Jenius Yang Nakal - Chapter 511
Rinto yang penuh amarah telah dikendalikan sepenuhnya oleh energi nanonya yang menyeruak keluar. Energi yang sangat besar tersebut membuat Rinto tak bisa mengendalikan dirinya dan tenggelam dalam amarah yang sangat besar. Ia benar-benar tenggelam hingga ia berhalusinasi dalam alam bawah sadarnya sendiri. “Apa yang harus kita lakukan padanya?” Tanya Karin kepada Yogi, melihat Rinto masih dikelilingi oleh pisaunya yang melayang saling bersahut-sahutan. “Zing… zingghh zinggh!” Bunyi itu terus terdengar menunjukkan tak ada celah yang dapat membuat mereka untuk menghampiri Rinto. “Rinto… hentikan! Semuanya sudah berakhir sekarang.” Teriak Yogi kepada Rinto, namun tidak dapat didengar olehnya. “Sudahlah, kita bisa mengurusnya belakangan. Sekarang kita harus menyelamatkan Yani terlebih dahulu.” Ucap Karin ketika melihat Yani dengan baju yang sudah sobek sana sini. “Benar, kita bisa mengurus Rinto nanti. Yani sepertinya mengalami shock yang sangat hebat. Aku akan mengeluarkan jasad ibunya.” Terang Ryu langsung berjalan menghampiri jasad ibu Yani. “Mereka sangat kejam. Bahkan mereka hampir memperkosa dan membunuh gadis yang masih belia ini.” Rendy menutup matanya ketika menghampiri tubuh adik Yani. “Ayahnya pun tak luput dari pembunuhan ini. Ini tampak seperti sebuah pembantaian satu keluarga.” Jati dan Rafli segera mengangkat jasad tubuh Ayah Yani dan segera mengeluarkannya dari sana. Mereka segera membawa keluar membawa ketiga jasad tersebut, sedang Karin dan Ryu sedang berusaha untuk melepaskan rantai yang mengikat Yani. “Di tubuhnya penuh dengan luka-luka, sepertinya dia diperlakukan dengan benar benar sangat kasar.” Ucap Ryu sembari mencoba untuk membuka bajunya, ia berniat untuk menutup tubuh Yani yang sedang pingsan tersebut. “Jllebb!” Tangan Karin segera mencolok kedua mata Ryu, karena kesal pada Ryu yang sudah melihat tubuh Yani. Meski Yani masih memiliki beberapa helai yang menutup sebagian tubuhnya, beberapa bagian tubuh yang sobek juga memperlihatkan sedikit bagian tubuhnya yang memang di penuhi oleh luka-luka. “Siapa yang suruh kamu bisa lihat tubuh wanita dengan se enak hati seperti itu?” Bentak Karin dengan kesal kepada Ryu. Ryu yang kedua tangannya masih tertahan karena sedang ingin membuka bajunya pada akhirnya berguling-guling karena merasakan sakit. “Kenapa kau kejam sekali padaku. Kau taukan kalau mata itu adalah salah satu indra yang sangat sensitif.” Ryu bangkit dengan mata berair yang pedih dan tak bisa membuka matanya dengan benar. “Itu salah mu sendiri, lagi pula matamu akan kembali membaik jika kau bisa memusatkan energi nanomu untuk memperbaiki sel-sel pada bagian matamu. Beruntunglah matamu tidak aku congkel.” Ucap Karin menarik baju Ryu dengan kasar dan menutupnya pada tubuh Yani. “Sampai kapan kalian akan disitu? Bukan saatnya berdebat disini.” Teriak Yogi mengingat mereka sebab tangannya mulai lelah menutupi mereka dari serangan pisau Rinto yang cukup dekat dengan mereka. “Lain kali kau melihat tubuh wanita dengan seenaknya, aku akan mencongkel matamu dengan sangat kuat. Sekarang angkat dia!” Perintah Karin menyuruh Ryu untuk mengangkat tubuh Yani dengan bantuannya. “Bagaimana aku bisa mengalihkan pandangan? Apa ini yah namanya kalau di lihat dosa, tidak di lihat juga barang bagus!” Gumam Ryu yang langsung kembali mendapatkan cubitan maut dari Karin yang sekali lagi membuat Ryu menggelinding kesakitan. “Bisa kalian hentikan itu?!” Yogi semakin marah