Jenius Yang Nakal - Chapter 548
Kembali ke rumah Akiko. “Tak ku sangka kau bisa bertahan lebih lama menghadapi ku.” Ucap Ichiro setelah menendang Karan, namun bisa di hentikan dengan tendangan juga oleh Karan. “Aku juga harus mengakui kalau kau cukup tangguh hingga membuat aku sedikit kewalahan menghadapimu.” Karan memang mau tidak mau mengakui ketangguhan dan kemampuan kakak pertama dari Akiko. Kemampuannya sangat jauh berbeda dari Kentaro, namun Karan menjadi lebih bersemangat saat menghadapinya. Dia yang selama ini selalu tertinggal di bandingkan dengan Karin dan Alisya membuatnya terus berlatih mati-matian seolah tak ada hari esok lagi. Baginya jika dia tidak berusaha untuk mengejar, maka akan ada hari dimana dia mungkin tidak akan bisa melindungi keduanya karena kemampuannya yang lemah. “Tapi sampai kapan kau akan terus menghindar!” Ichiro kembali melancarkan serangan yang langsung ia arahkan menuju pelipisnya. “Aku selalu menyesali diriku yang lemah!” Karan berhasil menghindari tendangan yang di arahkan ke pelipisnya dengan mudah. Karan kembali memgingat apa yang sudah dia lewati selama ini, termasuk penyesalannya yang terakhir saat dia tidak bisa melindungi orang yang di sayanginya, Alisya. Bersama Karin mereka tenggelam dalam penyesalan, tapi tak di sangka kalau kali ini mereka mendapatkan kesempatan yang tidak akan pernah mereksa sia-siakan lagi. “Tapi kali ini, akan aku buktikan di hadapan kalian semua. Bahwa aku, Karan Reynand mampu melindungi siapapun yang aku cintai.” Tatapan Karan berubah drastis hingga mengeluarkan aura menekan yang belum pernah di lihat oleh mereka semua sebelumnya. “Kalau begitu buktikan!!!” Teriak Ichiro sambil mempercepat daya serangnya kepada Karan. Tendangan atas, pukulan bawah, tendangan bawah, pukulan atas, dan banyak serangan lainnnya yang terus di arahkan kepada Karan hingga sesekali mereka bertukar posisi memperlihatkan sebuah pertarungan yang sangat mengesankan bagi ayah Akiko. “Ichiro dalam hal kekuatan dan kecepatan tampak lebih unggul dibandingkan dengan Karan, namun melihat dia yang bisa mengimbangi kemampuan Ichiro sepanjang pertandingan ini cukup luar biasa.” Gumam Ayah Akiko terus mengamati pertarungan mereka. “Bukan hanya bisa mengimbangi kemampuan kak Ichiro saja, tapi jika ayah perhatikan lagi. Kemampuannya terus berkembang sepanjang pertandingan ini.” Ucap Yousuke saat mendengar apa yang di katakan oleh Ayahnya. Yousuke merasa takjub dengan kemampuan Karan yang bisa bertahan lama dalam pertarungannya dengan kakak pertamanya, Ichiro. Selama ini memang Ichiro selalu jauh lebih unggul di banding dengan lawan-lawannya, dan dia selalu bisa menyelesaikan pertarungannya dalam waktu singkat. “Dia jauh lebih licik dari pada yang kalian duga. Entah karena pengalaman yang sudah mengajarinya, atau karena pelatihan keras yang sudah di hadapinya. Tapi dia sedang mencari celah saat Ichiro ceroboh karena kepercayaan dirinya.” Terang Ayah Akiko lagi mulai tersenyum lebar dengan pertarungan mereka yang sangat menegangkan tersebut. Tepat seperti apa yang sudah dikatakan oleh Ayah Akiko, Ichiro akhirnya melihat peluang yang sengaja di ciptakan oleh Karan sehingga membuatnya besar kepala dan ceroboh karena mengiria kalau Karan, dapat dia jatuhkan dan bisa menyelesaikan pertarungan mereka. “Krekkk… Sial, aku ceroboh.” Saat satu tendangan yang di layangkan oleh Ichiro sengaja di terima oleh Karan, namun menghasilkan celah yang sangat besar membuat Karan dengan mudah menangkap tubuh Ichiro. Karan yang bisa mempersempit jarak di antara mereka membuatnya mendapatkan peluang untuk