Legenda Dewa Harem - Chapter 394
Tom benar-benar kehabisan kata-kata, dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Ketika dia melayangkan sebuah pukulan, tangannya telah tertangkap oleh Randika.
Dengan sebuah putaran kecil, tangannya itu patah dengan suara yang nyaring.
Tangan kanannya dengan cepat berusaha mendorong Randika, tetapi Tom mendapatkan sebuah pukulan tepat di perutnya.
Setelah serangan ini, Tom melayang dan membentur pohon yang besar. Kekuatan yang besar langsung meruntuhkan pohon tersebut dan membuat daun-daunnya bertebaran ke mana-mana.
“ARGH!!” Tom yang kesakitan itu menatap Randika, yang masih terus berjalan menuju dirinya. Di wajahnya yang sekarang, Randika menampakkan senyuman jahatnya.
“Hahaha!” Tom tertawa dan mengatakan. “Apakah ini akhir dariku? Ini benar-benar konyol.”
“Lebih baik simpan tawamu itu di neraka.”
Ketika suara itu terjatuh, dia memukul Tom sekali lagi. Tetapi, tiba-tiba Tom membungkuk dan berhasil menghindari pukulan tersebut.
DUAR!
Pukulannya mengenai pohon dan dengan cepat membuat lubang besar.
Randika mendengus dingin, sepertinya gerakan barusan adalah gerakan terakhir Tom. Dia sudah tergeletak lemas di tanah tanpa ada tanda-tanda melawan.
Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengakhirinya!
Randika menginjak Tom dengan satu kaki, namun pada saat ini, tiba-tiba insting Randika mengatakan bahwa masih ada bahaya.
Dia langsung mendongak ke atas dan melihat ke arah hutan yang berada di kejauhan.
………
Angin gunung masih berhembus dengan kuat, bau darah dari kuil sudah menyebar dengan cepat. Tatapan mata Randika tertuju pada hutan yang sunyi tersebut.
Instingnya ini membuat bulu kuduknya berdiri, dia merasa nyawanya benar-benar akan hilang. Perasaan ini, sama seperti ketika dia merasakan musuh yang sangat kuat!
Apakah salah satu dari 12 Dewa Olimpus ada di sini?
Kemungkinan ini melayang di benaknya, tetapi dia segera membuang kemungkinan ini. Kesebelas Dewa lainnya tidak berada di Indonesia, kemungkinan besar orang tersebut merupakan orang yang selama ini belum menampakkan dirinya di depan publik tetapi memiliki kekuatan yang luar biasa.
Selain Brahma dan Apollo dan beberapa lawannya yang lain, Randika belum pernah merasakan tanda bahaya seperti sekarang ini.
Siapa dia?
Kekhawatiran yang begitu besar segera melanda Randika. Di hutan yang jauh, seperti terdengar suara tembakan yang teredam. Peluru berkecepatan tinggi keluar dari moncong senjatanya dan melesat menuju Randika.
Ketika membelah udara, peluru tersebut mengoyak tanaman, daun bahkan burung yang berusaha menghalangi dirinya.
Kemudian suara pelatuk senjata itu terdengar lagi, tetapi ini berasal dari orang yang berbeda. Sepertinya setelah orang pertama menembak, orang kedua langsung menembakkan senjatanya. Interval waktu ini sangat berdekatan, sepertinya mereka cuma berjarak 0,5 detik. Namun peluru keduanya bukan mengincar Randika melainkan rute larinya!
Jauh di dalam kegelapan, para penembak jitu sedang mengintai dirinya!
Jika Randika dapat melihat sosok mereka, mungkin hatinya itu sudah tenggelam ke laut. Mereka adalah pembunuh bayaran nomor 3 di dunia yang berasal dari Jerman. Kemampuan mereka benar-benar mengerikan, bahkan satu tim dari mereka bisa membunuh orang-orang di dalam daftar Dewa dengan mudah. Bahkan kabarnya mereka pernah membunuh salah satu dari 12 Dewa Olimpus!
Satu kaki Randika masih berada di udara, tetapi ketika dia merasakan rasa bahaya ini, dia dengan cepat dan tanpa ragu mengambil langkah mundur. Kecepatannya melampaui kecepatan manusia. Ketika dia berlindung, posisinya sebelumnya sudah dipenuhi dengan lubang peluru.
Peluru-peluru tersebut membuat tanah menjadi berlubang dan menerbangkan debu yang tak terhitung jumlahnya.
Pada saat ini, dari arah hutan, puluhan pembunuh bayaran ini menerjang maju dan mengeluarkan senapan mesin mereka.
