Jenius Yang Nakal - Chapter 530
Rinto bukannya kaget dengan apa yang sedang dilakukan oleh Yani, namun ia merasa takjub dan tak percaya. Hanya dalam 3 hari saja, insting Yani meningkat begitu pesat. Ia bahkan sempat menghentikan ayunan pedang kayunya ketika merasa kalau orang yang sedang berada di hadapannya itu bukanlah Karin. “Kalian tidak pergi jalan-jalan dan malah berlatih Kendo saat ini?” Tanya Alisya kepada Karin dan Yani yang terlihat sedang berlatih kendo di sekitar taman halaman rumah. “Iya, kami rasa kurang seru tidak nyaman jika kalian sedang berjuang dan bekerja keras sedang kami malah bersenang-senang menggunakan uangmu.” Terang Karin dengan tersenyum tipis. “Akan lebih baik jika kita pergi bersenang-senang bersama dengan kalian dan juga Akiko tentunya. Maka dari itu, untuk mengisi waktu dan kekosongan kami akhirnya memutuskan untuk tetap di rumah menunggu kalian pulang dan berlatih Kendo.” Jelas Yani sembari memperlihatkan pedang kayu nya. “Terima kasih padamu Yuriko, aku tau mereka berdua pasti akan merepotkan mu dengan hal lain.” Alisya menatap haru kepada Yuriko yang langsung membuat Karin kesal. “Tidak nona, saya sangat senang bisa bersama dengan mereka. Nona Yani juga belajar dengan sangat cepat, setidaknya dia sudah memahami dasar-dasar dari penggunaan Kendo dengan sangat baik.” Yuriko segera menjawab dengan canggung dan terlihat sangat kaku. Alisya dan Karin serta Yani saling berpandangan satu sama lainnya melihat ekspresi Yuriko yang sangat menggemaskan, sehingga beberapa saat kemudian mereka tertawa dengan terbahak-bahak. “A… apa saya melakukan suatu kesalahan?” Tanya Yuriko memerah malu karena tak menduga reqksi ketiganya akan sampai seheboh itu ketika ia selesai berbicara. “Tidak apa-apa, kau tidak melakukan kesalahan sama sekali. Tapi nono Alisya dan yang lainnya memang tidak terbiasa mendapatkan panggilan hormat seperti itu.” Ryu dengan cepat menjelaskan kepada Yuriko melihat dia sudah mulai terlihat berbinar-binar. “Bukankah aku sudah menyuruh mu untuk tidak memanggil kami nona? Selain itu, apa-apaan itu sikap canggung mu? Seolah kami adalah orang penting se jagad dunia.” Ucap Karin masih cekikikan melihat ekspresi penuh hormat dari Yuriko yang berakhir dengan tatapan konyol dan bodoh. “Tapi Ryu masih tetap memanggil Alisya nona, kenapa saya malah ditertawakan?” Tanya Yuriko karena mendengar ucapan Ryu ketika memanggil Alisya sebagai nona. “Tidak usah kau pedulikan dia, lidah Ryu memang sudah melekat dengan panggilan nona kepada Alisya. Dan karena lelah memprotesnya, akhirnya Alisya jadi tidak mempermasalahkannya lagi.” Jelas Rinto menjawab pertanyaan dari Yuriko. “Itu sudah menjadi ciri khas dia ke Alisya, tapi jika orang lain yang mengatakan seperti itu, maka begitulah reaksi mereka.” Tunjuk Karan kepada tiga orang yang terlihat sangat kompak cekikikan. Karan berjalan dengan lesu dan terduduk di teras rumah sambil memperhatikan mereka dengan tersenyum hangat. “Bahkan satu orangnya lagi akan memanggil Alisya dengan nama Ayumi.” Tunjuk Rinto kepada Yani yang langsung memerah malu. Ia baru mengetahui kalau nama Ayumi adalah nama ibu Alisya. Pernah sekali saat ia tidak sengaja menyebut nama Ayumi, yang ia maksudkan untuk Alisya dengan santainya, Yani membuat se isi rumah menjadi sangat shock dan kaget. “Kalian akan tertawa jika melihat ekspresi se isi rumah saat dia menyebut nama Alisya dengan menggunakan nama ibunya.” Karin kembali cekikikan gara-gara Rinto. “Maaf, aku kan tidak sengaja. Lagi pula Ayum…ah Alisya