Jenius Yang Nakal - Chapter 546
“Kau akan kemana? Masih ada beberapa hal yang perlu kau tanda tangani dan beberapa pertemuan yang harus kamu hadiri juga. “Aku serahkan padamu, aku harus kembali ke rumah sakit dan pergi mencari profesor Ahmad. Ada beberapa hal yang harus aku tanyakan padanya.” Jelas Adith langsung melemparkan stempel khusus miliknya kepada Yogi. Adith melambaikan tangannya dan menghilang dari hadapan mereka setelah sebelumnya menyalami Ayahnya dan pergi dari sana. “Anak itu, bagaimana bisa dia Sampai sepercaya ini melemparkan stempel berharganya seperti ini. Apa dia tidak takut kalau aku menyalah gunakan stempel ini?” Oceh Yogi kesal dengan sikap Adith, yang terlalu ceroboh dan terbuka. “Itu artinya dia sangat mempercayaimu dengan 100 persen. Apa kamu pernah meragukannya dan tidak percaya padanya?” Tanya Ayah Adith kepada Yogi, dengan tatapan serius. “Tentu saja tidak paman, aku tidak pernah meragukannya ataupun tidak percaya padanya. Tidak pernah sekalipun.” Jawab Yogi cepat yang langsung membuat Ayah Adith tersenyum. Dia segera menepuk pundak Yogi dan berlalu pergi meninggalkan dia di ruangan tersebut, sedang Vindra dengan segera juga pergi melaksanakan perintah yang di berikan oleh Adith kepadanya. Di sisi lain “Bua kakkaakakak… Adith, kau memang sangat hebat! Aku benar-benar puas melihatnya seperti itu.” Alisya tertawa dengan sangat lepas di kamarnya sembari berguling-guling memegang perutnya. “Apa yang terjadi? Baru kali ini aku mendengar mu tertawa terbahak-bahak seperti itu.” Yani masuk kedalam kamar Alisya karena penasaran dengan Alisya, yang terdengar heboh sedari tadi. “Aku baru saja menyaksikan suatu gebrakan sejarah dari seseorang pria tampan dan jenius nomor satu di Indonesia. Rasanya mood ku sekarang sangat bagus sekali.” Ucap Alisya sambil menarik nafas dalam untuk bisa menghentikan tawanya. “Rasanya aku juga ikut senang melihat mu bahagia seperti ini, selama ini aku selalu melihat wajah datar dan senyuman yang terlihat sangat kaku terukir dari wajahmu.” Yani tidak bisa menyembunyikan fakta kalau dia memang bahagia melihat, Alisya. Yang bisa memperlihatkan ekspresi wajah yang belum pernah di lihatnya selama ini. “Kau benar, selama ini saat aku terpisah dari dia. Aku selalu hidup dalam kesedihan dan kegelapan. Rasanya sakit ketika kau ingin bersama dengan orang yang kau cintai namun banyak hal yang harus kau pertimbangkan.” Gumam Alisya tertunduk mengingat dirinya sebelum bertemu dengan Adith. “Aku harap kau mau tetap menjaga senyummu yang seperti itu, karena kau terlihat sangat Indah saat tersenyum.” Yani memegang tangan Alisya dengan hangat. Mereka seolah sudah semakin dekat dan mengerti perasaan satu sama lainnya dengan apa yang sudah mereka jalani selama ini. Bagi Yani, Alisya adalah seorang kakak perempuan sekaligus bidadari tak bersayap yang datang memberikan cahaya kehidupan padanya. “Oh Iya, kau pasti sudah mulai bosan karena seminggu lebih ini terus berada dalam rumah. Bagaimana kalau kita jalan-jalan dulu malam ini? Aku ingin berbelanja ke beberapa tempat dan menikmati waktu libur ini untuk beberapa saat.” Alisya segera mengajak Yani untuk keluar, sebab semenjak mereka tiba di Jepang, Yani hanya berada di rumah untuk memulihkan kesehatan dan juga berlatih kendo. “Ummm.. aku sih tidak masalah. Tapi kalau cuma berdua saja rasanya kurang seru, aku ingin kita bisa pergi bersama dengan yang lainnya. Tapi saat ini mereka semua sedang keluar menjalankan misi yang kamu