Jenius Yang Nakal - Chapter 496
Di sisi lain. “Sayang, sampai kapan kau akan terus-menerus marah seperti ini? Aku kan sudah mengaku salah sampai berkali kali padamu.” Yogi yang berada di luar kamar tampak sedang berusaha untuk membujuk Aurelia dengan suara yang lembut. “Aku tau kau melakukannya karena kau sudah menjadi suami orang sehingga untuk melepaskan masa lajangmu yang sudah tidak bebas lagi, kau ingin setidaknya sekali saja untuk bisa merasakan bebasnya sendiri. Iya kan?” Tegas Aurelia dari balik pintu dengan suara yang masih kesal. “Oke, aku akui memang aku sempat berpikir seperti itu. Tapi sebenarnya dari awal aku hanya ingin mengajak mereka semua setidaknya bersenang senang satu kali saja untuk melepas penat mereka.” Jelas Yogi masih tetap dengan suaranya yang lembut. “Kau tahu sendiri kan, selama ini mereka selalu terpaku terhadap pekerjaan mereka. Apalagi Rendy dan yang lainnya, sedari awal mereka bukanlah orang yang bisa mendapatkan waktu libur seperti saat itu.” Lanjutnya lagi dengan terus berusaha untuk meluluhkan Aurelia. “Meskipun begitu, kau kan seharusnya ingat bahwa kami semua sudah berdandan dengan sangat lama hanya untuk kalian. Kami juga berusaha dengan sangat baik untuk bisa menarik perhatian kalian. Tapi apa yang kalian lakukan?” Aurelia membuka pintu kamarnya agar bisa memarahi Yogi tepat di depan hidungnya. “Aku tau, kau juga sudah merencanakan semuanya dengan mengorbankan waktu berharga kita berdua demi mendapatkan kebahagian dan kebersamaan bersama yang lainnya.” Yogi meraih tangan Aurelia untuk bisa berbicara dari hati ke hati. “Tapi sungguh, aku sudah mengatakan hal itu kepada Elvian untuk hanya menemaninya satu lagu saja dan berencana kembali secepatnya untuk menemui kalian. Tapi kesalahan lain yang aku lakukan adalah aku tidak mendengar satupun panggilan yang masuk.” Jelasnya lagi berusaha untuk terus meluluhkan hati Aurelia. “Lalu kenapa kau..” Yogi sudah menutup bibir Aurelia yang masih ingin tetap pada kemarahannya ingin melampiaskannya kepada Yogi. “Apapun yang kau inginkan sekarang aku akan mengikutinya. Besok memang hari saptu dan kau pasti libur, untuk itu manfaatkan lah waktu yang ada ini dengan banyak beristirahat dan jangan memikirkan hal-hal itu lagi.” Ucap Yogi membawa Aurelia masuk dan duduk di atas ranjang. “Aku akan tidur di luar. Jika memang amarahmu sudah meredah dan kau sudah memaafkanku, barulah aku akan masuk untuk tidur bersamamu. Selamat malam sayang.” Yogi langsung mengecup lembut dahi Aurelia dan membiarkannya tertidur dengan nyaman. Melihat sikap Yogi yang penuh tanggungjawab seperti itu, tentu saja akan meluluhkan hatinya. Aurelia sadar kalau dia sudah bersikap sangat keras kepada Yogi selama ini. Dengan sedikit merasa bersalah karena sudah bersikap keras padanya, Aurelia akhirnya mencoba untuk sedikit memperbaiki sikapnya kedepannya. Aurelia akhirnya tertidur dengan sangat lelap diatas tempat tidur hangatnya. Hingga tepat di tengah malam ia terbangun karena merasakan haus yang tiada tara. Lehernya sangat kering sedang air putih yang biasanya ia siapkan di atas mejanya sudah habis tak bersisa. “Sepertinya Ace kamar ini tidak berfungsi dengan baik. Rasanya panas sekali dan sekarang bajuku basah semua karena keringat.” Aurelia bangkit dari ranjangnya dan mencari remote kontrol Ace nya untuk menaikkan suhu alat pendingin tersebut, namun tetap tak terasa olehnya. Dengan tubuh yang setengah lembab dan bajunya menempel pada kulitnya membuat Aurelia memilih untuk mencari air