DRRRTTTTT!!!
Suara tembakan yang bertubi-tubi dapat terdengar, selongsong peluru kosong berjatuhan di tanah. Di bawah serangan para penembak jitu ini, Randika terpaksa mundur. Akhirnya dia dipaksa mundur hingga masuk ke dalam kuil.
Setelah para pembunuh ini menerjang maju, mereka tidak berhenti menembakan peluru mereka. Mereka tidak ragu-ragu menghancurkan peninggalan bersejarah ini. Namun di antara mereka ada yang berusaha menggotong Tom untuk pergi dari sini.
Tujuan mereka adalah menyelamatkan Tom?
Ketika Randika menyadari tindakan mereka ini, hatinya menyuruhnya membuat pilihan. Apakah dia harus mengejar dan membunuh Tom sekarang juga.
Sama seperti Anna, jika dia membiarkan Tom kabur, kedua anggota keluarga Alfred ini bisa bekerja sama dan membuat rencana di belakangnya. Hal ini membuat hidup Randika tidak bisa tenang.
Jika ini adalah Randika yang dulu, dia tidak akan begitu khawatir seperti sekarang. Tetapi karena dia yang sekarang memiliki beberapa wanita yang dicintainya, dia tidak bisa membiarkan mereka semua berkeliaran! Musuh-musuhnya ini selalu mengincar wanita-wanitanya!
Apa pun yang terjadi, dia tidak bisa membiarkan penyakit itu lari.
Oleh karena itu, dia memutuskan bahwa Tom harus mati sekarang juga!
Pembunuh bayaran ini benar-benar ahli dalam pekerjaan mereka. Setelah menghujani Randika ribuan peluru, mereka mulai melangkah mundur sambil membawa Tom.
Tetapi pada saat ini, sebuah ledakan besar telah terjadi dan semua pembunuh ini terkejut ketika melihat reruntuhan kuil itu melayang menuju mereka.
Bom?
Semua pembunuh bayaran ini terkejut, mereka tidak menyangka lawannya ini mempunyai bom.
Tetapi setelah dilihat-lihat dengan baik, itu bukan reruntuhan yang melayang melainkan sebuah lonceng raksasa!!
Dalam sekejap semua orang langsung menembakan senjata mereka, hujan peluru segera menghujani lonceng yang terus melayang menuju mereka dengan kecepatan tinggi itu. Suara senapan mesin terus terdengar tetapi lonceng itu terlihat sama sekali tidak terpengaruh.
Suara senapan itu tidak pernah berhenti dan peluru mereka yang terjatuh di tanah itu juga tidak pernah berhenti bermunculan.
Ketika para pembunuh bayaran ini berusaha kabur, para penembak jitu di hutan masih mengawasi mereka.
Para pembunuh ini menyadari bahwa senjata mereka tidak berguna untuk menghancurkan lonceng itu, salah satu dari mereka memberi sebuah sinyal. Mendadak, 3 orang mengeluarkan granat dan melemparnya ke udara!
DUAR! DUAR! DUAR!
Suara ledakan yang besar terjadi di antara lonceng dan posisi mereka. Ternyata tinju Randika telah mementalkan granat-granat itu sebelum mereka dapat meledak di lonceng tempatnya bersembunyi.
Ketika tangannya yang dipenuhi oleh tenaga dalamnya itu meninju loncengnya, pecahan-pecahan itu mengarah tepat ke semua pembunuh bayaran di bawah bahkan ke arah para penembak jitu di hutan!
Kekacauan ini membuat orang-orang berlari dan debu mulai berterbangan, hal inilah yang ditunggu oleh Randika, dengan ini dia bisa menutupi ancaman para penembak jitu.
Pada saat ini, sosok Randika yang seperti raja iblis ini kembali meraung. Meskipun para pembunuh bayaran ini sudah melewati ratusan medan tempur, melihat sosok Randika yang sekarang ini, mereka tidak bisa berhenti gemetar.
“Tembak!”
Para pembunuh bayaran ini segera menembak, melempar granat, melempar pisau dll.
Randika sendiri sudah bagaikan dewa kematian. Dengan satu sapuan, granat-granat itu berjatuhan dan meledak di tanah. Beberapa orang langsung berteriak kesakitan ketika melihat kaki ataupun anggota tubuh mereka hilang karena ledakan itu.
Orang-orang mulai berhenti menembakan senjata mereka karena ledakan barusan membuat medan tempur menjadi tertutup oleh debu dan tanah.