam mengambil tindakan yang dapat membuat semua orang menjadi dalam masalah.” Rendy menatap Elvian dan Rafli dengan tajam.
Keduanya tidak mengatakan apapun karena mengakui telah melakukan kesalahan tersebut.
“Kami juga sudah mengingatkan kepada kalian untuk tidak melakukan hal-hal yang sangat ceroboh. Dan sekarang lihat apa yang sedang kalian lakukan, untuk itu hukuman yang harus kalian lakukan adalah seperti biasa.” tambah Rendy lagi mengingatkan mereka untuk segera melakukan hukuman mereka tanpa perlu disuruh lagi.
Dengan tidak merasa keberatan Elvian dan Rafli langsung segera melakukan hukuman mereka. Karena mereka sedang berada di tempat yang sangat ramai sekarang, pada akhirnya hukuman yang harus mereka lakukan adalah melakukan aksi sosial dengan membersihkan seluruh sampah yang berada di sekitar mereka.
“Apakah mereka harus mendapatkan hukuman itu? aku rasa itu tidak perlu.” Yani merasa tidak enak melihat mereka mendapatkan hukuman yang memang sebenarnya tidak perlu mereka dapatkan.
“Tidak masalah, itu akan mengajarkan mereka untuk lebih bertanggung jawab lagi dan tidak bersikap dengan semena-mena. Kau tidak perlu khawatir karena mereka memang sudah terbiasa melakukan hal seperti itu. 2 orang itu adalah trouble maker yang sebenarnya.” Jelas Jati kepada Yani untuk tidak mengkhawatirkan mereka berdua.
“Aku harus minta maaf kepadamu, kami sudah mengajakmu ke tempat ini dan bahkan menculikmu. Tetapi yang kamu dapatkan malah menyaksikan kekacauan ini.” Karena merasa bersalah kepada Yani karena kejadian tersebut.
“Hahahhaha.. aku baik-baik saja, kalian tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku justru menikmati apa yang sudah terjadi sebelumnya. Meskipun merasa tidak enak tetapi semuanya terlihat sangat begitu akrab.” Terang Yani merasakan bagaimana kedekatan mereka satu sama lain.
“Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang? Apakah kalian masih ingin lanjut untuk berjalan-jalan lagi?” Tanya Rinto kepada mereka semua.
“Sepertinya aku harus pulang sekarang aku masih mengkhawatirkan ibuku. terima kasih karena sudah mengajakku dan memberikan ku semua ini, hari ini benar-benar begitu spesial bagiku.” Yani langsung memikirkan ibunya nya yang mungkin saja belum minum obatnya saat itu.
“Kalau begitu biarkan Rinto yang mengantar mu” Karin langsung menawarkan Rinto untuk memberikan bantuan kepada Yani.
Karena sebenarnya sudah bisa mengetahui dari cara pandang Yani kepada Rinto. Inilah yang membuatnya remasan rencana agar itu dapat mengantarkan Yani pulang.
“Ah tidak, aku bisa pulang sendiri. Tidak perlu merepotkan manager untuk hal ini.” Yani dengan segera menolak apa yang ditawarkan oleh Karin.
“Kau terlalu sungkan, benar apa yang dikatakan oleh karena biar aku yang mengantar mu pulang. Kita sedang berada di luar sekarang jadi kau tidak perlu mengambil kau manager.” Ucap Rinto dengan segera menyetujui apa yang dikatakan oleh Karin.
Rinto memang sangat bertanggung jawab kepada ada orang lain khususnya jika itu adalah seorang perempuan. Dia tidak mungkin akan membiarkan seorang perempuan pulang sendirian.
“Baiklah kalau begitu, bagaimana denganmu?” Yani akhirnya menurut namun kemudian bertanya kepada Vindra.
“Aku belum mau pulang, karena sudah terlanjur ada di sini aku masih ingin berjalan-jalan dulu sebentar di sekitar sini.” Jelas Vindra menolak tawaran Yani yang sebenarnya hanya dijadikannya sebagai alasan nya saja.
