Jenius Yang Nakal - Chapter 532
Di ruang kamar Alisya, tinggallah para wanita yang menemani Alisya. Sedang para pria sedang menyusun rencana untuk bagaimana cara menghadapi ayah Akiko dan menjemput Akiko. “Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?” Tanya Karin kepada Alisya melihat dia terus memegang perutnya dengan tatapan penuh kebahagiaan. “Aku ingin memberitahunya secepatnya, tapi rasanya kita berada di tempat yang jauh seperti ini aku jadi kurang merasa nyaman untuk memberitahukan hal ini padanya. Aku benar-benar ingin bertemu dan memberi tahunya secara langsung saja.” Ucap Alisya membenarkan posisinya tampak seperti orang yang sangat kelelahan. “Bagaimana kalau kau menghubunginya saja dulu? Coba lihat apa yang sedang ia lakukan saat ini. Setidaknya itu akan sedikit memberikan kamu keringanan untuk bisa melepas kerinduanmu.” Yani yang tahu mereka sudah tidak saling komunikasi beberapa hari membuatnya memberikan saran tersebut. “Benar juga, kemarin kami memang saling terhubung. Tapi itu karena pekerjaan saja, bukan saling tegur sapa satu sama lainnya.” Alisya segera mengambil alat yang selalu menjadi teman setia telinganya. “Aku penasaran akan seperti apa reaksi dia ketika mengetahui kalau kamu sedang hamil saat ini. Bagaimana kalau kamu coba memberikan dia sedikit pancingan dengan membahas mengenai hal ini?” Ucap Karin tidak sabar untuk melihat reaksi Adith. “Kita lihat, apakah dia cukup peka untuk menyadari maksud dari pancingan yang kamu berikan.” Yani juga merasa sangat excited mendengar ide Karin. “Aku berani bertaruh kalau dia akan bisa mengetahuinya hanya dengan satu kalimat saja.” Ucap Alisya dengan penuh percaya diri. Adith yang selama ini selalu saja peka dan bahkan sangat peka terhadap dirinya tentu membuat Alisya sedikit percaya diri kalau Adith akan bisa dengan cepat memahami apa yang akan dia katakan nantinya. Yuriko yang sedari tadi diam saja terlihat sangat antusias untuk melihat wajah Adith, sehingga melihat dia yang berusaha menahan diri membuat Alisya tersenyum tipis. “Kau belum pernah melihat wajah Adith bukan?” Tanya Alisya kepada Yuriko yang langsung membuat Yuriko memerah malu karena ekspresi wajahnya dapat dibaca dengan mudah oleh Alisya. “Ummm.. A… aku sudah pernah melihatnya beberapa kali dari media masa dan beberapa berita yang menampilkan dirinya, jadi aku tidak begitu penasaran. Tapi mengetahui dia adalah suami dan nona Alisya, saya jadi sedikit ingin tahu seperti apa jika dia menjadi seorang suami nona.” Terang Yuriko dengan sedikit malu-malu. “Jangan kaget saat melihatnya, kau akan tahu sikapnya yang berbanding 180 derajat dibandingkan dengan apa yang terlihat di media sosial ataupun berita jika itu sudah berhubungan dengan Alisya.” Ucap Karin dengan sedikit tertawa pelan mengingat sikap nakal Adith jika sudah berhadapan dengan Alisya. “Benar, aku saja yang menjadi karyawan di perusahaan dia awalnya sangat takut dengan pembawaan dia yang tenang dan sangat tegas. Aku bahkan sangat takut berada di dekatnya karena aura nya yang sangat kuat, namun setelah melihat dia bersama dengan Alisya, sifatnya sangat hangat dan juga bersahabat.” Lanjut Yani juga menjelaskan tentang kepribadian Adith yang berbeda jika di hadapan Alisya. “Mungkin rasanya tidak bisa di percaya, tapi akan lebih baik jika di buktikan secara langsung.” Alisya sudah melakukan panggilan kepada Adith namun butuh sedikit waktu baginya untuk mengangkat panggilan