Jenius Yang Nakal - Chapter 487
Rinto yang panik terus mencari di mana keberadaan Yani. Dia terus berusaha menelepon Yani, namun tidak mendapatkan jawaban darinya. Hal tersebut ternyata karena handphone milik Yani malah jatuh tidak jauh dari mobil miliknya. Dan Rinto tidak mengetahui akan hal tersebut karena kebisingan kendaraan lain yang masuk untuk memarkir mobilnya.
Rinto terus berkeliling mencari dari satu tempat ke tempat yang lain namun tidak menemukan Yani disana. Mengira kalau Yani akan kembali ketempat saat mereka berpisah sebelumnya, membuat Rinto dengan segera menuju ke sana.
“Apakah kau melihat Yani?” Tanya Rinto kepada Jati yang ditemuinya saat mencari Yani. Jati terlihat sedang berdiri sembari memperhatikan Rendy dari kejauhan.
“Bukankah dia bersamamu? Dia tidak kembali kesini setelah kalian pergi bersama tadi. Aku pikir kalian sudah dalam perjalanan pulang sekarang.” Jati kebingungan dengan Rinto yang sedang mencari Yani. Jati bingung karena sebelumnya Rinto yang pergi bersama dengan Yani malah sekarang kembali untuk mencari Yani.
“Aku memang bersamanya, tapi tadi aku meninggalkannya di tempat parkiran untuk mengambil kunci mobil ku yang ketinggalan di cafe. Tetapi begitu aku kembali ke tempat parkiran, aku tidak menemukannya di sana.” Ucap Rinto menjelaskan apa yang sedang terjadi dengan suara yang terdengar sedikit khawatir.
“Apa mungkin saja dia sudah pulang sendirian?” Jati memikirkan hal yang mungkin saja akan dilakukan oleh Yani.
“Tidak, dia bukan orang yang akan pergi meninggalkan orang lain seperti itu tanpa berpamitan sebelumnya. Sepertinya memang sedang terjadi sesuatu dengan dirinya.” Perasaan Rinto tidak baik untuk hal ini, Rinto memikirkan kalau Yani kemungkinan besar sedang berada dalam masalah.
Meski Yani bersikap sangat kaku dan penuh hormat pada dirinya, dia tidak akan mungkin berbuat tidak sopan dengan pergi tanpa memberitahukan kepada Rinto sebelumnya. Yani mungkin bisa bersikap blak-blakan, tapi dia tipe orang yang sangat bertanggung jawab.
“Apa kita perlu menghubungi kapten untuk hal ini? Kapten lebih mengetahui soalnya Yani. Dia juga mungkin akan tahu dimana Yani saat ini dan kenapa dia pergi begitu saja. Selain itu, Yani adalah orang yang cukup berharga bagi kapten.” Ucap Jati memberikan saran agar dapat mendapatkan informasi mengenai Yani dari Alisya.
“Tidak, sebelum itu kita harus memastikan dulu di mana keberadaan Yani. Jangan sampai kita bertindak gegabah, dan ternyata mungkin ini hanya pergi beberapa saat saja tadi.” Rinto takut kalau dia hanya terlalu khawatir secara berlebihan.
“Kalau begitu sebaiknya kita kembali ke tempat dimana mobil mu terparkir sekarang. Mungkin saja Yani sudah kembali ke sana.” Ucap Jati yang kemudian Keduanya segera berlari kembali ke tempat parkir mobil Rinto.
Jati tidak bisa memberitahukan kepada Rendy sebab dia masih sibuk mengamati hukuman dari Elvian dan Rafli. Sehingga setelah melambai sebentar, Dia segera bergegas menuju ke tempat parkir bersama Rinto.
Sesampainya mereka di tempat parkiran, Yani masih tidak terlihat di tempat tersebut. Rinto pun akhirnya mencoba untuk menghubungi Yani sekali lagi, dan tiba-tiba saja dia mendengarkan sebuah deringan ponsel tidak jauh dari mobilnya.
Pikiran Rinto mulai tidak nyaman melihat tas milik Yani yang tergeletak di lantai.
“Ini adalah tas Yani, sepertinya memang telah terjadi sesuatu dengannya.” Ucap Rinto mengangkat tas yang memang merupakan miliki Yani yang jatuh saat ayahnya memaksa Yani untuk pergi bersamanya.
