Jenius Yang Nakal - Chapter 549
“Sialan, ternyata jumlah mereka banyak sekali.” Ichiro segera bersembunyi di balik tembok sembari melihat beberapa orang berpakaian serba hitam yang berada di luar rumah mereka.
“Peluruku juga hampir habis kak, apa yang harus kita lakukan sekarang?” Yousuke melihat senjatanya yang hanya memiliki beberapa peluru yang tersisa.
“Apa kalian tidak memiliki senjata lagi?” tanya Karan mengkhawatirkan Akiko dan ibunya yang berada tak jauh dari mereka terus menunduk untuk bersembunyi dari hujaman peluru yang menembus tempat mereka berada.
“Tentu saja ada, tapi itu semua tersimpan di gedung utama. Dan sepertinya kita takkan bisa mendapatkan senjata itu lagi karena gedung utama telah mereka ledakkan.” Tunjuk Ichiro pada gedung rumah mereka yang sudah meledak dan terbakar.
Untunglah mereka berada di gedung yang lain saat peledakkan rumah tersebut terjadi, sebab ruang pelatihan berada sedikit lebih jauh dari gedung utama rumah Akiko.
“Kalau begitu, kenapa kita tidak menghasilkan senjata kita sendiri saja?” tatap Karan kepada mereka dengan tersenyum licik.
“Sepertinya aku semakin suka padamu.” Ucap Yousuke dengan penuh semangat kembali memasang senjatanya dan bersiap.
“Tinggal berapa peluru yang kau punya?” tanya Karan sebelum memberikan aba-aba kepada Yousuke.
“Tidak banyak, hanya 3 saja. Tapi jangan khawatir, aku akan melindungimu dengan tiga peluru yang tersisa ini.” Tegas Yousuke dengan tatapan tajam dan penuh keyakinan.
“Kami takkan membiarkan calon suami adikku terluka, karena jika hal itu terjadi. Aku takkan bisa menunjukkan wajahku dihadapan Akiko. Jadi sebaiknya kau jangan sampai terluka.” Pinta Ichiro kepada Karan yang sudah mulai bersiap-siap.
“Terima kasih, aku bergantung pada kalian.” Ucap Karan menunggu waktu yang tepat setelah hujaman senjata tersebut berhenti sejenak.
Ayah Akiko dan Kentaro tampak berada di belakang ketiganya untuk bisa melakukan perlindungan kepada Ibu Akiko dan Akiko, sehingga mereka tetap berada di tempat yang cukup aman. Ayah Akiko bukannya tak pandai menggunakan senjata, akan tetapi empat orang pemuda yang berada di tempat tersebut melarangnya untuk ikut dalam pertempuran.
“Brengsek! Kenapa geng dari perfektur Iwate dan Akita ada di sini? Apa alasan mereka menyerang ke rumah ini.” Gumam Ayah Akiko memikirkan kedatangan mereka di rumahnya.
“Geng dari perfektur itu bukannya geng dari Bunga mawar? Sepertinya ini ada hubungannya dengan perusahaan ayah.” Ucap Kentaro menebak mengenai penyerangan terhadap mereka.
“Sepertinya mereka sengaja melakukan penyerangan secara langsung ke setiap anggota keluarga sebagai bentuk peringatan kepada Alisya, tapi mereka telah salah karena sudah datang ke tempat ini.” Geram Ayah Akiko yang mulai memikirkan pemberontakan dari geng Yakuza.
“Ayah, apa yang harus kita lakukan? Handphone milik Akiko dan kakak yang lainnya berada di rumah utama, sedangkan handphone milik kak Karan hancur terkena tembakan.” Akiko terlihat sangat khawatir dengan kondisi mereka yang sudah semakin terdesak.
“Jangan khawatir, aku harus mengeluarkan kalian dari sini dulu. Jika kalian terus berada disini, kalian hanya akan membuat pergerakan kami jadi sedikit terbatas.” Ucap Kentaro menenangkan Akiko sembari terus memikirkan bagaimana solusi untuk mengeluarkan mereka dari tempat tersebut.
“Kalian lihat pintu samping itu, kita bisa keluar dari sana ketika Ichiro dan yang lainnya memancing mereka masuk, dengan begitu kalian bisa keluar dari sini menggunakan pintu rahasia yang berada di belakang air mancur di sampig halaman rumah.” Terang Ayah Akiko mengarahkan istrinya dan Akiko untuk bisa keluar dari ruangan tersebut.
