Jenius Yang Nakal - Chapter 533
“Selamat siang pak Adith. Senang bertemu dengan anda, sungguh suatu kebanggaan tersendiri bagi saya bisa bertemu dengan anda yang tampan, jenius, serta pebisinis muda yang sangat berbakat” ucap wanita itu ketika masuk dalam ruangan yang sudah di reservasi oleh Adith sebelumnya.
“Selamat siang nona Soraya, maaf tapi sepertinya saya tidak bisa melanjutkan pertemuan kita kali ini. Istri saya sedang dalam keadaan sakit saat ini, untuk itu saya harus segera menemuinya segera. Asisten saya yang akan menjadi pengganti saya.” Ucap Adith berdiri dan meninggalkan wanita yang di panggilnya sebagai Soraya tersebut.
“Hahhh? Bagaimana bisa anda meninggalkan saya di saat kita masih belum melakukan kontrak kerja sama. Anda ingin mempermaikan saya? Anda kan belum menikah sama sekali, bagaimana kau sudah mengatakan kalau anda sudah memiliki istri?” Soraya tampak sangat kecewa dengan sikap Adith yang seolah sedang bersikap tidak sopan karena sudah meninggalkannya sendirian di ruangan itu dengan alasan yang tidak masuk akal baginya.
“Maaf, asisten saya yang akan menjelaskan semuanya.” Tegas Adith keluar dan tak memperdulikannya lagi.
“Loh??? Woy! Kamu mau kemana?” tanya Yogi panik melihat Adith yang pergi meninggalkan tempat tersebut di saat tamu yang sangat penting itu sudah datang.
“Alisya sakit, kamu urus semua yang ada disini.” Ucap Adith terus berjalan dengan tatapan yang sangat khawatir.
“Vindra, tolong siapkan pesawat Jet pribadi untukku, aku harus ke Jepang sekarang juga.” Ucap Adith sekali lagi dengan nada memerintah.
Awalnya Vindra kebingungan dan tak paham apa yang dimaksudkan oleh Adith, namun mendengar suaranya yang begitu dingin segera membuat Vindra tidak bertanya lagi dan langsung mempersiapkan apa yang di inginkan oleh Adith.
“Alisya sakit? Sejak kapan anak itu bisa sakit? Ternyata dia juga seorang manusia dan wanita biasa. Aku pikir dia tidak akan pernah sakit, kecuali sakit yang di maksud adalah sakit enak. Gosip besar nih.” Yogi yang tersenyum dengan sangat licik segera mengirim kabar mengenai hal tersebut.
“Tapi tunggu, kenapa ekpresinya sangat panik dan khawatir seperti tadi kalau itu memang sakit enak? Atau dia memang benar-benar sakit saat ini? Send!” Yogi yang masih sibuk berperang dengan sisi gelapnya yang suka bergosip tak menyadari jempolnya sudah mendahuluinya mengirim pesan tersebut.
“Uwaaaahhhh… terkirim…. Sial, sial, sial.” Yogi mode panik terlihat seperti sebuah gambar horror yang membuat seorang pelayan langsung kabur ketika melihat wajah Yogi.
“Brengsek! Dia pikir dirinya siapa, bisa memperlakukan aku seperti ini?” Soraya keluar dengan wajah kesal yang terlihat sangat murka.
“Ah.. aku hampir lupa. Maaf nona Soraya, tapi sepertinya anda sudah salah paham pada Adith. Hal ini tidak seperti yang anda pikirkan, bagaimana kalau kita duduk terlebih dahulu biar saya bisa menjelaskan semuanya.” Bujuk Yogi kepada Soraya yang keluar bersama dengan asistennya.
“Penjelasan? Kau pikir dengan dia beralasan kalau istrinya sedang sakit akan membuatku tidak tersinggung. Alasan ap aitu? Dia yang tidak pernah menikah sudah berani-beraninya memberikan alasan konyol seperti itu padaku.” Soraya tidak bisa menerima alasan yang diberikan oleh Adith kepadanya.
“Akan menjadi sangat bijak jika anda mau mendengarkan penjelasan saya, sebab apa yang dikatakan oleh Adith sepenuhnya benar.” Ucap Yogi dengan ekspresi yang terlihat sangat meyakinkan. Soraya yang awalnya masih terlihat sangat emosi, akhirnya ikut bersama Yogi bukan karena sudah memaafkan apa yang di lakukan oleh Adith sebelumnya, namun karena rasa penasarannya yang sangat tinggi mengenai apa yang dikatakan oleh Adith.
