Jenius Yang Nakal - Chapter 527
Setelah Ayah Alisya pergi, mereka segera bergegas turun ke bawah dan pergi dari kantor tersebut dengan ke adaan luar yang sudah mulai cukup gelap. “Kau yakin mau pergi seperti ini?” Tanya Karan kepada Alisya melihat Alisya dalam keadaan sedikit lelah. “Kenapa? Apa aku terlihat tua? Apa kita perlu melakukan perawatan dulu sebelum pergi?” Tanya Alisya sembari memperhatikan wajahnya di kaca mobil. “Sudahlah lupakan saja, sia-sia aku bertanya.” Karan langsung membuat Ryu dan Rinto tertawa pelan karena respon Alisya yang tidak terlihat meyakinkan. “Apa kau tak ingin makan dulu? Sepertinya akan sangat baik jika kita makan terlebih dahulu sebelum berangkat menuju ketempat itu.” Ryu segera memberi saran kepada Alisya karena tau kalau beberapa hari ini mereka kurang mendapatkan nutrisi dengan baik. “Benar, kesehatanmu adalah yang utama saat ini. Tiga hari ini kau bekerja dengan sangat keras sampai Adith mengkhawatirkan dirimu. Dia bahkan ingin menyelesaikan pekerjaannya dan ingin menemanimu di Jepang.” Tambah Karan juga merasa khawatir dengan kondisi Alisya. “Tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Hal seperti ini tentu takkan membuatku sedikit merasa kesulitan, selain itu bukankah kita harus sedikit bergerak lebih cepat demi menjemput permasurimu?” Ucap Alisya dengan sedikit kerlingan kepada Karan untuk mengingat Akiko yang sedang menunggunya saat ini. “Meski saya tidak ingin nona pergi dalam keadaan seperti ini, tapi sepertinya kita memang tak punya pilihan lain selain menyelesaikan permasalahan ini secepatnya. Jika tidak Akiko saat ini mungkin akan menangis di pojokan menunggu kedatangan dirimu.” Terang Ryu ikut mengingatkan Karan yang tidak bisa membuang waktu lebih banyak lagi. “Maaf sudah membuatmu menunggu lama, tapi aku harap kau mau bersabar sedikit lebih lama lagi. Karena aku pasti akan menjemputmu dengan segera. Aku akan pastikan itu.” Batin Karan memandang bintang, berharap harapannya dapat sampai kepada Akiko yang mungkin sedang menatap langit saat itu. “Ryu, markas yang akan kita datangi saat ini apakah markas yang berbeda dengan yang dipimpin oleh Yasashimura? Bukankah biasanya dalam satu tempat akan ada pemimpinnya?” Tanya Rinto penasaran saat mobil semakin melaju dengan kencang membelah jalan yang begitu ramai meski di malam hari. “Ya, benar. Tiap daerah memiliki markas dan pemimpin masing-masing. Hanya beberapa pemimpin saja yang masih berada dalam pengawasan tuan Yasashimura, dan mereka yang mengira kalau tuan yang sudah semakin tua dan tidak adanya nona sebagai pemimpin yang sebenarnya membutuhkan pemimpin yang baru.” Jelas Ryu sembari terus mengemudikan mobilnya. “Apakah karena hal itu sehingga membuat mereka semakin ingin melengserkan posisi tuan Yasashimura?” Tanya Karan yang ternyata juga sama Penasarannya dengan Rinto. Meski mereka sudah sering bertemu dan mengetahui tentang keadaan organisasi tersebut, masih banyak hal yang masih belum di ketahui oleh mereka. “Mereka yang mengira kalau aku yang sudah mati dan paman Yasashimura yang sudah saatnya turun jabatan karena usianya yang semakin tua semakin membuat beberapa pemimpin dari perfektur tertentu mulai melakukan pembelokan.” Jelas Alisya yang mulai grasak grusuk di kursi belakang untuk berganti pakaian. “Dan beberapa dari mereka inilah yang sebenarnya bekerja sama dengan Sengoku Group?” Tanya Karan memastikan apa yang sudah mereka dengarkan pada rapat sebelumnya. “Beberapa pemimpin