dengan mereka berdua yang tampaknya sedang bermesraan di belakangnya sedang dia masih berusaha untuk melindungi mereka dengan sebuah meja yang ia angkat sehingga tangannya mulai pegal. “Aku tak bisa mengangkat nya jika mataku masih belum aku buka, butuh waktu untuk mataku bisa menyembuhkan diri.” Tegas Ryu setelah kembali bangkit dari rasa sakitnya. “Angkat saja, biar aku yang akan menunjukkan jalan untukmu.” Ketus Karin kesal dengannya yang terus saja berbicara. Dengan sedikit meraba-raba menggunakan bantuan Karin, Ryu akhirnya mengangkat tubuh Yani dan berusaha untuk membawanya keluar. Tepat saat ia melangkah, meja yang di angkat oleh Yogi pada akhirnya mencapai batasnya dan langsung terbelah sedang Yogi belum siap untuk menghindar. “Brakkk!” Yogi dan Karin menutup mata mereka dengan rapat karena mengira kalau semua pisau yang melayang dengan kecepatan tinggi itu akhirnya mengenai mereka saat mereka tidak bersiap, akan tetapi hal tersebut tidak terjadi. “Kalian baik-baik saja? Cepat lah menjauh darinya.” Ucap Zein yang melindungi mereka dengan pintu besi yang ia angkat dengan susah payah. “Uwaahh… kalian memiliki otot yang sangat berguna juga ternyata. Shangkyuh…” Karin menaikkan satu tangannya dengan tersenyum licik yang cukup membuat Yogi kesal. “Apa yang sedang terjadi?” Tanya Ryu khawatir dengan matanya yang masih belum bisa terbuka dengan baik karena perih. “Tidak usah pedulikan itu, sebaiknya kita keluar sebelum gedung ini benar-benar runtuh dengan tanah.” Ucap Karin langsung menarik Ryu pergi dari sana. Mereka segera keluar dari ruang tersebut, akan tetapi pada saat mereka sedang mencari jalan, tempat mereka masuk tempat itu tiba-tiba runtuh dan menutup jalan keluar mereka. “Ah.. apa Elvian sudah berniat menghancurkan seluruh gedung ini disaat kita semua masih berada di dalamnya?” Karin segera menarik Ryu dan melindungi kepala Yani dan Ryu secara bersamaan dari runtuhan yang jatuh. “Tidak usah khawatir, di sebelah sana masih ada jalan yang bisa kita lalui.” Ucap Ryu segera mengarahkan Karin menuju ke jalan lain yang sedikit memutar jauh. Mereka berdua pun segera berjalan kesana dengan terus melindungi Yani. Dengan kemampuan ekolokasi yang dimiliki oleh Ryu, mereka bisa menentukan jalan yang bisa mereka lalui. “Apa yang harus kita lakukan dengannya?” Tanya Zein setelah berhasil menjauh dari Rinto yang masih terus mengamuk di dalam ruangan tersebut. “Aku juga tak tahu bagaimana, sepertinya melihat tubuh Yani di perlakukan dengan sangat keji dan melihat orang lain juga di bunuh di hadapannya membuatnya sangat marah.” Jelas Yogi yang tampak tak bisa menemukan jalan untuk bisa menenangkan amarah Rinto yang masih terus meluap. “Tapi jika dia seperti itu terus, dia bisa saja berubah menjadi mutan seperti Alisya sewaktu dulu melihat Karin disakiti. Alisya mungkin kembali ke tubuhnya semula berkat Adith, tapi hal ini belum tentu berhasil pada Rinto.” Terang Zein mengingat kejadian tempo hari sewaktu Alisya pernah hampir berubah menjadi mutan. “Kau benar, kita harus menemukan cara untuk bisa menenangkannya. Aku harap dia bisa mendengar suaraku, jika tidak kita semua akan berada dalam bahaya jika terus berada disini.” Ucap Yogi yang kemudian berusaha untuk meraih kesadaran Rinto. Yogi terus saja meneriakkan namanya dengan susah payah sembari terus menghindari pisau yang terus berterbangan di sekelilingnya dengan semakin tak terkendali. Akan tetapi, apa yang ia lakukan tetap tidak mampu meraih kesadaran Rinto.