Menikah karena Ancaman - Chapter 401 episode 400 (S2)
” Enggak tau, yang jelas kejadiannya cepat banget. Kasihan nona Zira.” Ucap Menik.
Bima masih mendengarkan dengan seksama.
” Kalau seandainya nona Zira meminum minuman yang di berikan pelayan itu, pasti nona Zira langsung meninggal.” Ucap Menik.
” Memangnya racun apa yang ada di dalam gelas itu.” Tanya Bima.
” Enggak tau, yang jelas pria yang minum minuman itu langsung mati dalam hitungan detik. Kakak sudah mengantuk, besok pagi-pagi mau ke rumah nona Zira.” Ucap Menik.
” Ngapain.” Tanya Bima.
” Nemenin nona Zira, seharusnya kakak sekarang tidur di rumahnya tapi beliau melarang kakak. Jadi besok pagi-pagi kakak langsung ke rumahnya.” Ucap Menik sambil berlalu ke kamarnya.
Di rumah sakit.
Tuan besar sudah bergabung dengan istri dan anak bungsunya. Mereka masih menunggu di depan ruang operasi. Selang beberapa menit pintu ruang operasi terbuka ada beberapa dokter keluar dari ruangan itu salah satunya dokter Diki.
Pihak keluarga langsung mendekati para dokter.
” Bagaimana kondisi anak kami.” Tanya tuan besar.
” Kami telah melakukan operasi dan kondisi pasien masih kritis, kami akan memindahkan pasien ruang ICU agar bisa di pantau oleh dokter di sana.” Ucap salah satu dokter.
Air mata nyonya Amel dan Zelin menetes deras, kata-kata yang keluar dari mulut dokter itu sungguh menyayat hati. Mereka berdoa untuk kesembuhan Ziko.
Di kediaman Zira.
Setelah pulang dari kantor polisi, dia membersihkan dirinya dari darah yang menempel pada tubuhnya. Dia membaringkan tubuhnya di kasur sambil membayangkan suaminya ada di sisinya. Tanpa terasa air matanya mengalir deras, kejadian tadi memutari isi kepalanya. Dimana darah sudah memenuhi baju suaminya, wajahnya yang pucat membuat Zira merasa terpukul. Bayang-bayang akan perginya Ziko lewat di benaknya.
” Tidak…… ”
” Jangan pergi sayang, kamu berjanji akan selalu bersamaku. Akan melewati masa tua bersamaku, mengurus buah cinta kita. Mencintai selamanya sampai ajal menjemput kita. Hiks hiks.” Air mata terus membanjiri pipinya.
Suara ponselnya berdering, Zira tersadar mendengar hal itu, dia langsung bergegas mencari ponselnya yang masih ada di dalam tasnya. Ada nomor mertuanya di layar ponselnya. Dia langsung menjawab panggilan tersebut.
” Ya halo ma, bagaimana operasinya?”
” Operasi sudah selesai tapi.” Nyonya Amel menangis.
” Kondisi Ziko masih kritis dan sekarang tubuhnya di pindahkan ke ruang ICU.” Ucap nyonya Amel dengan isak tangisannya.
Bulir air matanya mengalir deras sudah tidak bisa di bendung. Zira tidak bisa berkata-kata lagi, mulutnya seperti tercekat.
” Doakan Ziko agar bisa melewati masa kritis.” Ucap mama mertuanya.
” Aku akan kesana.” Ucap Zira dengan suara yang berat karena sambil menangis.
” Jangan sayang, kamu harus istirahat. Biarkan kami yang menunggu di sini. Istirahatlah, besok pagi-pagi kamu datang kesini menggantikan mama.”
” Tapi aku tidak bisa tidur, bayang-bayang kejadian itu mengisi kepalaku.” Ucap Zira.
” Minumlah minuman hangat agar kamu bisa tidur pulas. Jika kamu tidak tidur nanti penyakit yang datang menghampirimu. Kalau sudah sakit siapa yang akan mengurus Ziko.” Nyonya Amel menasehati menantunya agar beristirahat.
Zira mendengarkan nasehat mertuanya. Dia tidak membantah, menurutnya apa yang di ucapkan mertuanya benar. Dia harus beristirahat.
Mengikuti saran mertuanya dengan meminum minuman hangat. Dia memilih meminum coklat hangat dan mencoba melupakan kejadian yang terjadi agar bisa terlelap dengan cepat. Agak susah untuknya melupakan kejadian itu sesaat. Tapi dia terus berusaha melupakan sejenak dan tanpa disadarinya matanya sudah terpejam.
” Sayang kamu mau kemana?” Ucap Zira melihat suaminya mengenakan pakaian serba putih.
