Jenius Yang Nakal - Chapter 507
“Kau sudah laparkan?” Adith yang sudah selesai mandi terlebih dahulu dari Alisya yang sempat tertidur karena kelelahan akibat ativitas pagi keduanya sengaja menuju ke dapur untuk membuatkan sarapan untuk Alisya.
“Sudah jam berapa ini?” tanya Alisya sembari menggulungkan rambutnya yang setengah basah pada bagian ujungnya karena baru selesai mandi.
“Jam sepuluh pagi. Makanlah, kau pasti sangat lapar sekarang.” jawab Adith sembari menyodorkan Alisya nasi goreng special buatannya. Adith yang memakai celemek berwarna pink dengan motif bunga-bunga pada bagian pinggirnya dan gambar helo kitty pada bagian tengah segera membuat Alisya tertawa melihatnya.
“hahahahaha… Kau terlihat sangat cocok menggunakan celemek itu. Kau mengingatkan ku pada seorang wanita yang semalam aku lihat, kalau tidak salah Namanya Adity.” Seru Alisya sembari tertawa menggigit sendoknya dengan senyuman yang sangat cantik dan menawan.
“Aku tidak perduli harus menjadi apa jika itu bisa membuatku melihat senyumanmu seperti ini setiap hari.” Adith mencubit pipi Alisya dengan gemas merasa sangat Bahagia karena bisa menatap Alisya lebih lama hari ini.
Disaat mereka masih terus bercengkrama sembari menyantap makanan di pagi hari yang sudah menjelang siang tersebut, tiba-tiba sebuah telepon berdering dengan sangat keras.
“Dari siapa?” tanya Adith bingung saat melihat ekpresi Alisya yang mengerutkan keningnya.
“Aku tak tahu, tapi melihat nomor ini. Aku sepertinya tahu kalau ini adalah nomor rumah sakit dimana ibu Yani di rawat.” Terang Alisya sembari mengangkat telepon dari rumah sakit tersebut.
Tepat saat Alisya sedang menerima telepon tersebut, Adith juga menerima panggilan lain dari Rinto. Mendapat panggilan tersebut, Adith dan Alisya segera berpandangan satu sama lainnya seolah memahami ekspresi masing-masing mengenai apa yang sudah terjadi dengan dua panggilan yang masuk tersebut.
“Apa orang yang menelponmu adalah Rinto?” tanya Alisya kepada Adith begitu ia juga selesai menerima telepon dari pihak rumah sakit.
Alisya mendapatkan telepon dari rumah sakit karena sebelumnya, beberapa dari suster tersebut tahu kalau selama ini Alisya lah yang selalu membantu Yani secara diam-diam tanpa sepengetahuan Yani. Mereka mengira kalau Yani ada bersamanya dan sudah sedari malam mereka menghubungi Alisya, namun karena Alisya tidak mengetahuinya karena langsung tidur, membuat mereka akhirnya bisa menghubungi Alisya di jam sepuluh tersebut.
“Ya benar, dan dia juga sedang mencari keberadaan Yani sebab semalam sebelum ia pulang, Rinto sempat mengunjungi rumah sakit namun tidak bertemu secara langsung dengan Yani.” Terang Adith meletakkan handphone miliknya dengan wajah gusar.
Mereka berdua terdiam sejenak lalu kemudian berinisiatif untuk melakukan pertemuan dengan teman-temannya yang lain. Selain untuk mencari keberadaan Yani, mereka juga ingin memastikan kemungkinan yang terjadi dengan kejadian sebelumnya yang sudah pernah mereka alami.
“Apa yang sedang terjadi sebenarnya?” Aurelia yang sebelumnya melihat Yogi bersiap-siap memaksakan diri untuk ikut. Dia tidak ingin tinggal diam dan ingin terlibat dalam semua hal yang dilakukan oleh teman-temannya saat ini.
“Kata suster, Ibu Yani dan adiknya menghilang entah bagaimana tepat setelah beberapa menit dari kepulangan Rinto di rumah sakit.” Alisya memberikan penjelasan singkat mengenai apa yang sudah ia dengarkan dari suster di rumah sakit tempat ibu Yani di rawat.
“Jadi maksudnya mereka mencurigai Rinto?” Yogi memandangi Rinto yang masih duduk termenung kembali menyalahkan dirinya sendiri.
