Jenius Yang Nakal - Chapter 538
“Kenapa aku bisa ada di atas ini?” Batin Alisya berusaha bangkit dari tidurnya. Ia tampak sangat bingung dengan dirinya yang sudah kembali berada di atas Kasur tampa ia ketahui, sehingga hal ini sedikit membuatnya takut.
“Kau sudah bangun sayang…” Adith datang dengan satu mangkuk yang terlihat mengepulkan asap di atasnya.
“Bagaimana aku berada di atas tempat tidur lagi kali ini?” tanya Alisya dengan tatapan bingung kepada Adith. Seingat dia, terakhir kali ia masih memiliki kesadaran adalah saat dimana Adith sedang menciumnya di hadapan semua orang.
“Kau sempat membuatku takut, aku pikir kau pingsan. Tidak Taunya kau hanya ketiduran di pelukanku dalam ke adaan tersenyumu.” Adith memperlihatkan wajahnya yang sedang tersenyum di pelukannya hingga membuat Alisya tertawa pelan karenanya.
“Aku rasa sebaiknya kau memeriksakan diri mengenai kehamilanmu tersebut, sepertinya kondisimu saat ini ada hubungannya dengan kehamilanmu.” Karan juga masuk dengan membawakan sepiring salad untuknya.
“Ya, aku juga menduganya seperti itu. Kondisi ini mungkin ada hubungannya dengan energiku yang terasa mudah terkuras habis sehingga aku bisa memulihkan kebutuhan energiku dengan tertidur, tapi kali ini rasanya jauh lebih segar dibanding sebelumnya saat aku bangun.” Terang Alisya sembari memandang Adith dengan begitu dalam.
“Ini mungkin karena kehadiran dirimu, aku jadi bisa mendapatkan energi yang cukup darimu. Sehingga aku rasa kali ini aku bisa bertahan lebih lama. Tapi untuk pemeriksaan kehamilan ini, orang yang lenih tepat kita datangi adalah professor Ahmad. Dia mungkin mengetahui sesuatu tentang kondisiku dan kehamilanku.” Alisya tersenyu melihat wajah Adith yang memperlihatkan ke khawatirannya.
“Kruuuyyyuuukkkk!” perut Alisya berbunyi dengan hingga membuatnya sangat malu.
“Sepertinya aku baru saja mendengar suara binatang buas.” Ucap Adith menggoda Alisya dengan melihat ke sekeliling ruangan tersebut. Alisya yang malu langsung melemparnya dengan bantal Kasur yang tak jauh darinya hingga membuat Adith dan Karan tertawa karenanya.
“Tentu saja kau akan lapar, aku dengar dari Karin dan yang lainnya kalau seharian ini kamu belum makan dan hanya tertidur terus-terusan. Memangnya kamu beruang? Nih makan dulu, tinggal pilih kira-kira mana yang cocok dengan seleramu saat ini.” Karan akhirnya meletakkan piringnya tak jauh dari sisi Alisya.
“Aku juga membawakan beberapa buah yang mungkin bisa membuatmu segar setelah memakan ini. Lemon, mangga dan jeruk akan sangat bagus untukmu menghilangkan mual, sakit di pagi hari serta menghilangkan racun. Apel kayak akan vitamin dan anti oksidan serta dapat mengontrol berat badan kamu, serta jus Alpukat ini sangat baik untuk membantu perkembangan otak dan tulang belakang Janin karena mengandung asam folat.” Rinto masuk dan langsung menjelaskan semua hal tersebut dengan begitu semangat hingga membuat Alisya tertawa dengan keras melihat ekspresinya.
“Terimakasih banya Rinto, kau membuatku tidak sabar untuk mengetahui perkembangan Janin ini.” Ucap Alisya di sela-sela tawanya yang membuat Rinto sedikit memerah karena malu.
Alisya akhirnya memilih memakan buah yang dibawah oleh Rinto terlebih dahulu, sebelum akhirnya memakan bubur ayam yang di bawakan oleh Adith dan salad yang di bawakan oleh Karan.
“Oh iya Kak, jadi bagaimana dengan di rumah Akiko hari ini? Apakah semua lancar-lancar saja?” tanya Alisya sembari terus menelan beberapa buah yang sudah di kupas sebelumnya.
“Aku juga penasaran mengenai hal itu.” Ucap Adith membersihkan mulut Alisya menggunakan tisu karena jeruk yang memercik di sekitar mulutnya.
