Jenius Yang Nakal - Chapter 502
Berkat apa yang dilakukan oleh Adith dan Alisya, mereka semua menjadi sedikit lebih tenang. Akan tetapi pikiran mereka terhadap masa depan yang akan di huni oleh keturunan mereka membuat mereka sedikit khawatir terhadap perkembangan zaman yang semakin menggila tanpa disadari oleh banyak orang.
Karin membuka jendela mobilnya dan merasakan udara segar malam itu menyeruak masuk kedalam mobil dan menerpa wajahnya dengan sangat lembut. Pikirannya masih tidak tenang dan tubuhnya masih terus bergidik nyeri setiap kali dia mengingat apa yang baru saja dilihatnya.
“Apa kau masih memikirkan kejadian sebelumnya?” tanya Ryu yang mengemudikan mobil dengan sedikit lebih pelan dari biasanya untuk membuat Karin nyaman.
Karin membanting tubuhnya pada kursi dengan tangan masih meraba hembusan angin. Pandangannya kosong jauh menembus jalan yang ramai dengan segala kebisingan dan kerlap-kerlip lampu dimalam hari.
“Aku hanya takut. Takut memikirkan bagaimana kerasnya dunia yang akan dihadapi oleh anak dan generai kita nantinya jika kehidupan saat ini saja tampak begitu kotor dan busuk. Aku takut mereka bisa terjebak pada jalan yang salah tanpa mereka sadari seperti apa yang baru saja kita saksikan tadi.” Ryu bisa melihat betapa besarnya kekhawatiran Karin dari suaranya yang bergetar dan ekspresinya jelas gusar akan hal yang baru saja dikatakannya.
“Sama seperti halnya kita saat ini, aku yakin jika mereka juga bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi mereka selama kita tetap mendampingi mereka dan tersu menuntun mereka. Dunia memang takkan pernah lepas dengan segala jenis hitamnya kehidupan, namun bukan berarti krisis moral akan terjadi dimana-mana.” Ryu mencoba untuk menenangkan Karin dengan menggenggam erat tangannya.
“Manusia adalah makhluk paling cerdas yang dapat menemukan berbagai hal dan cara untuk dapat bertahan hidup. Apa yang kamu lihat memang hanyalah sebagian kecil gelapnya dunia ini, namun tak perlu khawatir karena diantara mereka semua tentu akan ada satu yang sadar dan menyelamatkannya.” Ucap Karin menenangkan Karin sekali lagi.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Ryu, Karin tersenyum dengan hangat. Ia hampir lupa kalau satu dari yang dimaksudkan oleh Ryu adalah mereka sebagai contoh kecilnya. Perlahan tapi pasti, sesuatu hal baik tentu akan datang menyelamatkan beberapa orang yang memeinta untuk keluar dari kegelapan.
“Aku tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Karin saat ini. Bahkan aku yang tak menyaksikan secara langsung apa yang telah terjadi masih merasa tidak nyaman dan tubuhku terus saja bergidik ngery, apalagi dirinya yang melihat semua hal tersebut dengan kedua matanya.” Ucap Aurelia menatap ke arah Yogi yang sedang duduk bersamanya merangkulnya dengan hangat di kursi sofa.
“Kau benar, aku sempat merasa khawatir saat melihatnya begitu takut dan pucat ketika melihat semua itu. Akan tetapi dia jauh lebih kuat dari yang kau khawatirkan, karena dia mampu mengendalikan dirinya dengan sangat baik. Mereka semua sudah terlatih dengan sangat baik sehingga mereka lebih Tangguh dari yang kita bayangkan.” Yogi membelai lembut rambut Aurelia untuk menenangkannya.
“Aku merasa takjub pada Alisya. Dibandingkan dengan Karin, dialah yang selama ini paling menderita. Dia sudah melewati berbagai hal yang sangat mengerikan didunia ini. Alisya sangat luar biasa, tapi mengingat semua hal yang sudah dilaluinya membuat aku merasa sakit dan perih.” Tak terasa air mata Aurelia mengalir mengingat seperti apa yang sudah dilalui oleh Alisya selama ini.