perfektur memang sudah melakukan pembelokan dan kerja sama dengan Sengoku Group. Bahkan bukan hanya itu, mereka sekarang sudah berani melakukan pekerjaan gelap yang mulai bertentangan dengan prinsip awal Yakuza yang sudah di tetapkan oleh nona Ayumi.” Terang Ryu berusaha untuk tetap fokus mengemudikan mobilnya. “Oleh karena itu, kita perlu kembali menyadarkan mereka mengenai apa yang mereka dapatkan jika telah berani melakukan hal tersebut. Se… lama inih, aku cukup lunak kepada me…reka karena berada lama di Indonesia. Jadi sudah saatnya merombak kembali organisasi ini agar suatu saat nanti bisa berguna bagi Kita!!!” Alisya yang mendesah kiri dan kanan karena memakai celana kulit hitam yang sudah di sediakan Ryu membuat mereka mulai sedikit kesal. “Oke aku paham, tapi apa kalian yakin kalau masih ada beberapa pemimpin yang memihak pada tuan Yasashimura? Pada kalian?” Tanya Karan sedikit ragu karena adanya permasalahan internal tersebut. “Kami memiliki beberapa orang yang masih sangat setia kepada nona Ayumi dan mengharapkan kembalinya kepemimpinan dengan hadirnya nona Alisya.” Jawab Ryu masih mencoba menahan diri dengan tingkah Alisya di belakang kursi mereka. “Jika benar seperti itu, apa yang akan kita lakukan saat sampai di sana nanti? Jangan bilang kita akan menyerang beberapa markas untuk…?” Rinto sebenarnya sudah bisa menebak apa yang akan mereka lakukan pada markas yang sedang mereka datangi, namun ia bertanya juga ingin memastikan rencana Alisya dan Ryu. Rinto mulai merasakan sakit di kepalanya bahkan sampai mencopot kaca yang terpasang pada bagian depan tersebut demi privasi Alisya. “Bukankah sudah ku bilang, a… umhhh aku akan memberikan mereka pe… lajaranh!! Berhasil juga!” Ucap Alisya saat telah selesai mengganti semua pakaiannya. “Bisakah kau hentikan apa yang sedang kau lakukan? Apa yang akan terjadi jika Adith mengetahui apa yang baru saja kau lakukan saat ini di hadapan 3 orang pria dengan begitu santainya?” Karan mulai terlihat kesal dengan tingkah Alisya yang mendesah dan mengganggu konsentrasi mereka. “Tentu saja, dia akan membunuh kalian. Entah bagian mana dulu yang jadi targetnya, bola bagian atas, atau mungkin bola bagian bawah.” Ucap Alisya kembali ke tempat duduknya bersama Karan. “Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu dengan ekpresi mu yang sangat santai? Jika kami tidak mengenalimu, mungkin saja kami akan berpikir kalau kau adalah seorang psikopat yang mengerikan.” Terang Karan lagi dengan tubuh yang merinding hebat. “Tapi aku tetap akan mendukung semua yang dilakukan oleh Adith pada kalian.” Lanjut Alisya dengan santai sambil tertawa pelan. Perkataan Alisya segera membuat mereka ngilu dan sedikit menutup kedua paha mereka membayangkan bagaimana murkanya Adith kepada mereka sekarang. Ryu bahkan sampai gemetar saat memegang kemudi mobil. “Huhhhh,, aku tak bisa membayangkan aku bisa menyukai sifatmu yang blak-blakan seperti ini dulu.” Karan memukul jidatnya karena tingkah laku Alisya tersebut. Di sudut lain, Rinto juga mengangguk dengan sangat kuat untuk menyetujui apa yang sudah dikatakan oleh Karan. Meski dulu perasaan mereka sama kepada Alisya, saat ini perasaan itu lebih tulus untuk menghormati Alisya dengan sangat tinggi sebagai seorang adik maupun teman. “Akan aku anggap itu sebagai pujian!” Ucap Alisya sembari menggulung lengan baju jacket kulit berwarna hitamnya dengan seyuman santai. “Ki… kita sudah sampai.” Ucap Ryu pada ketika sudah memarkir kan mobilnya.