berikan.” Terang Yani merasa tidak nyaman meninggalkan Karin dan yang lainnya. “Kau tak perlu khawatir, aku bisa menyuruh mereka untuk menyusul ke tempat dimana kita pergi. Kita bisa berkumpul di sana, selain itu Karan juga pasti akan membawa Akiko bersamanya.” Terang Alisya meyakinkan Yani untuk ikut bersamanya. “Oke-oke aku ikut, tapi kau harus hati-hati. Kau sedang hamil muda sekarang, dan Karan mengatakan padaku kalau kehamilanmu sepertinya baru mencapai usia dua bulan dan kondisimu kurang memungkinkan sehingga aku harus ekstra memperhatikan kamu.” Tegas Yani memperingatkan Alisya, agar dia tidak bertindak terlalu berlebihan. “Aku akan pastikan, kalau aku akan mendengarkan setiap perkataan dan perintah yang keluar darimu. Jadi kita bisa berangkat sekarang bukan?” Alisya memandangnya dengan tatapan penuh pengharapan. “Sejak kapan kau menjalankan trik licik seperti ini? Kau membuat ku takut.” Yani segera melarikan diri dari Alisya, dia tidak menduga kalau Alisya juga bisa melakukan hal seperti itu. “Jangan lupa pakai pakain yang sedikit tebal, udara malam hari di luar cukup dingin.” Teriak Alisya memperingatkan Yani. “Hei, itu harusnya jadi kata-kata ku. Jangan memakai pakaian yang tipis dan jangan keluar sebelum aku selesai berganti pakaian.” Tegas Yani yang membuat Alisya tertawa pelan. “Siap Komandan!!” Hormat Alisya dengan cepat. Yani tertawa pelan melihat tingkah Alisya seperti itu, sehingga dengan segera dia berlari menuju ke kamarnya untuk berganti pakaian. Setelah selesai bersiap-siap, Alisya dan Yani keluar dengan di antar oleh supir dari keluarga yang sudah melayani mereka untuk waktu yang cukup lama. Mereka segera mengunjungi beberapa tempat yang menarik, dimulai dari tempat yang menjual alat kosmetik, sepatu, tas hingga pakaian membuat sang supir sedikit ke walahan menemani mereka yang sedang berbelanja. “Brakkkkk!” Sang supir terjatuh karena tak mampu lagi memegang barang yang di beli oleh keduanya. Sang supir tampak sangat panik dengan apa yang baru saja ia lakukan, sehingga dengan segera dia menunduk meminta maaf kepada Alisya. “Maaf… maafkan saya, maafkan saya. Saya tidak sengaja.” Ucapnya dengan gerakan menunduk naik turun yang sangat cepat. “Ah… maafkan kami paman Miura. Kami sudah membuat mu sedikit kesulitan. Paman bisa istrahat dan menunggu kami di tempat lain saja.” Alisya menyadari kesulitan supirnya tersebut ketika dia terjatuh. “Eh??? Nona tidak marah?” Pak Miura tampak bingung dengan reaksi Alisya yang malah mengkhawatirkan dirinya. “Marah? Kenapa harus marah saat kami yang sudah bersikap egois kepada paman.” Yani dengan segera membantunya bangkit dan membereskan barang-barang yang berjatuhan tersebut. “Sebaiknya paman kembali saja ke mobil dan istrahat, kami masih ingin melanjutkan perjalanan kami.” Alisya juga dengan segera mempersilahkan pak Miura untuk tidak mengikuti mereka lagi. “Tapi Nona…” pak Miura tampak ragu-ragu dengan apa yang dikatakan oleh Alisya kepadanya. “Tidak apa-apa paman, ada aku bersamanya. Aku akan menjaga Alisya, jadi paman bisa beristirahat dengan tenang.” Ucap Yani meyakinkan pak Miura. “Terima kasih banyak, kalian sangat baik.” Ucap pak Miura dengan penuh semangat. “Bagaimana? Apa mereka akan datang kemari? Kita sudah berada disini cukup lama.” Yani segera bertanya-tanya mengenai Karin dan yang lainnya yang tak kunjung datang. “Mereka akan sampai beberapa menit lagi. Sambil menunggu mereka, bagaimana kalau kita pergi makan dulu.” Ajak Alisya kepada Yani cepat.