” Aku akan pergi sayang.” Ucap Ziko sambil tersenyum.
” Kemana sayang?”
” Menemui anak kita di surga.” Ucap Ziko.
” Sayang kalau kamu pergi aku sama siapa?”
” Tetaplah di sini bersama yang lainnya karena waktumu belum tiba.” Ucap Ziko.
” Tidak…. ” Zira teriak dan langsung duduk. Dia membuka matanya dan melihat keadaan kamarnya tidak ada suaminya di dekatnya. Jam menunjukkan pukul lima pagi. Dia hanya tidur satu jam. Mimpi itu seperti nyata, dia bergegas menuju kamar mandi. Pikirannya tidak tenang sebelum melihat kondisi suaminya secara langsung.
Di dapur sudah ada bik Inah yang sedang menyiapkan sarapan untuknya.
” Kok sudah bangun non.” Ucap bik Inah yang melihat penampilan Zira sudah rapi.
” Iya bik, aku tidak bisa tidur.”
” Bibik sudah mendengar dari pak Budi tentang kejadian yang di alami tuan muda. Bibik turut prihatin, semoga tuan muda cepat sembuh.” Ucap bik Inah.
” Terima kasih atas doanya bik.” Ucap Zira.
” Bibik buatkan bubur ayam untuk nona. Mumpung masih hangat di makan dulu.” Ucap bik Inah sambil meletakkan mangkuk di atas meja makan.
” Enggak usah bik, aku buru-buru.” Ucap Zira.
” Maaf non, bibik tidak akan mengizinkan nona pergi tanpa makan apapun. Bibik enggak mau melihat nona sakit.” Ucap bibik khawatir.
” Terima kasih atas perhatiannya, baiklah aku akan makan bubur buatan bibik.” Ucap Zira sambil menarik kursi makan dan langsung duduk.
” Bibik mulai malam ini tidur di sini.” Ucap bik Inah. Zira melihat bik Inah sambil mengunyah makanannya.
” Bibik khawatir dengan nona. Jadi kalau ada bibik pasti nona Zira enggak kesepian.” Ucap bik Inah.
” Terserah bibik.” Ucap Zira sambil melanjutkan sarapannya.
Ada suara ketukan dari depan rumahnya.
” Siapa yang datang sepagi ini.” Ucap bik Inah.
” Mungkin Kevin.”
Bik Inah melewati ruang keluarga dan menuju ruang tamu lalu membuka pintu rumah.
” Cari siapa ya.” Ucap bik Inah.
” Apa betul ini rumah nona Zira.”
” Iya betul.”
” Saya Menik, nona Zira ada.” Ucap Menik.
” Ada, tunggu sebentar ya.” Ucap bik Inah sambil berlalu meninggalkan Menik.
Menik memilih duduk di beranda, yaitu tempat favorit Kevin duduk ketika menunggu majikannya.
Di dalam rumah bik Inah menghampiri majikannya.
” Mana Kevin.” Tanya Zira
” Bukan pak Kevin tapi Menik.” Jawab bik Inah.
” Oh Menik, suruh saja masuk bik.”
Wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya dan kembali menemui Menik.
” Mbak Menik silahkan masuk.”
” Saya tunggu di sini saja.” Ucap Menik menolak dan sungkan.
” Tapi nona Zira menyuruh masuk.” Ucap bik Inah lagi.
Menik beranjak dari kursinya dan mengikuti wanita paruh baya itu masuk ke dalam rumah.
” Makan Nik.” Ucap Zira ketika melihat kehadiran wanita itu di dalam rumahnya.
” Saya sudah makan nona.” Ucap Menik menolak.
” Ya sudah kalau gitu minum ya. Bik buatkan minuman hangat untuknya.” Ucap Zira.
Bik Inah menganggukkan kepalanya dan menuju dapur untuk menyiapkan minuman.
” Bagaimana keadaan nona.” Tanya Menik sambil menarik kursi makan dan duduk tepat di hadapan Zira.
” Sakit Nik, nanti kamu akan merasakan sakitnya ketika melihat orang yang kita cintai terluka. Rasanya seperti denyut nadi berhenti seketika. Jantung tidak berdetak lagi. Sakit yang di alami orang terkasih akan sama sakitnya seperti kita mengalaminya. Bedanya di sini.” Ucap Zira sambil menunjuk kearah hatinya. Bulir air matanya kembali menetes. Dia tidak kuasa membendung air matanya lagi. Menurutnya biarlah menetes jika dengan tetesan itu dapat mengobati luka yang ada.
” Like, komen dan vote yang banyak ya terima kasih.”
Ig. anita_rachman83is