Nuansa - Chapter 106
Nuansa saat ini sedang membawakan teh untuk Emma dan Gladys, sementara Durah tidur di kamarnya, dia masih butuh waktu untuk bisa benar-benar menerima semuanya, dan salah satu caranya adalah dengan banyak-banyak beristirahat.
Tiba-tiba, ponsel Nuansa berbunyi, dan kebetulan dia baru saja meletakkan nampan yang dibawanya ke bawah, jadi dia bisa langsung melihat ponselnya.
“Bibi Bulan menelpon,” ucap Nuansa pada Emma dan Gladys.
Mendengar hal itu, Emma dan Gladys lantas langsung saling melirik, Nuansa sendiri pun langsung menjawab panggilan tersebut.
“Halo, Bibi?” ujar Nuansa.
“Halo, Nak,” balas Bulan.
“Ada apa, ya, Bibi?” tanya Nuansa.
“Nuansa, aku ingin bertanya padamu.”
“Ya, apa itu?”
“Apa Neptunus bersamamu sekarang?”
“Neptunus?”
“Ya.”
“Tidak, Bibi, memangnya ada apa?”
“Dia tidak pulang semalam, apa dia menginap di rumahmu? Dia tidak bisa dihubungi dan tidak memberikan kabar apapun.”
“Bibi serius?”
“Untuk apa aku bercanda?”
“Maksudku … dia semalam langsung pulang usai mengantarku pulang.”
“Benarkah?”
“Ya.”
“Tapi dia tidak pulang.”
“Aku juga berusaha menghubunginya sejak tadi pagi, tapi dia tidak menjawab panggilanku.”
“Ada apa memangnya?”
“Ayahku wafat, Bibi.”
“Ya Tuhan … aku turut berduka cita ya. Kau dan Ibumu harus kuat ya, Nak.”
“Iya, Bibi.”
“Kenapa bisa mendadak seperti ini?”
“Ceritanya panjang sekali, Bibi.”
“Kenapa? Ayahmu terkena serangan jantung?”
“Bukan, lebih dari itu. Aku akan menceritakan semuanya pada Bibi di lain waktu, sebaiknya kita fokus pada Neptunus saja dulu, aku akan fokus mencarinya juga dengan menanyakan ke beberapa temannya.”
“Oh, ok, baiklah. Tetap kuat ya, sayang.”
“Iya, Bibi, terima kasih.”
“Sama-sama.”
Tak lama setelah itu, Nuansa dan Bulan mengakhiri percakapan mereka, dan Gladys langsung bertanya pada Nuansa setelah panggilan itu berakhir.
“Neptunus tidak pulang semalam?”
“Tidak,” jawab Nuansa.
“Padahal setelah mengantarku pulang sehabis kami makan malam, dia langsung pulang ke rumahnya,” sambung Nuansa.
“Semalam dia ada mengatakan sesuatu padamu sebelum dia pergi?”
“Tidak ada, hanya beberapa hal, seperti … dia mengatakan kalau semalam adalah malam yang tidak akan dilupakannya, karena itu adalah acara makan malam kami yang kegunaannya sebagai salam perpisahan kami, dan … ya, dia hanya membicarakan tentang hal itu, paling sama beberapa hal seperti aku berterima kasih padanya, dia juga berterima kasih padaku, lalu beberapa hal yang tidak penting,” jelas Nuansa.
“Apa itu?” tanya Gladys.
“Dia bilang …”
“Grrrh, mungkin dia akan bermimpi basah setelah itu,” lanjut Nuansa.
“Apa?!”
“Lupakan saja, itu benar-benar tidak penting.”
“Hubungi saja Finn, siapa tahu Neptunus sedang bersamanya,” kata Emma, ia dan Nuansa lalu melirik Emma.
“Apa?” tanya Emma.
“Kau saja yang berbicara dengan Finn,” pinta Nuansa.
“Aku? Setelah dia memutuskan hubungan kami dan melepaskan cincin pertunangan kami dari jari manisku di hadapan banyak orang? Di pinggir jalan? Dan tadi dia sama sekali tidak mendatangiku setelah Emma menyebarkan rekaman aslinya? Yang benar saja kalian,” ucap Gladys.
“Kalau begitu siapa yang akan berbicara dengannya?” ujar Emma.
“Kau saja.”
“Aku?”
“Ya, kau saja, aku sudah sempat sedikit ribut dengannya, sementara dengan kau tidak,” Nuansa mendukung usulan Gladys.