“Kalau begitu kita cari di sekitar sini dulu, kemungkinan orang itu membawa Yani tidak jauh dari sini melihat di sekitar sini tidak ada bekas kendaraan yang baru lewat.” Jati segera menyalakan instingnya untuk melakukan pelacakan terhadap Yani.
Dengan berlari-lari kecil mereka segera mencari kesana kemari. Rinto hampir putus asa mencari Yani. Dia menyalahkan dirinya sendiri atas hilangnya Yani, sebab jika dia tidak meninggalkan Yani sendirian maka hal ini tidak akan terjadi.
“Bagaimana apakah kamu melihatnya?” Tanya Rinto kepada Jati ketika mereka bertemu kembali.
Jati hanya bisa menggeleng karena tidak bisa menemukan keberadaan Yani, saat mereka sedang berada di tempat yang terlalu ramai seperti itu.
“Kasihan sekali perempuan tadi, ayahnya sampai menamparnya beberapa kali dan membuka hijabnya.” Ucap beberapa wanita yang berjalan melewati mereka.
Mendengar apa yang dikatakan oleh wanita-wanita tersebut, Rinto segera memikirkan apa yang mungkin saja terjadi. Pikirannya tidak tenang ketika mendengarkan apa yang mereka bicarakan, sehingga dengan cepat dia berlari menuju ke arah tempat mereka sebelumnya berjalan.
Jati yang tidak mengerti mengapa Rinto mengarah ke sana memilih untuk tetap mengikutinya dari belakang.
Dari kejauhan, Rinti dan Jati bisa melihat kalau Feby dan Yani sedang berhadapan dengan beberapa orang yang menghentikan mereka.
“Kenapa lama sekali untuk membawakan aku uang? Kau sudah ingatkan bahwa hari ini adalah batas terakhirmu. Jika kau memang tidak memberikannya maka nyawamu yang akan melayang.” Ucap seorang pria berjas hitam yang baru saja keluar dari bar tak jauh dari tempat mereka kepada ayah Yani.
“Tenang dulu, a… Aku sedang berusaha mendapatkan uangnya sekarang. Anak ini, anak ini mendapatkan banyak uang dari seseorang. Jadi aku sedang berusaha mendapatkan uang dari nya.” Ayah Yani segera menunjuk-nunjuk kepada Yani sebagai alasannya.
“Oh… dia terlihat cantik. Tidak buruk!” Tatapnya penuh nafsu melihat Yani yang terus berusaha untuk menutupi rambutnya dengan hijabnya yang tampak sedikit sobek karena kelakuan Ayahnya.
Melihat tatapan mereka, Yani semakin takut dan tak tahu harus bagaimana. Pikirannya hanya terarah untuk menemukan cara mengeluarkan Feby dari masalahnya.
“Bagaimana jika kau memberikan anak ini saja padaku dan akan aku anggap lunas semua utang-utang mu. Aku bisa menambahkan 5 juta jika kamu mau, tentu itu uang yang banyak untukmu bisa berjudi.” Pria itu memberikan tawaran yang sangat menggiurkan bagi ayah Yani.
“Tentu saja! Kau bisa membawanya sekarang. Aku, aku terima tawaranmu itu, asal semua utang-utang ku lunas dan kau juga memberikanku uang lima juta tersebut.” Terang Ayahnya langsung menyerahkan Yani tanpa perlawanan.
“Kau bisa mendapatkannya!” Pria itu segera melempar se ikat uang ke belakangnya yang langsung ditangkap dengan penuh nafsu oleh Ayah Yani.
Pria itu dengan segera memberitahu para pengawalnya untuk segera menangkap Yani, namun mereka juga mengamankan Feby yang langsung membuat Yani semakin panik.
“Lepaskan! Kau Ayah…” Yani berusaha melepaskan diri namun kemudian tiba-tiba beberapa orang yang memegangnya telah melayang dengan sangat cepat.
“Maafkan aku karena terlambat!” Rinto segera membuka bajunya dan menutupi kepala Yani serta berdiri di hadapannya.
Mendengar suara dan punggung orang yang sangat di kenalinya tersebut membuat Yani langsung merasa begitu lega. Ia dengan segera menoleh pada Feby yang sudah berada dalam perlindungan Jati.