minum terlebih dahulu untuk meredakan hausnya. Dia segera mengambil minuman dingin dari dalam kulkas dan meminumnya hingga habis. Aurelia juga tidak lupa untuk menuangkan sedikit air ke dalam gelasnya sebelum kembali ke kamarnya. Begitu ia berjalan berjalan menuju kamarnya, dia melihat Yogi yang tertidur dengan beberapa berkas yang berhamburan di atas mejanya dan satu berkas lagi berada di atas tubuhnya. “Huhhhhhffft” Aurelia mendesah melihat Yogi seperti itu. Dia meletakkan gelas air minumnya dan mendekat ke arah Yogi yang sedang tertidur. Dia membereskan beberapa berkas yang tampak berhamburan diatas meja disekitar Yogi. Setelah itu, dia berusaha untuk mengambil satu berkas yang berada di atas dadanya. Dia menariknya secara perlahan-lahan, namun tiba-tiba Yogi terbangun dan langsung menindih Aurelia dengan begitu kuat. Bahu Aurelia terasa sakit akibat tangan keras Yogi yang menekan bahunya dengan sangat kuat. “Yogi, sakit.. kau kenapa?” Aurelia meringis kesakitan melihat Yogi seolah tidak sadar melakukan hal tersebut. “Apakah kau baik-baik saja? Maafkan aku, aku tidak bermaksud…” Yogi langsung membangunkan Aurelia dan segera meminta maaf atas apa yang sudah ia lakukan. “Apa yang sedang terjadi? Apa kau sedang bermimpi buruk?” Suara lembut Aurelia sedikit menghangatkan hati Yogi sehingga ia tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya dan mengelus kepala Aurelia. “Aku baik-baik saja, maaf sudah membuatmu takut.” Terang Yogi menatap Aurelia dengan sangat lembut dan penuh kasih. Melihat tubuh Yogi yang yang dibasahi oleh keringat dan bernafas dengan berat membuat Aurelia segera mengambil minumannya yang sudah ia sediakan sebelumnya dan ia berikan kepada Yogi. “Terimakasih, maaf sudah karena sudah membuat mu khawatir.” Yogi tersenyum sembari mengambil gelas yang diberikan oleh Aurelia. “Apa yang sedang kau khawatirkan? Kau tampak memiliki beban pemikiran yang sangat banyak.” Aurelia duduk disebelah Yogi untuk menenangkannya. “Bukan hal yang penting, aku hanya kaget saja tadi. Apa yang membuatmu terbangun?” Tanya Yogi tidak ingin membuat Aurelia semakin khawatir padanya. “Ace di kamar mati, aku kepanasan dan kehausan sehingga keluar untuk mengambil minuman. Dan saat ingin kembali, aku melihatmu terbaring dengan berkas-berkas yang berserahkan dimana-mana.” Jelas Aurelia sembari membelai rambut Yogi untuk menghilangkan peluhnya. “Ya sudah, coba aku lihat. Mungkin ada sedikit eror dengan mesinnya.” Yogi bangkit dari kursinya menuju ke kamar untuk melihat Ace yang dimaksudkan oleh Aurelia. Dia segera memeriksa Ace tersebut dan menemukan permasalahannya. Tidak butuh waktu lama baginya untuk memperbaiki alat pendingin tersebut. “Sudah selesai, sekarang suhunya sudah terasa. Kau bisa kembali tidur dengan nyaman sekarang.” Terang Yogi setelah memastikan suhunya menggunakan tangannya. “Hmmm? Ada apa?” Tanya Yogi saat Aurelia tertunduk sembari memegang bajunya dan menghentikannya. “Ke.. kenapa kau tidak tidur bersama ku saja? Diluarkan sangat panas, lagi pula ranjang ini cukup besar buat ku.” Ucap Aurelia dengan suara setengah berbisik. “Jika aku tidur di bersamamu disini, kau mungkin tidak akan bisa tidur malam ini dan malam ini akan menjadi malam yang sangat panas meski memakai Ace. Apa kamu masih mau?” Pancing Yogi setengah menunduk kepada Aurelia. Aurelia tidak menjawab apa yang dikatakan oleh Yogi namun mukanya yang memerah semua membuat Yogi terkejut. Dia akhirnya tersenyum, menutup pintu dan mengangkat Aurelia ke atas ranjang.