Rinto merasa kalau dia terlalu pengecut sehingga karena keteledorannya, orang yang di sayanginya mendapatkan masalah. Terlebih saat semalam dia berada di rumah sakit tersebut, yang mana seandainya saja Rinto masih berada di sana untuk sedikit lebih lama, mungkin kejadia seperti itu takkan terjadi.
“Rinto… Rinto..? Rinto!!!” Yogi akhirnya berteriak dengan cukup keras dan mengguncangkan tubuh Rinto yang terpaku dan terdiam tidak bergerak tenggelam dalam pikirannya sendiri.
“Ah… Maaf karena aku sedikit melamun tadi.” Terang Rinto mencoba kembali pada kesadarannya dengan menarik nafas dalam-dalam.
“Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri, semua ini terjadi juga bukan atas kehendakmu.” Alisya yang seolah bisa melihat ke khawatiran Rinto yang terduduk termenung mengepalkan tangannya dengan sangat keras hingga mulai menggores tangannya sendiri segera mengingatkan Rinto.
Rinto paham maksud dari yang dikatakan oleh Alisya sehingga ia mengangguk dengan tegas. Tidak ada waktu untuk menyesali hal yang sudah terjadi, yang harus ia lakukan sekarang adalah bagaimana cara untuk menemukan Yani dan Ibunya secepatnya.
“aku merasa kalau semua ini ada hubungannya dengan kejadian yang sebelumnya mereka alami.” Elvian segera membuka suara mengingat apa yang sudah pernah terjadi pada Yani.
“Para preman itu?” tanya Jati denga sedikit ragu-ragu.
“Benar, bisa jadi hal ini memang berhubungan dengan mereka yang juga melibatkan ayah Yani. Ayah Yani sebelumnya adalah seorang peminum dan penjudi yang sangat candu dimana karena hal tersebut, ayahnya bermasalah dengan seorang tetangga yang juga penjudi. Karena masalah utang piutang, ayah Yani melakukan pembunuhan terhadap orang tersebut dan hanya mendapatkan hukuman sepuluh tahun penjara.” Alisya mulai memberikan mereka informasi mengenai kehidupan keluarga Yani untuk bisa menarik benang merah terhadap apa yang sedang terjadi.
“Dan Sepuluh tahun penjara tersebut ternyata tidak membuatnya sadar dan malah semakin menjadi-jadi dengan kembali meninggalkan Istrinya dan kedua anaknya dalam waktu yang lama. Ia akhirnya kembali pada Yani setelah tak sengaja bertemu dengannnya beberapa waktu lalu yang kemudian melakukan kesepakatan dengan tempatnya bermain.” Adith juga mengeluarkan argumennya dengan sedikit menebak alur berdasarkan apa yang sudah di ceritakan oleh Rinto mengenai kejadian yang sebelumnya.
“Dan kesepakatan yang telah dibuat ayahnya adalah Uang dan…” Rinto mulai mendapatkan hubungan di antara semua kejadian tersebut.
“Yani juga adiknya.” Ucap mereka serempak.
“Aku sudah berhasil meretas CCTV rumah sakit tersebut, dan lihat apa yang aku temukan.” Elvian segera memperlihatkan sebuah gambar hologram dimana dua orang pria berpakaian serba hitam terlihat sedang membawa seorang ibu yang duduk di kursi roda dan seorang wanita muda di kursi roda yang lainnya.
“Benar, itu adalah ibu Yani dan adiknya, Yena. Mereka sepertinya sangat mengetahui posisi dari kamera CCTV yang ada dirumah sakit ini.” Tunjuk Alisya mengenali siapa orang yang berada dikedua kursi tersebut.
“Selain itu, aku menemukan beberapa rekaman CCTV yang lainnya telah di hapus. Tapi berkat Azura, aku berhasil menemukan sesuatu yang bisa menjadi petunjuk utama kita.” Elvian kembali menggerakkan tangannya dengan sangat lincah untuk memperlihatkan gambar berikutnya.
Tepat saat itu, handphone milik Rinto berdering dengan sangat keras. Teman-temannya yang terfokus dengan layar hologram yang di tunjukan Elvian tidak sempat memperhatikan perubahan ekspresi mendadak dari Rinto.
“Ak uke toilet sebentar.” Ucapnya sembari berdiri meninggalkan mereka semua menuju ke toilet.
,