Jenius Yang Nakal - Chapter 544
Di saat Karan sedang dalam pertarungan dengan kakak pertama Akiko, Ichiro. Alisya yang tampak malas karena baru saja keluar dari kamar mandi, duduk termenung di tepi ranjang memikirkan Adith. Dia tidak bisa menahan godaan untuk ingin sekali melihat Adith.
“Aduh.. dari semalam aku terus memikirkan Adith, rasanya bayi diperutku ini sedang membuatku mengidamkan sesuatu yang cukup aneh.” Alisya melirik ke perutnya dengan pikiran yang melayang dan merebahkan diri ke atas Kasur dengan pasrah.
“Tapi apa yang harus aku lakukan, Adith terlalu jauh saat ini. Aku jadi tidak bisa melihatnya secara langsung ketika dia akan melakukannya, tapi aku sangat ingin melihatnya.” Alisya tampak berguling-guling di atas ranjang dengan frustasi.
“Arrghhh.. tidak ada jalan lain, sepertinya aku harus menghubungi Adith. Aku harap dia mau melakukannya, jika tidak aku akan pulang ke Indonesia dan memberikan pelajaran kepadanya.” Alisya akhirnya segera mengambil handphone yang sudah di berikan oleh Adith sebelumnya, agar Alisya bisa menghubunginya kapanpun dia merindukan Adith.
“tuuutttt… tuutttt..” sebuah deringan segera bergetar di sakunya saat Adith sedang dalam ruang rapat. Saat itu Adith sedang mendengarkan proposal proyek yang di ajukan oleh tiap Tim sehingga ruangan rapat tampak cukup padat dengan banyak orang.
“Sebentar…” Adith segera mengangkat teleponnya di hadapan mereka semua yang langsung membuat semua orang yang ada di sana kebingungan.
Bahkan ayah Adith serta Elvian dan Ayahnya, yang ikut dalam rapat dan beberapa petinggi perusahaan yang hadir pun juga sedikit kebingungan dengan apa yang di lakukannya saat ini. Rapat tersebut banyak di hadiri oleh petinggi perusahaan karena untuk melihat penilaian akhir dari proposal tiap tim pada proyek yang cukup penting.
“Siapa yang menelpon direktur di saat seperti ini, sampai dia mengangkatnya meski kita sedang di tengah rapat?” bisik salah seorang dari mereka merasa begitu takjub karena Adith, mau mengangkat telpon dari orang tersebut.
“Sepertinya bukan orang sembarangan, dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Itu berarti orang yang sedang telpon tersebut adalah orang yang sangat penting bagi direktur.” Tambah yang lainnya lagi dengan begitu penasaran.
Adith memang bukan orang yang sembarangan menjawab panggilan telepon orang lain, namun hadphone yang berada di sakunya adalah alat komunikasi khusus yang sengaja ia siapkan untuk Alisya sehingga dia membawanya kemanapun dia pergi. Hanya terdapat satu kontak saja di handphone tersebut, dan itu adalah Alisya.
“Arogan sekali, kenapa dia bisa mengangkat telpon di saat rapat penting seperti ini.” Ucap Elvian dengan kesal saat melihat Adith yang dengan santai mengangkat telponnya.
“Halo sayang, ada yang kamu butuhkan?” seru Adith dengan lembut yang langsung membuat gempar tempat tersebut.
“Apahhh Sayang?” semua orang terkejut dengan satu pemikiran yang tak terduga.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Adith segera membuat Ayah Adith tertawa terbahak-bahak. Mata ayah Adith berbinar-binar saat mengetahui kalau orang yang menelponnya adalah Alisya. Dia sangat tidak sabar ingin bertemu dengan Alisya secepatnya mengingat berita Bahagia yang di sampaikan oleh Ayah Alisya dan Adith lalu.
“Sepertinya dia sudah tidak ingin menyembunyikan apapun lagi. Bahkan dia yang biasanya bisa bertindak tenang bisa dengan heboh menyebarkan mengenai kehamilan Alisya pada yang lain. Aku jadi tidak heran lagi sekarang.” Gumam Yogi yang langsung membuat Vindra tertawa pelan mendengarnya.