menyerangnya, sehingga hanya dengan 3 serangan yang ia arahkan pada bagin titik vitalnya langsung membuat Ichiro, bertekuk lutut di hadapan Karan. “Proookkk proookkk prokkkk!” Ayah Akiko dan yang lainnya yang menyaksikan pertarungan tersebut langsung bertepuk tangan mengakui kemenangan Karan. “Kak Karan, kau berhasil. Kau berhasil memenangkan pertarungan ini dan mendapatkan pengakuan Ayah.” Akiko berlari menghampiri Karan dan jatuh ke dalam pelukannya yang di penuhi oleh peluh dari pertandingan. “Tidak Akiko, aku masih harus menyelesaikan satu pertandingan lagi dengan Yousuke. Jadi ini masih belum selesai.” Tegas Karan tetap memeluk Akiko dengan hangat, namun pandangannya tegas mengarah kepada Ayah Akiko. “Humpph.. hahahaha kau sudah mendapatkan pengakuan ku. Tak ku sangka kau bisa mengalahkan anak pertamaku dengan mudah” ayah Akiko yang tertawa dengan hangat membuat Karan sedikit kebingungan. “Ichiro yang ingin maju terlebih dahulu melewati Yousuke, itu artinya dia sengaja ingin langsung mengujimu tanpa harus bertanding melawan Yousuke lagi.” Jelas ibu Akiko yang membuat wajah Karan langsung menjadi lebih cerah. Dia mengangkat wajah Akiko, dan menghapus air matanya kemudian menarik pipinya dengan gemas. “Aku sudah menang dan mendapatkan pengakuan dari ayahmu, tapi kenapa kau malah menangis huh?” Karan dan Akiko yang terlihat begitu akrab dan mesrah membuat hati ibu Akiko dan ayah Akiko menjadi sedikit legah. “Aku mengakui kemmapuan mu. Tapi aku masih tak suka dengan kekalahan, aku akan menantangmu kembali.” Tatap Ichiro dengan menepuk pundak Karan. “Aku menyerah, aku sudah cukup lelah jika harus melawanmu lagi.” Wajah Karan seketika suram membuat mereka semua tertawa terbahak-bahak. “Sediakan sake!!! Kita akan minum-minum malam ini. Kita akan merayakan kemenangan dari calon menantuku.” Teriak Ayah Akiko dengan keras kepada semua orang. “Kita akan minum sepuasnya malam ini.” Ucap Ichiro lagi membawa Karan pergi dengan dipeluk oleh Ayah Akiko di sebelah kanan, dan Ichiro di sebelah kiri. “Bakaaaa! Karan tidak meminum minuman seperti sake, dia itu beragama Islam.” Teriak Akiko memperingatkan mereka yang tampak semangat berlebihan. “Kalau begitu sediakan saja wine, biar kita tetap berpesta malam ini. Malam ini harus kita rayakan.” Teriak Yosouke ikut bergabung bersama mereka. “Ya benar, pokoknya kita harus mabuk sampai pagi.” Tambah Kentaro di sisi yang lain, ia terlihat sudah kembali sehat dan berjalan beriringan bersama dengan Karan dan yang lainnya dengan tangan yang saling merangkul satu sama lainnya. “Itu sama saja minuman beralkohol! Dia juga tidak bisa meminumnya.” Teriak Akiko, namun mereka tidak mendengarnya dan hanya larut dalam kegembiraan mereka. “Oy…. Aho Oyaji!!!” (Oy, ayah Idiot) Akiko yang berteriak sekali lagi hanya di sambut oleh tawa mereka semua, begitu pula dengan Karan yang tertawa terbahak-bahak bersama mereka. “Brrararkkkkkk!!! Dor… dorr… dor… dor..” suara tembakan dan beberapa pintu yang di dorong dengan keras membuat mereka semua seketika berubah menjadi sangat serius dan terdiam. “Sepertinya kita kedatangan tamu yang tak di undang.” Ucap Ayah Akiko yang terlihat sangat marah. “Kau masih bisa bertarung kan adik Ipar?” Tanya Ichiro kepada Karan dengan suara yang sangat tegas. “Sepertinya tidak ada waktu untuk istrahat bagimu kakak Ipar.” Ucap Yousuke sambil tersenyum licik. “Kau tidak boleh kalah dari mereka setelah menang dariku.” Tembah Kentaro yang tampaknya sudah memberikan tanda kepada Akiko dan Ibunya. “Aku siap kapanpun itu!” Tegas Karan dengan tatapan yang kembali bersemangat.