“Kau benar, dia adalah wanita Tangguh yang belum pernah aku temui selama ini. Bahkan aku sangat menghormatinya karena hal tersebut. Tapi diatas semua itu, aku bersyukur karena sudah dipertemukan dengan orang-orang seperti mereka.” Ucap Yogi sekali lagi dengan mengambilkan tisu untuk diberikan kepada Aurelia.
“Dan kau tau, apa yang membuat semua orang bertahan dengan semua hal yang telah dilaluinya adalah memiliki orang-orang yang bisa terus mendukung mereka dan mencintai mereka. Seperti kamu yang saat ini menangis karena rasa cintamu kepada mereka berdua bukan?” tatap Adith ke wajah Aurelia yang terlihat memerah dan sembab.
Aurelia mengangguk membenarkan apa yang dikatakan oleh Yogi dan mengangguk pelan.
Karena terus memikirkan perempuan-perempuan yang terjebak di dalam Bar sebelumnya, hati Rinto tak tenang sehingga dia yang sudah berjalan menuju jalan pulang kerumahnya segera memutar balik mobilnya menuju ke tempat ibu yani di rawat. Berharap untuk dapat melihat Yani di sana dan memastikan keadaan mereka semua.
“Yani… kau tau kan, mama tak ingin hanya karena mama kamu jadi mengahambat dirimu untuk bisa membuka diri kepada pria yang menghampirimu. Mama tau kau suka kan dengan pria kemarin?” tanya ibunya kepada Yani yang sedang menyiapkan obat untuk ibunya.
Rinto sejenak berhenti mendengar apa yang dikatakan oleh ibu Yani. Dia tidak tahu pria mana yang dimaksudkan oleh ibu Yani, tapi akan kurang nyaman baginya untuk masuk sekarang disaat mereka tampaknya sedang membicarakan sesuatu yang cukup serius.
Karena sudah melihat dan mendengar suara Yani, Rinto merasa sebaiknya ia pergi dari sana dan meletakkan parsel buah yang ia bawa di depan pintu masuk.
“Dia manager Yani ma, bagi dia Yani hanyalah seorang karyawannya. Perhatian yang ia berikan itu adalah perhatian seorang teman kepada temannya, tidak lebih. Jadi mama tidak usah salah paham dengan sikap dia seperti itu, sebab dia memang bersikap seperti itu kepada siapapun terlepas dia wanita atau tidak.” Jawab yani dengan suara lembut yang langsung membuat Rinto kaget ketika mendengarnya.
Rinto tak menyangka kalau laki-laki yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya sendiri. Dia yang sebelumnya sudah ingin pulang dengan segera menempelkan tubuhnya kedinding dan bersembunyi.
“Tapi yang mama lihat tidak seperti itu, mama lihat dia menaruh simpatik sama kamu kok. Kamu hanya sedang mencari alasan karena mama kan? Mama yang sakit seperti ini tentu membuat kamu tak ingin terikat dengan pria lain karena kamu takut kalau kita akan membebani hidup mereka bukan?” perkataan ibunya segera membuat Yani sejenak terhenti. Apa yang dikatakan ibunya mengenainya dengan sangat telak sehingga Yani seolah kehilangan kata-kata.
“Mama tanya sama kamu, apa kamu tidak suka dengan manager kamu siapa sih Namanya Ri.. Rinto?” tanya ibu Yani setelah berusaha mengingat nama Rinto.
Yani terdiam sejenak dan hanya tersenyum memberikan obat kepada ibunya dan membuat ibunya minum obat tersebut.
“Yani… Jawab dong..” desak ibunya sekali lagi.
“Huffftt.. Iya ma, Yani suka sama pak Rinto. Tapi itu tidak akan mengubah apapun. Pak Rinto sudah memiliki orang yang dia sukai, dan sampai sekarang dia masih seperti itu.” Jawab Yani pasrah dengan desakan ibunya padanya.