Jenius Yang Nakal - Chapter 529
Mendengar apa yang dikatakan oleh Ryu, membuat Rinto sedikit kesal.
“Jadi kau pikir tidak masalah jika berada di bawah kakiku?” Rinto datang memegang kerah Ryu dengan kesal, namun Ryu hanya membuang wajah sambil bersiul tak ingin mengatakan apapun.
“hahaha sudahlah, lagi pula tidak masalah bukan? malam ini kita sudah menyelesaikan satu markas, selanjutnya kita akan kemana?” tanya Karan sekaligus pengalihan perdebatan Rinto dan Ryu.
“Kita tidak perlu kemana-mana, aku memang hanya ingin menargetkan satu markas saja yang sudah cukup untuk membuat markas yang lain menjadi sangat gempar. Tentu saja ini akan terjadi jika kamu yang membantu kami untuk menyebarkan berita mengenai kepulangan kami.” Alisya berjalan mendekati Gin dengan mengeluarkan aura intimidasi yang sangat pekat sehingga tanpa sadar, Gin terlihat cukup ketakutan karenanya.
“Aku akan melakukan apapun jika itu bisa membantu Hime, bahkan dengan nyawaku jika itu bisa membuat aku kembali mendapatkan kepercayaan dari Hime. Cukup berikan saja perintahmu, aku akan melakukan semuanya.” tegas Gin dengan terus tertunduk karena tidak berani mengangkat wajahnya.
“Tentu saja. Karena jika tidak, kau akan menghadapi kenyataan yang menyakitkan!” gumam Alisya kembali mengelilingi Gin untuk membuat posisi Gin semakin terpojok.
“Nona, apakah yang anda maksudkan adalah menyuruh Gin untuk membuat isu mengenai kepulangan nona serta menyebarkannya kepada para pemimpin perfektur?” tanya Ryu ingin memastikan apa yang dimaksudkan oleh Alisya.
“Bukan hanya menyebarkan isu saja, aku ingin memancing mereka untuk segera menemui kita satu persatu, sehingga dengan begitu kita tidak perlu berkeliling Jepang hanya untuk membuat kerusakan dan ancaman kepada mereka.” Terang Alisya kembali duduk di sofa yang sedikit berbau rokok tersebut.
“Itu artinya kau sengaja memancing mereka untuk menemui kita, dan kita hanya cukup menunggu kedatangan mereka saja. Apakah itu akan memberikan keuntungan bagi kita? Bukankah kita malah akan menimbulkan sedikit kekacauan?” tanya Karan tidak yakin apakah itu adalah rencana yang tepat.
“Itulah yang aku inginkan, mereka akan terjebak dengan mengira kalau kita sudah melakukan kesalahan dan kecerobohan dengan membuat salah seorang perfektur dalam kondisi seperti ini. Gin yang akan menjadi jembatan untuk mengadu domba mereka.” Terang Alisya menjelaskan maksud dan tujuan dari rencananya.
“Dengan begitu, mereka mungkin akan bertindak ceroboh karena telah terpancing sedari awal untuk segera menghabisi Ryu dan tuan Yasashimura, sehingga hal ini membuat kita lebih mudah untuk mengumpulkan mereka semua dalam satu tempat untuk dapat mengetahui siapa saja yang sudah menjadi pengkhianat dalam organisasi.” Tebak Rinto mulai memahami apa yang dimaksudkan oleh Alisya.
“Sepertinya itu ide yang sangat bagus, tapi kita butuh kerja sama dari pria yang satu ini. Sebab tentu saja hal itu takkan dapat berjalan jika dia tidak bekerja dengan baik.” Ryu terduduk menunduk di hadapan Gin.
“Bagaimana?” tanya Ryu kepada Gin, yang memang sebenarnya Ryu masih sedikit memiliki kepercayaan kepada Gin karena dia adalah teman seperjuangannya selama berada di organisasi.
“Aku takt ahu kalimat apa yang bisa aku berikan padamu, tapi aku…” Gin yang tak bisa berkata-kata dengan segera membuat Ryu mengangkat bahu Gin dan membuatnya berdiri dengan tegak.
“Kau tau kenapa aku mengarahkan nona ke tempat ini?” tanya Ryu kepada Gin dengan tatapan penuh harapan.