menggunakan nama itu sewaktu bertemu dengan saya pertama kali. Jadi aku sudah terbiasa menggunakan nama itu.” Terang Yani mencoba menjelaskan situasinya. “Pufft…” Yuriko terlihat tertawa sendiri sehingga Alisya dan yang lainnya nampak bingung karena hal tersebut. “Ah maaf… aku hanya merasa kalian begitu akrab dan hangat, sampai tanpa sadar aku juga jadi ikutan tertawa melihat kebahagiaan kalian.” Yuriko dengan cepat menjelaskan reaksinya kepada Alisya dan yang lainnya. “Mulai dari sekarang, kamu tidak perlu bersikap canggung kepada kami. Karena kami juga ingin akrab denganmu, terlepas dari sikap Ryu kepadaku.” Pinta Alisya karena merasa senang dengan pembawaan Yuriko. Dulu sewaktu Alisya datang ke Jepang, mereka tidak sempat bertemu karena Yuriko yang menjadi anak yang sangat pemalu dan takut untuk bertemu dengan Alisya meski dia sangat ingin bertemu dengannya. Kali ini dia mendapatkan tugas dari ayahnya, sehingga dia tidak punya pilihan lain selain pergi menghadap. Selain itu, pembawaan Yuriko saat ini terlihat lebih kuat karena ia terinspirasi dari Alisya yang masih muda namun sangat memiliki aura kepemimpinan untuk memimpin Yakuza. Dan itu ia lihat saat dia memakai motor milik NCR Machia milik ibunya. “Kau dengar bukan? Jadi, mulai dari sekarang kau bisa bersikap santai saja.” Tambah Karin sembari menghampiri Yuriko dan memeluk pundaknya. “Aku lapar nih.. kita ma… kan.. Huummph.. Yuk? Humpph..” Alisya tiba-tiba merasa sedikit mual pada bagian perutnya sehingga tanpa sadar dia segera berlari ke bagian semak. “Kau baik-baik saja?” Karin langsung berlari menghampiri Alisya karena khawatir. Bahkan Yani dan Yuriko pun dengan otomatis juga ikut menghampiri Alisya. “Aku baik-baik saja, mungkin asam lambungku sedang meningkat karena beberapa hari ini kami makan kurang teratur. Rasanya membuatku juga sedikit pusing karena kurang tidur.” Ucap Alisya bangkit dari posisinya yang ingin muntah. Karin melihat wajah pucat Alisya dan segera mengelus bagian punggung tangannya untuk membuatnya sedikit merasa nyaman. “Ya sudah, kita masuk ke dalam saja yuk. Kalian bisa sekalian membersihkan diri, setelah itu kita akan makan sama-sama.” Terang Karin langsung membawa mereka masuk. “Nona baik-baik saja?” Tanya Ryu khawatir kepada Alisya. “Dia baik-baik saja. Hanya sedikit merasa pusing saja.” Ucap Yani cepat dengan senyuman tipis. Karan dan yang lainnya pun ikut masuk kedalam rumah dengan Yuriko yang langsung mengarahkan para pembantu rumah untuk segera menyiapkan makanan serta permandian air panas untuk para pria. Ryu pun tak ketinggalan bekerja dengan sangat cepat untuk menyediakan beberapa keperluan untuk Alisya dan yang lainnya. “Ummm.. apa kau tak ingin aku lindungi sampai kau harus berlatih Kendo?” Tanya Rinto di sela-sela Yani yang sedang membereskan alat berlatih kendonya. “Tentu saja tidak, jangan salah paham dengan apa yang sedang aku lakukan sekarang. Aku sangat senang ketika kau ingin melindungiku, tapi aku hanya ingin memiliki dasar perlindungan diri agar tidak terus-menerus membuatmu khawatir.” Ucap Yani dengan begitu lembut. “Sehingga dengan begitu, jika terjadi sesuatu aku juga mungkin bisa sedikit membantumu. Setidaknya dengan begitu aku tidak terlalu bergantung padamu.” Lanjutnya lagi setelah selesai meletakkan pedang kayunya dengan baik. “Bergantunglah padaku! Aku ingin kamu melakukan itu.” Yani langsung terhenti ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Rinto padanya dengan tatapan tajam yang sangat serius dengan ucapannya.