“Seperti yang sudah kau katakan sebelumnya, ini akan sedikit sulit. Ayah akiko masih belum menerimaku, tapi aku takkan menyerah dan berhenti begitu saja. Aku akan terus datang ke sana sampai aku benar-benar bisa mendapatkan restunya. Tapi soal ibu Akiko, dia sepertinya sangat mendukung kami berdua.” Jelas Karan sembari duduk menghadap ke arah Alisya dan Adith.
“itu artinya kau sudah punya rencana lain untuk bisa memenangkan hatinya?” tanya Rinto yang bersandar di dinding ikut dalam pembicaraan mereka.
“Tentu saja aku sudah memikirkan beberapa rencana. Aku tidak tahu apakah ini akan berhasil atau tidak sampai aku benar-benar mencobanya, tapi aku punya masalah utama yang benar-benar membuatku akan sedikit kerepotan untuk melaksankan rencana ini.” Ucap Karan dengan tatapan yang penuh ke khawatiran.
Alisya dan Adith ternyum melihat mata Karan yang membara dan penuh semangat. Keduanya yakin kalau Karan pasti bisa menyelesaikan hal tersebut sendiri, sehingga dibandingkan dengan langsung turut ikut campur, mereka lebih memilih untuk mengamati terlebih dahulu.
“Jika kau membutuhkan bantuan, kau bisa mengatakannya kepadaku kapanpun kau mau.” Ucap Alisya dengan tersenyum lebar yang tanpa ia sadari, ia sudah menghabiskan semua makanan yang dibawakan untuknya.
“Tentu saja, aku akan sangat berterima kasih untuk hal itu. Tapi sepertinya kau harus memperhatikan dirimu dulu, para wanita sudah jauh-jauh datang ke Jepang dan mereka belum pernah keluar selama beberapa hari ini.” Ucap Karan berdiri dari tempat duduknya.
“Istrahatlah yang banyak, panggil kami jika kau membutuhkan sesuatu!” tambah Rinto yang kemudian berjalan keluar bersama dengan Karan sembari membawa piring yang sudah ludes habis di makan.
“Apa kau tidak sadar kalau kau baru saja menghabiskan semua makananmu dengan sangat cepat?” Adith mengucir rambut Alisya ke belakang telinganya agar ia bisa melihat wajahnya dengan sangat jelas.
“Mungkin karena kau sangat lapar sekali. Kau bertanya seperti itu karena takut aku jadi berat?” tanya Alisya dengan sedikit cemberut karena kesal dengan perkataannya.
“Tentu saja tidak. Kau mau menjadi seperti apapun yang kau suka, aku takkan peduli selama kau senang dan yang di dalam sini tumbuh dengan sehat.” Tegas Adith cepat sambil memegang perut Alisya dengan gemas.
“Bohong!” Alisya berdiri dengan kesal membuat Adith kebingungan.
“Kau mau kemana?” Adith terlihat sangat khawatir kepada Alisya yang sudah pergi begitu saja dengan wajah cemberutnya.
“Mandi, kau mau ikut?” tanya Alisya dengan tatapan menantang.
“Tentu saja, dengan senang hati tuan putri.” Adith dengan segera menggendongnya dan membawanya menuju ke kamar mandi. Alisya yang tadinya ingin menggodanya saja malah terlihat panik dengan apa yang akan dilakukan oleh Adith padanya.
“A… Adith, maksudku hanyalah mandi. Aku hanya ingin mandi saja, kau tau kan aku masih hamil muda. Kita harus konsultasikan mengenai kehamilanku lebih dulu sebe.. sebelum…” Adith tertawa pelan melihat Alisya yang panik di gendongannya.
“Tentu saja kita hanya mandi, memangnya apa yang sedang kamu pikirkan? Oh.. jangan.. jangan…” Adith terlihat memicingkan matanya.
“Ahhh.. hahahaha ba.. baguslah kalau kau mengerti maksudku. Ya benar, sudah lama kita tidak mandi bersama-sa…” Adith mencium kening Alisya dengan lembut karena merasa sangat gemas dengannya.
“Kau tidak perlu khawatir, aku akan berusaha untuk menekannya meskipun melihatmu saat ini sudah cukup membuatku panas dingin.” Ucap Adith yang kemudian langsung memandikan Alisya dengan air hangat yang membasahi keduanya.