“Ikutlah bersama kami. Meskipun Ichiro berhasil memancing mereka masuk ke dalam rumah ini, bukan berate mereka tidak berada di luar rumah bukan?” Ibu Akiko tampak tak ingin pergi tanpa suaminya.
“Ayah, ibu benar. Ayah bisa ikut bersama mereka dan aku akan melindungi kalian dari belakang. Aku akan….” Tepat saat itu, suara tembakan yang masuk ke dalam tempat mereka perlahan mulai terhenti, sehingga Kentaro berhenti sejenak dan menjadi lebih waspada.
“Kita harus keluar sekarang, aku merasakan hal buruk akan terjadi.” Ucap Ayah Akiko yang instingnya merasakan akan ada sesuatu yang terjadi.
Karan dan yang lainnya yang berada di hadapan mereka dengan mengangguk pelan ketika melihat tanda dari Kentaro yang akan mengarahkan Akiko dan Ibunya menuju pintu samping. Ichiro dan Yousuke tampak telah bersiap untuk melakukan serangan kejutan kepada mereka semua.
“Prang…. Brukk… bruk.. bruk…” sebuah granat menggelinding masuk ke dalam tempat itu membuat mereka semua terkejut.
“Kentaro….” Teriak Karan kepada Kentaro untuk segera berlindung.
“BLarrrrrrr!!!” sebuah ledakkan terjadi di dalam ruang tempat mereka berlindung tersebut. Karan dan yang lainnya tak sempat melakukan pergerakan untuk melindungi Akiko dan Ibu serta Ayah Akiko.
“Okaa saaan… Akiko chan..” teriak Ichiro memanggil nama ibu dan adiknya.
“Oto sama… Kentaroooo” Yousuke juga berteriak memanggil ayahnya dengan sangat khawatir dan takut.
“Kami baik-baik saja!” teriak Kentaro bangkit dari reruntuhan gedung yang menimpa mereka.
Berkat peringatan dari Karan. Kentaro dapat melindugi Akiko dan Ayahnya bisa melindungi istrinya. Ketika terbangun, pelipis Akiko sudah sedikit mengeluarkan darah dan Ibu Akiko juga mengalami sedikit luka pada bagian lengannya. Sedangkan Ayah Akiko tampak mengalami patah tulang pada bagian kakinya karena berusaha melindungi istrinya.
“Anata…..” (Panggilan sayang kepada suami dalam Bahasa Jepang). Ibu Akiko tampak sangat mengkhawatirkan ayah Akiko.
Karan dan kedua kakak Akiko, memutuskan untuk menghampiri mereka dan mengecek ke adaan mereka lebih lanjut. Karan bahkan sampai mengepalkan tangannya saat melihat darah yang mengalir di pelipis Akiko.
“dor.. dor… dor…” tembak Yousuke pada mereka yang mencoba menerobos masuk, dengan sisa peluru yang ada pada senjata Ichiro dan Kentaro.
“Kita harus keluar dari sini dulu. Yousuke, bantu aku mengeluarkan Ayah.” Ucap Ichiro cepat yang langsung membopong Ayahnya untuk bangkit.
Kentaro langsung menarik lengan ibunya untuk segera bangkit sedang Akiko berada pada gendongan Karan. Meski tak parah, Akiko sedikit mengalami shock akibat dari ledakkan yang sangat memekakkan telinganya tersebut.
“Kentaro, bahumu…” tunjuk Karan pada bahu Kentaro yang terdapat kaca menancap di bahunya saat melindungi Akiko.
“Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Luka seperti ini tidak masalah bagiku.” Ucap Kentaro mencabut pecahan kaca tersebut dari bahunya.
“Tetaplah di sini, aku tak akan membiarkan mereka menyakitimu lebih dari ini.” Karan membersihkan wajah Akiko dari rembesan darah dan mengikatnya dengan kain untuk mengurangi pendarahan.
“Tetaplah bersama dengan Ayah. Mereka harus membayar apa yang sudah mereka lakukan kepada kalian.” Ichiro tampak dipenuhi akan amarah karena kejadian tersebut.
Setelah mengikat kaki Ayahnya menggunakan gips buatan, mereka segera bersiap-siap untuk melakukan serangan balik. Namun sebelum mereka bergerak, sebuah tabrakan menembus dinding pagar rumahnya tak jauh dari tempat mereka berada.
“Apa yang terjadi?” tanya Ichiro kebingungan dengan apa lagi yang sedang terjadi pada mereka.