Jenius Yang Nakal - Chapter 516
“Kau sudah gila yah? Main hantam saja pada pasien yang baru bangun?” Yogi tak menyangka kalau Karin langsung mengeplak Rinto dengan begitu kerasnya.
“Kau pikir aku tidak kaget? Aku jadi mendadak tua 10 tahun gara-gara dia tau!” ucap Karin kesal karena dia memang benar-benar sangat terkejut. Selain karena Rinto yang bangun secara tiba-tiba, melainkan juga karena dia berteriak dengan sangat kencang.
“Aduh, sakit sekali!” ucap Rinto sembai memegang kepalanya yang sakit.
“Kau baik-baik saja? Itu salahmu sendiri karena berteriak mendadak seperti itu.” Pukul Yogi pelan pada bahu Rinto.
“Aku bisa merasakan energi nano yang ada dalam tubuhmu perlahan-lahan mulai stabil. Sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi, kau sudah baik-baik saja sekarang.” Alisya seolah bisa melihat pergerakan ion-ion nano dalam tubuh Rinto yang memang sudah jauh lebih stabil dibanding dengan sebelumnya.
“Sepertinya serum yang diberikan oleh Karin bekerja dengan sangat cepat sehingga hanya dalam hitungan detik semua sudah baik-baik saja sekarang. Tapi apa dia perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahu sebatas mana energi nano yang dalam tubuhnya berkembang?” tanya Adith kepada Alisya mengenai kondisi Rinto.
“Sepertinya tidak perlu, tapi aku masih tak menyangka kalau Rinto juga bisa mengalami perubahan seperti itu. Itu artinya kita semua yang memiliki energi nano juga bisa mengalami hal yang sama dengan Rinto.” Tatap Karin juga kepada Alisya mengenai perkembangan yang mungkin hanya diketahui oleh Alisya dan professor Ahmad saja.
“Benar, kalian mungkin akan mengalami hal yang sama dengan Rinto jika kalian tidak bisa mengendalikan amarah kalian dan mengeluarkan energi nano tersebut dengan skala besar, maka perubahan kalian menjadi mutan tentu saja bukanlah hal yang mustahi.” Terang professor Ahmad masuk bersama dengan Ayah Karin.
“itu semua dapat terjadi karena Alisya adalah orang pertama yang mampu mengembangkan energi nano tersebut dengan cara yang berbeda, dan kalian yang terpapar secara langsung oleh orang yang memilikinya, bukan berdasarkan data ataupun serum percobaan sehingga energi nano yang kalian dapatkan layaknya apa yang ada pada tubuh Alisya meski hanya dengan level kekuatan tertentu.” Terang Ayah Karin menjelaskan mengenai kondisi mereka semua.
“Setiap orang memiliki system pertahanan tubuh yang berbeda-beda serta daya kekebalan tubuh yang berbeda pula dan kondisi yang juga berbeda membuat kalian memiliki adaptasi energi nano yang berbeda. Hal itulah yang menyebabkan mengapa Adith juga mengalami penyesuaian energi nano yang berbeda, dimana energi nano yang ada dalam tubuhnya menyatu dengan sangat baik dan terkendali dengan sangat baik pula.” Tambah professor lagi menyodorkan data tubuh mereka kepada Adith.
“Dan karena tubuhku juga mengalami pekermbangan dengan bisa beradaptasi membuat energi nano dalam tubuhku juga ikut stabil?” Reinto merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan dirinya.
“Sepertinya ini karena kali pertama kau menggunakannya dengan sangat besar sehingga kita membutuhkan serum khsusus yang di buat oleh dokter Hady untuk bisa menetralkan ion nano yang ada dalam tubuhmu.” Jawab professor Ahmad berdasarkan data Analisa yang dilihat olehnya sebelumnya.
“Apa kami juga akan membutuhkan serum itu nantinya?” tanya Yogi ingin memastikan karena ia bepikir bahwa mungkin saja mereka juga harus menggunakan serum tersebut.