“Tuan Adith memang sangat mencintai Ayumi. Jadi hal ini sudah tidak mengherankan lagi bagi saya.” Komentar Vindra merasa hal ini bukanlah sesuatu yang perlu di kejutkan lagi, namun semua orang yang berada di sana tampak kebingungan dan memandang satu sama lainnya.
“Huuhhh?? Apa? Kau serius mengidamkan itu? Tapi sayang, aku sedang di kantor saat ini.” teriak Adith tak percaya dengan apa yang di katakan oleh Alisya.
“Eh?”
“Whatt?”
“Haahhh?”
Semua orang menanggapi perkataan Adith dengan ekpresi terkejut yang berbeda-beda, tidak terkecuali Elvian dan ayahnya beserta seluruh orang yang hadir dalam rapat tersebut.
“Ngidam???” tatap mereka lagi satu sama lain semakin tak mengerti apa yang sedang terjadi.
“Kenapa? Kau tak ingin melakukannya? Ya sudah… apa sebaiknya aku ke tempat permandian saja? Atau aku bisa memanggil Karan atau…” Alisya tampak berdalih dengan menggunakan orang lain agar Adith mau melakukannya.
“Oke… oke,, akan aku lakukan untukmu. Jika memang itu adalah keinginan bayi kita, kenapa aku harus ragu dengan hal sepele seperti itu.” Tegas Adith dengan penuh keyakinan lalu mematikan panggilan telepon tersebut.
“Apa yang terjadi?” tanya Ayah Adith dengan wajah bingung kepada Adith.
“Alisya lagi ngidam Pah, saya butuh waktu lima menit.” Adith segera berdiri dari tempat duduknya dan menyerahkan handphone miliknya kepada Yogi.
“Ya sudah, kenapa tidak kau kabulkan saja permintaannya!” tegas Ayah Adith, mendukung permintaan Alisya.
“Nyalakan lampunya dan buka jendelanya.” Pinta Adith kepada Vindra, yang detik kemudian Adith sudah terhubung oleh Video Call.
“Apakah sudut ini sudah pas?” tanya Adith kepada Alisya, di saat ia sudah setengah berdiri di pinggir jendela menghadap langit.
“Yuppp! Pas…” suara riang Alisya semakin membuat satu ruangan heboh dan semakin penasaran.
“Apa yang sedang kau inginkan sebenarnya?” suara Yogi yang bertanya saat sedang memegang handphone Adith, dan mengarahkan kameranya pada Adith segera membuat Alisya tertawa.
“Yogi, sebaiknya kau merekam kejadian ini menggunakan handphone lain jika tidak ingin menyesal.” Ucap Alisya dengan menahan tawa, namun Yogi masih tak paham dengan apa yang sedang di minta oleh Alisya dan apa yang akan di lakukan oleh Adith.
“Vindra, tolong ambilkan aku sebotol air minum itu dan siramkan kepadaku setelah aku memberimu aba-aba.” Pinta Adith kepada Vindra lagi. Meski ia sedikit bingung dan tak mengerti, Vindra dengan segera melaksanakan apa yang dikatan oleh Adith.
“Ready??? Action!!!” ucap Alisya dengan lantang yang dengan satu Gerakan cepat, Adith membuka Jasnya dan melepas kancing kemejanya dengan sangat cepat.
Adith memperlihatkan otot perutnya yang kotak-kotak dan tampak bersinar serta bertindak bak seorang model yang langsung membuat semua orang melongo tak percaya. Bahkan Ayah Adith pun tak menduga akan apa yang di lakukan oleh Adith.
“Vindra!” panggil Adith kepada Vindra, agar ia melemparkan air ke tubuhnya. Sempat shock dan masih belu mengerti situasi, namun suara Adith seolah hipnotis yang langsung membuat Vindra melakukan apa yang di inginkan oleh Adith.
Air putih yang membasahi perut kotak-kotaknya tersebut langsung membuat Adith semakin bersinar karena pantulan cahaya dan hasil pembiasan dari air yang ada pada tubuhnya. Tubuhnya seolah di taburi oleh ratusan bahkan ribuan berlian yang berkerlap-kerlip dengan indah.
“ccrrooott….” Beberapa wanita yang ada di dalam ruangan tersebut langsung mimisan parah dan sebagian lagi pingsan.