Legenda Dewa Harem - Chapter 379
Sambil menahan air liurnya, Randika perlahan menaruh tangannya di tubuh Hannah secara perlahan dan alami.
“Hahaha menyenangkan bukan?” Saking senangnya, Hannah tidak sadar bahwa Randika sudah merabanya cukup banyak, mereka sendiri menempel dengan alami.
Pada saat ini, bau dari Hannah sudah mengisi hidung Randika secara menyeluruh.
Benar-benar menggoda!
Randika mengerang di dalam hatinya, dia ingin menerjang dan menindih Hannah, tetapi mereka berada di tempat umum.
Namun, Randika kepikiran sesuatu yang bagus. Dia langsung berbisik di telinga Hannah. “Han, apa kamu mau meniru adegan dari film Titanic?”
“Kelihatannya seru!” Mendengar tawaran ini, Hannah langsung setuju. Kemudian Randika memegang kedua pinggang Hannah dengan erat.
Lalu Hannah melebarkan kedua tangannya dan tertawa terus menerus. Sekarang tubuhnya benar-benar ditopang oleh Randika.
Pikiran Randika berkecamuk, ketika dia melihat ke bawah, dia bisa melihat betapa putih dan mulus leher Hannah.
GLEK!
Setelah kembali menelan air liurnya, Randika mengalihkan pandangannya. Darahnya sudah mendidih dan kekuatannya hampir memberontak.
Randika bukanlah seorang biksu, dia adalah lelaki sehat seperti pada umumnya. Dihadapkan dengan wanita cantik seperti Hannah benar-benar mustahil untuk tidak bereaksi.
Terlebih lagi, pinggang ramping Hannah mewakili apa yang kita sebut kehidupan yang masih mudah. Bahkan ketika dia sedikit meregangkan jari-jarinya, dia dapat merasakan sesuatu yang kenyal di atas pinggang.
Sialan!
Meskipun masih dihalangi oleh pakaian, sensasi empuk ini membuat hati Randika berkecamuk lagi. Dia juga dapat merasakan tenaga dalamnya makin membara, sepertinya ia cemburu dan ingin merasakannya juga!
Jangan, ini tempat umum!
Randika perlahan berusaha menenangkan dirinya dan tenaga dalamnya. Namun pada saat yang sama, Hannah nampaknya membuat jarak di antara mereka.
Hal ini membuat Randika menghembuskan napas lega, tetapi ini masih belum berakhir. Karena kuda mereka mulai bergerak kembali, pantat Hannah mulai menyentuh suatu tempat.
Diserang secara tiba-tiba, Randika tidak bisa menghentikan adiknya yang sudah mengeras tersebut.
Tetapi di dalam celana, Randika merasa kesakitan. Dia berusaha setengah mati untuk menahannya agar tidak membesar dengan cara menjepitnya.
Hannah pada saat ini merasakan ada sesuatu yang keras di pantatnya.
“Kak, kakak sedang ngapain?” Hannah tidak menoleh, dia masih fokus untuk bersenang-senang dan bercanda dengan temannya.
Salahmu sendiri yang menyerangku! Aku benar-benar kesusahan tahu, pikir Randika.
Meskipun ingin mengutuk Hannah, kuda mereka kembali bergerak dan Hannah kembali menyerang adik Randika.
Randika tidak mengeluarkan suara sama sekali, dia hanya memegang pinggang Hannah. Hannah merasa aneh pada saat ini, dia tiba-tiba menyadari benda keras apa yang ada di belakang pantatnya.
Menyadari hal ini, wajah Hannah benar-benar merah seperti tomat.
Kak… apa-apaan ini!
Semua orang masih terlihat bergembira dan tertawa, sedangkan Hannah dan Randika terjebak dengan rasa malu.
Hati Hannah mulai berdetak tidak karuan. Dia dapat merasakan setiap kudanya bergerak, benda keras dan panjang itu menyerang pantatnya tanpa ampun. Sejak dia mengerti benda apa itu, Hannah mulai bernapas terengah-engah dan badannya mulai panas.
Akhirnya, Randika memecah keheningan.
“Han, tolong jangan bergerak. Jika kamu terus menggeseknya, aku akan…” Randika terbatuk. Randika tidak tahu harus melanjutkan kata-kata yang memalukan itu lagi atau tidak. Lagipula, ini tempat umum dan dia tidak bisa berdiri begitu saja ketika penisnya mengeras dan membesar seperti ini.
Hannah tidak bisa berkata apa-apa, ini semua salah kuda mereka.