“Tentu, tapi tidak dalam kondisi normal seperti ini. Hanya mereka yang sudah sempat mengalami perubahan lah yang dapat menggunakan serum tersebut. Untuk saat ini sebaiknya biarkan Rinto beristirahat dulu agar kita bisa melihat perkembangan dari efek yang mungkin dapat ditimbulkan oleh pemberian serum itu.” Ucap Ayah Karin memberikan tanda kepada Karin untuk segera melakukan pengamatan lebih lanjut terhadap tubuh Rinto.
“Kalian berdua, ikutlah bersamaku. Ada beberapa hal yang ingin aku bahas kepada kalian berdua.” Ajak professor Ahmad kepada Adith dan Alisya.
Saling berpandangan, keduanya langsung mengiyakan ajakan professor Ahmad dan mengikutinya dari belakang setelah berpamitan dengan Rinto.
“Bagaimana dengan kondisi Yani saat ini?” tanya Rinto kepada Yogi, begitu semua orang sudah tidak berada disekitar mereka dan hanya menyisakan mereka berdua.
“untuk tubuh, dia tidak terluka cukup parah dan masih dapat di obati, tapi tidak dengan mentalnya. Yani mengalami trauma yang cukup mendalam akibat dari meninggalnya Ibu dan Adiknya secara mengenaskan di hadapan matanya.” Yogi akhirnya menceritakan semua yang di derita dan di alami oleh Yani secara rinci.
Mendengar semua yang dikatakan oleh Yogi, Rinto segera pergi ke tempat dimana Yani di rawat. Dari kejauhan, Rinto bisa melihat Yani yang duduk termenung memandangi langit. Cahaya matahari yang masuk menerpa wajahnya yang tanpa ekspresi dengan mata yang menatap kosong tak berujung membuat Rinto merasakan perih yang amat dahsyat.
Yani perlahan-lahan menangis dalam kesendirian membuat Rinto ingin berada disisinya, memberikannya wadah agar ia bisa menangis sepuasnya, memberikan pundaknya agar ia bisa bersadar jika lelah menangis, serta menemaninya agar ia tak merasa sendiri. Akan tetapi, Rinto tak berani melangkah dan terus berdiri menatap dari kejauhan.
Yani yang sudah tertidur setelah kelelahan menangis, sehingga Rinto memberanikan diri untuk masuk dan mendekatinya. Dari keterangan Yogi, Rinto mengetahui kalau ia tersadar setelah sebulan terbaring di rumah sakit milik ayah Karin. Dan dalam masa waktu itu pula, Yani tak pernah sekalipun mengeluarkan dan mengucapkan sepatah katapun.
“Maafkan aku, andai saja malam itu aku tetap bersamamu dan tidak bersikap dengan begitu pengecut dan bodohnya hingga meninggalkanmu sendirian di rumah sakit, hal ini mungkin saja tidak akan terjadi.” Ucap Rinto terduduk di sebelah Yani sembari terus memandangnya dengan lembut.
“Karena kebodohan diriku yang pengecut ini, kau akhirnya harus kehilangan semua orang yang kau cintai. Aku sangat menyesali diriku yang pulang pada malam itu, padahal aku sudah mendengar semuanya tapi karena takut kalau itu hanyalah sebuah perasaan sementara, pada akhirnya aku melarikan diri dengan begitu bodohnya.” Rinto terus saja menyalahkan dirinya atas apa yang sudah terjadi.
“Tapi mulai saat ini, aku takkan pernah membiarkanmu sendiri lagi. Aku akan terus berada disampingmu, melindungimu serta menepati janjiku pada ibumu yang telah menitipkan dirimu padaku. Meski kau akan menolakku atau membenciku, aku takkan pernah pergi dari sisimu. Aku akan melindungimu dengan nyawaku karena aku mencintaimu, Yani.” Rinto mengecup lembut kening Yani yang tampak mengekerut karena sedang memimpikan sesuatu yang buruk.
Kata-kata Rinto saat itu merasuk kedalam hati Yani, sehingga untuk sesaat dimana Rinto terus berada disisinya tersebut membuat Yani menjadi sedikit lebih tenang dan dapat tidur dengan nyaman. Semenjak kejadian yang mengerikan itu, tak pernah sedetikpun Yani bisa tidur dengan tenang karena wajah Adik dan Ibunya terus terbayang dalam mimpinya.