Tak berani menduga-duga, Gin hanya bisa menggeleng dengan kuat. Ia takut kalau jika dia berspekulasi, maka hal yang tidak sengaja ia katakan malah akan menjadi boomerang untuknya. Untuk itulah, diam memilih diam dari pada mengeluarkan spekulasi yang salah.
“Karena kau tau kau pasti akan berada di tempat ini. Aku tau kalau kau masih terus menungguku dan maafkan aku karena telah meninggalkanmu dalam waktu yang lama.” Ryu segera memeluk Gin dengan hangat hingga membuat kaki Gin melemas karenanya.
“Kau membuatku takut, aku sampai berada dalam keadaan tak ingin mengkhianatimu. Tapi, aku tak bisa berbuat apa-apa sembari terus berharap untuk kau kembali, tapi kau kembali pada waktu yang salah, aku tak bisa menjelaskan menganai apa yang sedang terjadi di sini.” Jelas Gin dengan suara serak yang menahan kesedihannya.
“Aku akan mempercayaimu seperti apa yang dilakukan oleh Ryu, maka aku harap kau tidak mengecewakanku.” Ucap Alisya dengan tersenyum dengan hangat yang langsung membuat Gin segera menunduk memberi hormat.
Setelah semua pembahasan yang mereka lakukan bersama dengan Gin, Alisya dan yang lainnya segera keluar dari tempat tersebut menuju ke mobil Ryu yang sebelumnya sudah diparkir oleh Ryu.
“Akhirnya, kita benar-benar bisa tidur dengan nyaman untuk malam ini.” Alisya meluruskan punggungnya sebelum memasuki mobil dan duduk dengan manis kedalam mobil.
“Aku harap kita bisa melanjutkan rencana kita yang lain kepada Akiko, dengan begitu kita bisa menjalani hari dengan nyaman juga. Aku sudah sangat merindukannya.” Terang Karan ikut masuk kedalam mobil.
“Sepertinya bukan hanya kau pria yang sedang merindukan kekasihnya, tapi dua pria yang berada di hadapanmu juga bisa merasakan hal yang sama. Oleh karena itu mari kita pulang dan pikirkan rencana selanjutnya serta menyanyikan lagu nina bobo untuk putri cantik kalian.” Goda Alisya kepada mereka semua yang langsung membuat Ryu dan Rinto terbatuk-batuk kuat dan memerah malu.
Karan hanya tertawa melihat rekasi kedua orang pemuda di hadapannya tersebut, karena sebenarnya ia menyetujui apa yang dikatakan oleh Alisya. Ryu segera membelah jalan untuk kembali ke tempat dimana Karin sudah menunggu dirinya selama beberapa hari.
Pikiran mereka melayang jauh memikirkan apa yang mungkin sedang di lakukan oleh para wanitanya, begitu pula dengan Rinto yang akhir-akhir masih dalam keadaaan panas yang membara pada Yani. Ia bahkan tersenyu memikirkan bagaimana reaksinya ketika akan berhadapan dengan Yani lagi saat ini.
“Luruskan punggungmu dan pandanganmu. Konsentrasikan pikiranmu pada apa yang sedang kau genggam kemudian kerahkan semua kekuatanmu pada tanganmu.” Yani terus berusaha mendengarkan arahan dari Yuriko sembari menutup matanya dengan sangat erat.
“Karin…” Panggil Ryu pada Karin yang langsung membuat Karin menoleh dengan cepat dan berpindah pada posisinya menghampiri Ryu.
“Kalian sudah balik? Kalian terlihat sangat lelah. Apa kalian membuatuhkan sesuatu?” tanya Karin mengkhawatirkan mereka semua, namun Ryu hanya menggeleng pelan dan menatap Karin dengan lembut.
Melihat Yani hanya terdiam dan membelakangi mereka, Rinto akhirnya datang dan menghampiri Yani.
“Apa yang kau…” belum selesai Rinto berbicara, sebuah pedang kayu yang biasanya digunakan untuk berlatih kendo sudah menyentuh lehernya dengan satu kali ayunan cepat dari Yani.
“Ah, maafkan aku. Aku tak mengira kalau kau yang aka nada di sana, harusnya Karin yang menghentikanku.” Yani langsung gagap melihat Rinto yang sedang berdiri di hadapannya.