Legenda Dewa Harem - Chapter 338
“Tidak mau.” Randika bahkan tidak menoleh ke arah Hannah.
“Maksudmu apa kak!” Hannah menjadi marah. Kakak iparnya ini bahkan tidak mau menoleh ke arahnya.
Ibu Ipah yang sedang sibuk memasak secara tidak sengaja melihat muka cemberut Hannah, dia tertawa melihat mereka berdua. Rupanya nona mudanya itu punya hubungan yang baik dengan nak Randika, pikirnya.
“Artinya aku tidak mau pergi, lagipula kenapa aku harus menemanimu pergi?” Randika akhirnya menoleh.
“Jangan gitu dong kak, aku barusan saja selesai ujian lho. Kakak harus menemaniku pergi!” Hannah menghampiri Randika dan duduk di sampingnya.
“Kenapa kamu tidak pergi sama teman-temanmu?” Randika kehabisan kata-kata. “Bukankah mereka juga senang pergi-pergi sepertimu?”
“Mereka tidak punya waktu, mereka beda denganmu kak! Kakak kan setiap harinya terlihat santai dan nganggur.” Kata Hannah sambil tersenyum. “Karena aku tidak tega melihat kak Randika bosan seperti itu, aku memutuskan untuk mengajak kak Randika pergi deh! Hehehe adik iparmu ini baik sekali bukan?”
Santai dan nganggur? Randika menatap tajam ke mata Hannah, dia lalu menghela napasnya.
“Kak, kenapa kamu melototiku seperti itu?” Hannah terlihat bingung.
“Han, sudah jujur saja sama aku. Kamu cuma ingin belanja dan ingin aku membawakan barang-barangmu bukan? Kamu kira kamu bisa menipuku?”
“Kak, tega-teganya kakak berbicara seperti itu.” Hannah kembali cemberut. “Kalau aku memang ingin kakak membawakan barang-barangku, aku akan jujur dan tidak mungkin menyiapkan siasat seperti itu.”
Randika menggaruk kepalanya, adik iparnya ini memang tidak pintar berbohong.
“Han, kamu memang tidak pandai berbohong.”
“Hehehe sepertinya percuma berusaha membohongi raja pembohong.” Hannah dengan cepat menjadi ceria. Dia lalu menangkap tangan Randika dan menyeretnya. “Ayo kak, ayo! Apa enaknya malas-malasan di rumah? Ayo pergi dan temani aku main.”
Randika benar-benar tidak berdaya. “Iya, iya, aku akan menemanimu. Sudah jangan tarik tanganku terus.”
Mendengar janji Randika, Hannah benar-benar senang. Dia kemudian mengajak Randika ke mall.
Sama seperti kota besar lainnya, terdapat beberapa mall di kota Cendrawasih. Hannah memilih mall Pondok Indah, mall yang dulu dikunjunginya bersama Stella.
Karena baru saja selesai dengan ujiannya, Hannah sudah seperti anak kecil yang sangat bersemangat. Dia berlarian tanpa henti sambil menarik Randika.
“Kak, sepertinya makanan itu enak!” Hannah menunjuk ke salah satu kedai makanan.
“Kak, aku ingin foto sama maskot itu!” Hannah benar-benar senang, sedangkan Randika tidak berdaya sama sekali dan hanya bisa menuruti kemauan adik iparnya. Dia benar-benar tidak mengerti bagaimana seorang perempuan bisa memiliki energi yang banyak ketika waktunya mereka belanja, benar-benar sebuah misteri.
Mereka lalu mengunjungi beberapa toko baju selama 1 jam, mereka akhirnya mencapai lantai tempat jual makanan. Karena ini jam makan siang, lantai ini benar-benar penuh dan sedang ada pertunjukan-pertunjukan hiburan. Namun, pertunjukan yang mengundang orang adalah suatu kios yang berada di pinggiran gedung. Kios tersebut sedang mengadakan undian bagi para pengunjung, bagi yang beruntung akan mendapatkan hadiah yang sangat menarik.