“Setelah aku menyebarkan rekaman yang asli, aku tidak berpikir kalau dia mau berbicara denganku,” kata Emma.
“Dia pasti mau, hal itu bisa kita ukur dari dia yang sama sekali tidak menemuiku tadi untuk membicarakan ulang tentang semua itu, dia masih mempercayai rekaman yang telah kau potong itu,” ujar Gladys pada Emma.
“Kau yakin?” tanya Emma.
“Aku mengenalnya dengan baik, percayalah padaku.”
Emma lantas tampak mempertimbangkan keputusannya.
“Nuansa, kau sajalah,” suruh Emma.
“Kenapa aku?” tanya Nuansa.
“Kau tidak benar-benar ribut dengannya, kan? Kaulah orang yang paling tepat untuk berbicara dengannya, kau tidak memiliki kemungkinan apapun seperti aku dan Gladys.”
“Tapi, bagaimana kalau dia tidak mau berbicara denganku setelah aku sempat mengata-ngatainya?”
“Dia tidak akan merasa tersinggung dengan semudah itu,” ucap Gladys.
“Tunggu, kau juga sepakat dengan Emma?” tanya Nuansa pada Gladys.
“Engh … kita tidak punya pilihan lain, cepatlah.”
“Huft, yasudahlah, yang cantik mengalah.”
Nuansa kemudian mencari nomor ponsel Finn di ponselnya, namun dia lupa kalau dia tidak memiliki nomor ponsel Finn.
“Aku tidak memiliki nomornya, kau saja yang menghubunginya, ya?” ucap Nuansa pada Gladys. Sesaat kemudian, Gladys langsung mendiktekan nomor ponsel Finn kepada Nuansa, Nuansa pun tampak kesal karena hal itu.
“Jika kau masih tetap ingin cantik, maka lakukan, karena yang cantik mengalah,” ujar Gladys, ia dan Emma lantas terkekeh kecil, sementara Nuansa hanya bisa menyengir penuh keterpaksaan.
Setelah mendapatkan nomor ponsel Finn, Nuansa pun segera menghubunginya, dan tidak butuh waktu lama baginya untuk mendapat jawaban dari mantan tunangan Gladys itu.
“Halo?” sapa Finn.
“Ya, halo,” balas Nuansa.
“Ini siapa?”
Nuansa kemudian menarik napas panjang. “FinniniakuNuansaakumohonkaujanganmemutuspanggilaninikarenaakuinginmenanyakankeberadaanNeptunuspadamubukantentangGladys,” ujar Nuansa dengan sangat cepat dan tanpa jeda agar Finn tidak langsung memutuskan panggilan itu saat dia menjawab siapa dirinya.
“Apa maksudmu?” tanya Finn.
“Apa Neptunus ada bersamamu?” Nuansa bertanya balik.
“Tidak.”
“Jangan bohong.”
“Aku tidak bohong, Nuansa. Sudah, puas? Kalau kau tidak memiliki kepentingan lagi akan aku akhiri panggilan ini.”
“Kau marah padaku?”
“Maaf karena waktu itu aku membentak-bentak dan memaki-makimu, aku … aku sebenarnya bermaksud seperti itu, eh, maksudku tidak bermaksud seperti itu, itu … itu hanya refleks saja.”
“Tidak, aku tidak marah padamu dan tidak sedang memikirkan hal itu.”
“Lalu?”
“Sudahlah ya, Neptunus tidak ada bersamaku, terakhir kami bertemu tadi siang saat di kampus, dan dia datang dengan menggunakan setelan yang formal dan sangat rapi.”
“Huh?”
“Ada apa denganmu? Apa kalian ribut? Kenapa kau bertanya seperti ini?”
“Aku hanya ingin bertanya padamu, sekalian ingin meminta maaf. Apa itu salah?”
“Tidak.”
“Yasudah.”
“Nuansa, dengar-”
“Kau sedang badmood, ya? Pasti ini gara-gara aku, kan?”
“Tidak, dengarkan aku dulu-”
“Apa jangan-jangan kau sedang memikirkan Gladys?”
Kedua mata Gladys langsung terbelalak saat Nuansa mengatakan hal itu, sementara Finn langsung mengakhiri panggilan itu.
“Apa?! Yang benar saja?!” oceh Nuansa setelah Finn memutuskan panggilannya.