“Kalau begitu aku ikut denganmu, aku juga belum mau pulang. Rasanya bosan sekali jika aku harus pulang pada jam segini.” Gani melepaskan diri dari Gina dan langsung berdiri tepat di samping Vindra.
“Apa kau bilang? Bukankah tadi kau yang ingin pulang dan beristirahat? Kenapa sekarang kau malah ingin berjalan-jalan lagi.” Gina kesal dengan sikap Gani yang dengan mudahnya berubah-ubah.
“Ayolah Kak, Aku hanya ingin mencari sedikit hal-hal yang bisa menyegarkan otakku. Sudah lama rasanya aku tidak berjalan-jalan dengan bebas seperti ini.” Gani meminta dengan sangat tulus kepada Gina untuk mengizinkannya.
“Oke kau boleh pergi, tapi aku akan ikut bersama dengan kalian. Aku khawatir kamu melakukan sesuatu sesuatu hal yang lebih ceroboh lagi daripada ini.” Gina sebenarnya sangat mengkhawatirkan Gani, mengingat Dia yang berkarir sebagai seorang super model terkadang tidak terlalu memikirkan apa yang ia makan dan apa yang ia lakukan.
Gani memang tidak terlalu peduli terhadap dirinya sendiri. Hal inilah yang membuat Gina menjadi sangat overprotektif kepada Gani.
“Sepertinya kami juga belum mau pulang, masih ada beberapa hal yang harus kami urus sekarang. Kalian bisa menikmati tempat ini terlebih dulu sebelum pulang.” Jelas Ryu yang sudah memiliki rencana lain bersama dengan Karin.
“Kalau begitu berarti kita berpisah di sini. Aku masih harus menemani Rendy memantau Mereka melaksanakan hukumannya.” Ucap Jati menunjuk ke arah Rendy yang sedang melakukan pemantauan kepada Elvian dan Rafli.
“Oke, kalau begitu kalian juga hati-hati jangan pulang terlalu larut malam.” Ucap Karin mengingatkan mereka semua.
Karin dan Ryu langsung segera meninggalkan tempat itu, sendang Vindra serta Gani dan Gina pergi ke arah berlawanan menuju ke tempat stand-stand berada.
Rinto pun akhirnya mengajak Yani berjalan menuju ke tempat di mana mobilnya berada. Setelah sampai tepat di mana tempat mobilnya diparkir, Rinto segera merogoh sakunya untuk mencari kunci mobilnya namun ia tidak mendapatkan apapun.
“Ada apa?” tanya Yani kepada Rinto terlihat kebingungan mencari sesuatu.
“Akhhh sepertinya aku melupakan kunci mobilku di kafe saat kami sedang menunggu tadi.” Ucap Rinto mengingat dimana ia terakhir kali meletakkan kunci mobilnya.
“Tunggu sebentar di sini dan jangan kemana-mana aku akan segera kembali. Tidak apa-apa aku tinggal di sini sebentar kan?” Tanya Rinto khawatir kepada Yani.
“Yah tidak perlu khawatir, kau bisa pergi mengambilnya sekarang. Tempat itu juga tidak terlalu jauh dari sini.” Ucap Yani kepada Rinto untuk segera mengambil kunci mobilnya tanpa mengkhawatirkan dirinya.
“Oke tunggu sebentar, aku tidak akan lama.” Rinto segera berlari menuju ke cafe tempat di mana sebelumnya mereka menunggu kedatangan Alisya dan yang lainnya.
Rinto sebenarnya sangat khawatir meninggalkan Yani di tempat parkiran yang cukup sunyi dan sedikit remang-remang tersebut. Rinto berlari dengan sangat cepat untuk bisa kembali, namun begitu ia sampai di sana Yani tidak berada di tempatnya.
“Kemana dia?” Rinto berusaha untuk menghubungi Yani namun tidak mendapatkan jawaban dari dia hingga beberapa kali.