“Wah lihat kak, mereka sedang membagi-bagikan hadiah! Ayo coba kita lihat!” Hannah merasa bahwa keberuntungannya sedang tinggi, dia langsung menarik Randika tanpa menunggu jawabannya. Mereka harus menerjang lautan orang yang berkumpul di tempat itu. Adik iparnya ini benar-benar luar biasa, Randika bingung dia mendapatkan tenaga dari mana.
“Berapa satu tiketnya?” Tanya Hannah sambil tersenyum.
“Untuk satu tiket cuma 10 ribu rupiah.” Kata si penjaga kios. “Di undian kali ini ada beberapa hadiah yang ditujukan untuk beberapa orang pemenang. Hadiah pertama adalah uang sebanyak 20 juta rupiah! Dan tentu saja, hadiah-hadiah lainnya juga tidak kalah menarik.”
“Bagaimana? Apa nona muda tertarik untuk membelinya? Kamu bisa menggunakan uang hadiah itu untuk berkencan dengan pacarmu itu atau mungkin kamu ingin boneka beruang besar itu? Tunggu apalagi, harganya juga murah kok!”
Orang-orang mulai tertarik ketika mendengar hadiah pertama sejumlah 200 juta rupiah. Dan si penjaga kios ini juga pandai merangkai kata-katanya hingga orang-orang menjadi tertarik.
Hannah mulai bersemangat sedangkan Randika menghela napasnya. Sistem undiannya adalah memasukan tangan ke dalam kotak yang sudah dipersiapkan dan mengambil sebuah kertas yang ada di dalamnya. Hal seperti ini sudah seperti mencari jarum di tumpukan jerami, benar-benar butuh sebuah keberuntungan untuk mendapatkannya.
Hannah dengan cepat membayar 10 ribu rupiah dan memasukan tangannya ke dalam kotak. Wajahnya menjadi sedih ketika dia membuka kertasnya yang berisi “terima kasih telah mencoba”.
“Lagi!”
Hannah kembali mengeluarkan uang dan memasukan tangannya lagi. Randika yang ada di sisinya sudah bosan, dia melihat Hannah berulang kali mencoba keberuntungannya namun tetap gagal. Dia cuma berharap bahwa adik iparnya ini segera bosan agar dia bisa segera pulang.
Namun, sudah 10x Hannah mencoba dan tidak ada tanda-tanda untuk berhenti.
“Han, sudahlah. Permainan seperti ini membutuhkan keberuntungan, jangan buang uangmu untuk hal tidak pasti seperti ini.” Kata Randika.
“Kak, aku tidak mau menyerah!” Hannah merasa depresi, dia sudah 10x mendapatkan kertas yang berisikan “terima kasih telah mencoba”.
Orang-orang di belakang Hannah akhirnya mendapatkan gilirannya. Beda dengan Hannah, mereka hanya rela melakukannya 2-3x saja.
Melihat Hannah yang membawa 10 kertas itu, beberapa orang mulai menertawainya. “Hahaha kamu ngeluarin 100 ribu cuma untuk 10 kertas itu?”
“Sudah dengarkan saja pacarmu itu, tabung saja uangmu.”
Meskipun sudah diperingati orang-orang dan Randika, Hannah masih tidak mau menyerah. Hannah kembali berbaris dan membeli tiket baru. Kali ini Randika diseret untuk ikut mengambilnya. Namun, dia tiba-tiba terkejut ketika mendapatkan kertas berwarna emas.
Mustahil!
Bukankah ini….
Ya tidak salah lagi!
Di tangan Randika, kertas berwarna emas itu bertuliskan “selamat Anda mendapatkan hadiah nomor 1”!
Randika tidak percaya, dia mengusap matanya berkali-kali dan benar ini bukan mimpi!
Bisa dikatakan bahwa dia memasukan tangannya dengan ogah-ogahan dan mengambil salah satu kertas. Tidak disangka-sangka ternyata dia justru mendapatkan hadiah pertama!
Hidup memang misteri, bahkan dia memakai uang 10 ribu terakhir yang ada di dompetnya. Sejujurnya dia sedang bangkrut karena telah membiayai Serigala dkk.