Ketika kuda itu bergerak kembali, Randika merasa bahwa dia sudah berada di ujung tanduk. Meskipun dia ingin mengeluarkannya, dia tidak ingin kembali dengan celana dalam yang basah.
Sambil menghela napas, dia memeluk Hannah dengan erat dengan kedua tangannya.
Randika lalu berbisik. “Han, tolong jangan bergerak sampai kita berhenti.”
Ketika mereka berpelukkan, Hannah semakin dapat merasakan benda keras tersebut. Meskipun dia malu setengah mati, dia tidak berani bergerak sama sekali.
Kedua orang ini bisa mendengar detak jantung mereka, keduanya benar-benar gugup.
Di telinganya, Hannah dapat merasakan hembusan napas hangat dan buru-buru Randika. Dia dapat merasakan tangan besar Randika memeluknya dengan kuat, perasaan seperti ini membuat Hannah merasa nyaman sekaligus pasrah.
Sedangkan Randika sendiri, dia berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan dirinya.
“Kak, apa kamu sudah baikan?” Akhirnya Hannah bertanya meskipun malu.
Randika sudah hampir berhasil membuang pikiran kotornya. Karena Hannah tidak berani bergerak, stimulus yang diberikannya benar-benar berkurang drastis.
“Sebentar lagi.” Randika masih memeluk erat Hannah.
Hannah sepertinya menggumamkan sesuatu dengan suara yang kecil, tetapi semua itu bisa didengar oleh Randika berkat pendengaran supernya. Pada saat ini, Hannah yang tomboy menjadi lunak di pelukannya Randika.
Pada saat ini, komidi putar akhirnya perlahan mulai berhenti. Satu per satu orang mulai turun, Randika menunggu sebentar agar tidak ada orang yang melihat kondisinya yang sekarang.
“Han, turunlah.” Kata Randika dengan lembut.
Setelah turun, Randika segera menjernihkan pikirannya dan kondisinya kembali normal dengan cepat. Akhirnya kedua orang ini turun dan menyusul yang lain.
Teman-temannya tidak ada yang menyadari keanehan ini, tetapi Roberto menatap mereka dengan tatapan tajam.
Setelah turun dari komidi putar, hebatnya Hannah tidak mengomeli atau berkomentar apa-apa.
Ketika Randika merasa dirinya aman, dia dapat mendengar Hannah berkata dengan wajah yang merah. “Kak, apa yang terjadi barusan, jangan pernah menggunakannya untuk berpikiran yang aneh-aneh.”
Eh? Seharusnya momen ini adik iparnya berkata bahwa dia akan membeberkan ini pada Inggrid bukan? Kenapa reaksinya berbeda hari ini?
Melihat wajah malunya itu, Randika hanya tersenyum. “Han, kamu tenang saja. Aku tidak akan menggunakannya untuk yang aneh-aneh tetapi aku akan menyimpan kenangan ini di hatiku.”
“….” Hannah mengangkat kepalanya dengan marah. Tetapi, pada akhirnya dia tidak menyerang sama sekali.
Pada saat ini, Roberto berkata sambil tersenyum. “Berikutnya bagaimana kalau kita bermain itu?”
Roberto menunjuk ke bianglala mini. Sekali lagi, para lelaki berusaha memenangkan hati pasangan mereka.
Di ruangan privat seperti itu, banyak kejadian yang bisa terjadi.
Pada saat ini, tiba-tiba ada suara teriakan seseorang. “Ah! Lihat, anak itu akan jatuh!”
Semua orang langsung menoleh ke atas, mereka dapat melihat anak itu bergelantungan di pintu dan akhirnya jatuh!
“Ahhhhh!”
“Awas!”
Semua orang terkejut, tetapi mereka tahu bahwa anak itu akan mati begitu mendarat di lantai.
Mata Randika berkedip, posisinya yang sekarang berada sangat dekat dengan anak kecil itu. Ketika Randika mau bergerak, dia melihat sebuah bayangan melintasi dirinya.
Kecepatannya tidak begitu cepat, tetapi reaksinya benar-benar cepat. Dalam sekejap dia sudah berada di posisi mendarat anak kecil itu.
Dia adalah Roberto!
Hannah dan teman-temannya sudah berteriak histeris ketika melihat anak kecil itu terjun bebas.
Roberto sudah mengulurkan kedua tangannya ke atas dan bersiap menangkap anak kecil itu. Di bawah tatapan mata orang-orang, Roberto berhasil menangkapnya dengan kedua tangannya!
Namun, suara benturan keras tidak dapat dihindari.
Roberto terjatuh karena kuatnya gaya gravitasi anak kecil itu ketika dia menangkapnya.