Alisya. “Halo, Assalamualaikum. Apa kabarmu sayang…” Adith yang mengangkat panggilan Video Alisya segera membuat Alisya tahu kalau Adith saat itu sedang tidak berada dirumah, kantor ataupun rumah sakit, melainkan sebuah restoran. “Loh? Kamu lagi sibuk? Maaf kalau aku ganggu.” Ucap Alisya cepat. Yang di pikirkan oleh Alisya adalah kalau Adith saat ini sedang mengadakan makan bersama siang bersama dengan orang lain yang menjadi rekan kerjanya. “Nggak apa-apa kok, kebetulan juga aku masih menunggu untuk pertemuan rapat sambil makan siang dengan seseorang. Kamu kenapa? Suara dan wajah kamu pucat seperti itu?” Tanya Adith khawatir dengan keadaan Alisya yang mungkin saja dia sedang sakit. “Oh, aku baik-baik saja. Um… Dith, kira-kira kalau aku ke rumah sakit dan cek up nih. Terus kata dokter aku Ha…” baru saja Alisya ingin memancing Adith, Adith segera mematikan telepon mereka. Tepat sebelum telepon tersebut mati Alisya sempat mendengar suara seorang wanita yang masuk dan memanggil nama Adith. “Loh? Kenapa di mati’in?” Tanya Alisya bingung dengan apa yang dilakukan oleh Adith saat dia masih belum menyelesaikan perkataanya. “Coba kamu telpon ulang lagi, mungkin dia tidak sengaja mematikannya.” Karin juga merasa aneh dengan sikap Adith yang seperti tadi. Alisya menelpon Adith kembali hingga beberapa kali, namun tak ada jawaban darinya. Alisya menggenggam alat di telinganya dengan sangat kuat hingga alat itu sampai hampir hancur. “Apa mungkin Adith sedang berada di tempat yang susah jaringan?” Yani mencari alasan lain untuk membuat Alisya tenang. “Hah? Aduh Yani, kamu pikir ini tahun berapa sih? Jaringan Indonesia sekarang kan sudah Ten Ji tau nggak. (10G)” Karin menyebut jaringan itu dengan nada seolah sedang menyebut nama seseorang yang berasal dari Jepang. Alisya memandang Yuriko yang terlihat kebingungan dengan kejadian tersebut sehingga Alisya sedikit malu dibuatnya karena tadi dia sudah bersikap sedikit narsis. “Kar, apa mukaku jelek yah? Keliatan mata panda, keriputan atau nafas aku bau? Aku baru mau bilang Ha dia udah mati’in loh?” Tanya Alisya dengan ekpresi yang terlihat sangat kecewa. “Coba ulang?” Ucap Karin dengan sedikit memajukan wajanya kepada Alisya. “Ha…” Alisya mendesah dengan ragu-ragu. “Njir… Bau Naga Sya! Pantesan saja mati, kosleting langsung tuh alat kayaknya gara-gara bau mulut kamu.” Respon tak terduga Karin membuat Alisya menendang pantatnya dengan sangat kuat. “Kampret kamu Kar!” Maki Alisya kesal. “Kamu tidak usah khawatir, mungkin tadi tamunya tiba-tiba saja datang. Makanya dia tanpa sadar langsung mematikan panggilanmu.” Yani mencarikan alasan untuk membuat Alisya tidak berpikiran yang macam-macam. Alisya ingin saja mempercayai apa yang dikatakan oleh Yani, namun suara seorang wanita sedikit mengganggu pikirannya. Akan tetapi Alisya sangat mempercayai Adith, sehingga dia masih berusaha untuk tetap tenang dan tidak mengambil kesimpulan sendiri. “Ah.. sudahlah, aku ngantuk. Mending aku tidur saja. Rasanya enegiku terkuras habis, soal Adith biar aku berikan pelajaran ketika aku sudah sampai di Indonesia nanti.” Alisya segera menarik kembali selimutnya untuk tidur dan tidak butuh waktu lama, Alisya sudah benar-benar jatuh dalam tidur yang pulas. “Kenapa?” Tanya Yani melihat ekspresi Karin yang sedikit aneh. “Apa nona biasanya gampang untuk jatih tertidur seperti itu?” Karin menoleh kepada Yuriko yang ternyata merasakan hal yang sama terhadap kondisi Alisya saat ini.