Randika sedikit bangga terhadap apa yang baru dia capai ini, sedangkan Hannah masih bertarung dengan kotak undian. Namun, setiap kali dia mengambil selalu kertas yang berisikan hal yang sama.
“Sudah Han kamu tidak perlu mengambil undiannya lagi. Nih hadiah pertamanya untukmu.” Kata Randika sambil pura-pura batuk.
Hannah menoleh dan melihat kertas emas yang dipegang Randika, dia memalingkan wajahnya.
“Kak, jangan bohong hanya untuk menghiburku. Aku tahu kak Randika pasti mewarnainya sendiri kan!”
Bagaimanapun juga, mendapatkan hadiah pertama dengan sekali coba? Keberuntungan macam apa itu?
“Han, kan sudah kubilang undian seperti ini tergantung keberuntunganmu. Bukankah keberuntungan kakakmu ini sangat besar sejak dulu?” Kata Randika sambil tertawa.
“Sudahlah kak, cukup berbohongnya.” Hannah masih tidak percaya.
“Bagaimana kalau kita bertaruh? Kalau kertas yang kupegang ini hadiah pertama maka kamu nanti malam harus menghangatkan kasurku.” Kata Randika.
“Boleh.” Kata Hannah dengan santai. “Lagipula mana mungkin kak Randika berhasil cuma satu kali coba.”
Setelah mengatakan hal itu, Hannah mengambil kertas yang dibawa Randika dan membaca isinya. Matanya langsung terbelalak ketika membacanya!
Orang yang baris di belakangnya Hannah juga mendengar kata-kata Randika sebelumnya dan tidak percaya sama sekali. Ketika dia mengintip kertas yang dibuka Hannah, dia sendiri juga terkejut bukan main.
Namun, Hannah yang terdiam itu membuat orang di belakangnya itu bingung. Apakah itu kertas undian atau kertas bohongan?
Hannah menatap lekat-lekat kertas yang dipegangnya itu. Kata-katanya yang ada di dalamnya… Tidak salah lagi!
Hannah benar-benar tidak percaya. Dalam sekejap, dia langsung memeluk Randika secara erat.
“WOW! Beneran hadiah pertama! Kak Randika memang luar biasa!”
Hannah melompat-lompat kegirangan, dia lalu melambai-lambaikan tiket emasnya itu dan berteriak dengan keras. “Aku menang!”
Randika sendiri senang ketika merasakan tangannya masuk di belahan dada adik iparnya itu. Sudah lama dia tidak merasakan kelembutannya!
Orang-orang di sekitar Hannah terkejut bukan main, melihat tiket emas itu mau tidak mau mereka menjadi percaya.
Hannah terus-terusan melambai-lambaikan tiket emasnya itu. Randika sendiri hanya berdiri diam ketika melihat Hannah menerima semua tepuk tangan orang-orang. Setelah merasa puas dengan perhatian orang-orang, Hannah menarik Randika dan mencium pipinya.
“Kak Randika memang orang yang mengagumkan!”
Hannah benar-benar bahagia sedangkan orang-orang yang bertepuk tangan itu benar-benar iri. Hanya 10 ribu rupiah bisa mendapatkan 200 juta? Keberuntungan macam apa itu!
Si penjaga kios itu juga lumayan terkejut. Sudah tiga hari acara ini berlangsung dan dia sendiri tidak percaya bahwa akan ada yang berhasil mengambil hadiah utamanya.
Ah…. Si penjaga itu menghela napasnya, dia berharap bisa seberuntung itu.
Randika yang menatap Hannah itu berkata padanya. “Han, jangan lupa tentang taruhan kita tadi.”
“Ah? Memangnya aku janji apa? Perasaan aku tidak pernah janji apa-apa tuh.” Kata Hannah sambil pura-pura polos.
Randika hampir muntah darah, dia lupa bahwa adik iparnya ini memang selicik itu. Memang tidak ada bukti hitam di atas putih jadi Randika tidak bisa membuktikan bahwa Hannah telah berjanji padanya.