Disisi lain, Tokyo. Jepang.
“Konnichiwa! (Selamat Siang).” Karan yang berada di depan pintu rumah Akiko segera memberi salam dengan gaya orang Jepang pada umumnya sebelum masuk kedalam rumah Akiko.
“Maaf, saya ingin bertemu dengan tuan Haruma Takeda.” Ucap Karan kepada seorang yang terlihat sekali kalau dia adalah pelayan di rumah Akiko.
“Ah… Douzo! (Silahkan).” Ucapnya segera mempersilahkan Karan masuk dengan sangat ramah.
Karan yang baru saja masuk langsung melepas sepatunya dan memakai sendal rumah yang sudah di sediakan oleh tuan rumah. Berbeda dengan Indoensia yang cukup dengan bertelanjang kaki saja, Jepang memiliki sendal rumah yang biasanya digunakan sebagai alas kaki ketika masuk kedalam rumah.
“Ojama Shimasu!” ucap Karan ketika masuk ke dalam rumah dimana sang pelayan segera mempersilahkan Karan untuk duduk terlebih dahulu.
“Dare? (Siapa)” tanya Akiko yang kebetulan turun dari kamarnya.
“Tidak tahu, tapi sepertinya dia sedang mencari tuan.” Ucapnya kemudian segera pergi dari hadapan Akiko untuk segera memanggil ayah Akiko.
Karena penasaran dengan siapa yang datang, Akiko langsung mendatangi ruang tamu dan mengintip. Tak di sangkanya kalau orang yang datang tersebut adalah Karan yang sudah lama di tungguinya hingga berhari-hari.
“Kak Karan?” Akiko segera berlari dengan sangat kencang langsung jatuh ke pelukan Karan. Akiko menangis dalam pelukannya dan memeluknya dengan sangat erat. Terasa betul kerinduan yang dirasakan oleh Akiko kepada Karan.
“Maafkan aku, aku datang terlalu terlambat yah?” tanya Karan sembari menghapus air mata Akiko dengan lembut.
“Tidak, aku sangat bersyukur karena kau sudah datang sekarang. Aku sangat kahwatir dan takut kalau kamu tidak akan datang, aku tidak bisa tertidur karena terus memikirkan dirimu. Tapi untunglah kau sudah datang sekarang.” Akiko menggeleng dengan kuat dan tersenyum di tengah tangisnya karena begitu bahagia begitu melihat kedatangan Karan.
“Tuan, anda dipersilahkan untuk keruangannya.” Ucap sang pelayan mempersilahkan Karan untuk ikut dengannya.
“Nona Akiko juga ikut bersamanya.” Ucapnya sekali lagi yang langsung membuat Karan paham kalau ayah Akiko sudah mengetahui akan tujuan dan kedatangannya.
“Apakah ayahmu sudah mengetahui siapa aku?” tanya Karan memastikan kondisi musuhnya sebelum benar-benar pergi menemuinya.
“Ayah belum tahu hal apapun tentang dirimu, tapi aku sudah memberitahunya kalau aku sudah memiliki seorang pria yang aku pilih. Hal ini yang mungkin membuat ayahku mengira kalau kau memang sudah datang.” Jelas Akiko dengan terus mengusap air matanya agar tidak terlihat oleh ayahnya.
Setelah mendengar perkataan Akiko, Karan menarik nafas dalam dan segera mengikuti pelayan tersebut dari belakangnya. Pikirannya terus berharap dan berdoa agar sekiranya niat baiknya hari ini bisa dimudahkan dan diberikan kelancaran. Masih banyak hal yang harus ia persiapkan, namun Karan sudah membulatkan tekadnya untuk pergi menemui ayah Akiko hari ini.
“Tuan, mereka sudah berada disini.” Ucap pelayan tersebut kepada Ayah Akiko yang berada di dalam ruangan.
“Masuklah” ucapnya singkat.
“Maaf telah mengganggu waktu Anda. Saya adalah Karan Reynand, kekasih dari anak anda, Akiko.” Ucap Karan langsung tertunduk memberi hormat kepada Ayah Akiko dengan tertunduk sangat dalam.
“Kau?” Ayah Akiko sangat terkejut melihat orang yang sudah pernah di temuinya sebelumnya.