Nuansa - Chapter 109
“Kau? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Bulan pada Emma saat Nuansa dan Rea keluar dari sana.
“Kau datang bersama Nuansa?” sambungnya.
“Iya, Bibi.”
“Apa yang terjadi sebenarnya?”
“Engh, aku merasa tidak enak untuk membicarakannya di depan banyak orang, Bibi.”
Bulan lalu menoleh ke arah Vega, Rosy, dan Alvaro.
“Kalian bertiga kenapa masih di sini? Pergilah ke kamar Vega,” ucap Bulan pada mereka bertiga.
“Tapi Rea-”
“Rea bisa menyusul kalian nanti, sana,” ujar Bulan yang menyela Vega tadi.
Vega pun kemudian hanya bisa pasrah, ia dan Rosy juga Alvaro lantas pergi ke kamarnya.
***
Sementara itu, Nuansa dan Rea ternyata pergi ke dapur, kebetulan di sana sedang tidak ada orang, jadi mereka benar-benar hanya berdua.
“Ada apa, Kak?” tanya Rea pada Nuansa.
“Kau kecewa ya padaku? Maaf ya, bukan maksudku tidak menerima kedatanganmu di rumahku, tapi …”
“Tapi apa?”
“Vega tidak menceritakannya padamu?”
“Menceritakan apa?”
“Ayahku baru saja meninggal, jadi …”
“Huh? Serius?”
“Aku harap tidak, tapi … begitulah.”
Rea pun kemudian menyampaikan rasa belasungkawanya kepada Nuansa, dia juga meminta Nuansa untuk tabah dalam menerima kepergian Arfan. Nuansa tentu saja berterima kasih kepada Rea atas dukungannya itu.
“Maafkan aku, mungkin kau belum bisa datang ke rumahku dalam waktu dekat,” ujar Nuansa.
“Tidak apa-apa, Kak, aku mengerti bagaimana situasinya padamu. Yang terpenting kau dan Ibumu tetap kuat ya,” kata Rea.
“Terima kasih sekali lagi, Rea.”
“Sama-sama, Kak.”
Nuansa dan Rea kemudian membahas beberapa hal lainnya yang tidak begitu penting, hingga akhirnya Haha yang tadi mengantarkan minuman dan makanan ringan ke ruang tamu kembali ke dapur.
“Eh, apa aku mengganggu?” tanya Haha.
“Tidak, Bibi, kami juga sudah selesai bicaranya,” jawab Nuansa.
“Oh, syukurlah.”
“Yasudah, Kak, Bibi, aku ke kamar Vega dulu ya,” ujar Rea.
“Ok,” sahut Nuansa, Rea pun lalu pergi dari sana.
“Bibi, aku kembali ke ruang tamu, ya?” kata Nuansa pada Haha usai Vega pergi.
“Baiklah,” ucap Haha, dan Nuansa pun lalu kembali ke ruang tamu saat Emma baru saja akan menceritakan semuanya pada Bulan.
“Nuansa kembali, mungkin sekalian dia saja yang menceritakannya, Bibi,” ujar Emma, Bulan kemudian hanya mengangguk.
“Baiklah, bisa kita mulai sekarang, ya?” kata Nuansa yang baru saja duduk.
“Jadi … pada awalnya ada sedikit masalah yang Emma buat kepada Gladys, teman dekatnya Neptunus,” ucap Nuansa yang mulai menceritakan semuanya dari awal sampai bagaimana dia mencuri di rumah Emma, lalu sang Ayah dibunuh, padahal targetnya yang sebenarnya adalah dia, lalu Emma dileecehkan oleh tukang kebunnya sendiri beberapa saat sebelum dia mencuri barang-barangnya, tukang kebunnya lari.
“Aku tidak berniat untuk menyelesaikan kasus Ayahku dalam waktu dekat ini, karena aku masih belum terlalu bisa mengendalikan emosiku ketika sudah memikirkannya terlalu dalam, dan menuntaskan kasusnya pasti memaksaku untuk memikirkan tentang dirinya dengan sangat keras, aku … aku belum siap, jadi aku memutuskan untuk membantu Emma dulu mencari tukang kebunnya, tapi aku tidak tahu harus bagaimana karena Emma tidak mau melapor ke Polisi, jadi kami meminta bantuanmu, Paman,” pungkas Nuansa.
“Begitu ya,” ujar Eugene.
“Jadi kematian orangtuamu telah mengubahmu?” tanya Bulan pada Emma.
“Sebenarnya tidak juga, Bibi, karena aku benar-benar berubah saat aku melihat dengan jelas bagaimana Nuansa merasakan duka yang sama dengan yang sedang aku rasakan, dan aku jadi tidak tega untuk menyakitinya, dan aku juga butuh seseorang yang mendukungku secara penuh untuk bisa bangkit, dan aku rasa Nuansa adalah orang yang tepat walaupun tidak terpikirkan olehku sebelumnya, selebihnya mungkin hanya langkah kecil untuk membuka lembaran baru di kehidupanku yang akan menjadi lebih baik,” jelas Emma.
“Baguslah, aku senang jika kau benar-benar berubah, asalkan benar-benar saja.”
Emma terkekeh. “Benar-benar kok, Bibi,” kata Emma.
“Kalau boleh jujur, aku sebenarnya lebih tertarik untuk mencari tahu tentang geng motor yang berniat untuk membunuhmu, Nuansa. Siapa mereka dan kenapa mereka berniat untuk membunuhmu? Dan bagaimana bisa mereka mengetahui segala hal tentangmu sementara kau saja tidak pernah berurusan dengan hal-hal kriminal, tapi mengingat kaunya yang belum siap, maka baiklah, kita akan menangani kasus Emma dulu,” ujar Eugene.
“Pertama-tama aku ingin tahu, kau tahu ke arah mana dia perginya, Emma? Atau setidaknya perkiraan di mana dia sekarang,” sambung Eugene.
“Tidak, tapi aku tahu ke arah mana dia kabur, berlawanan arah dari arah Nuansa dan Ayahnya kabut,” ujar Emma.
“Apa tidak ada CCTV di arah dia kabur? Jika ada itu akan meringankan pekerjaan kita.”
“Aku tidak yakin ada, sebab setahuku di daerah itu CCTV hanya ada di perumahan tempatku tinggal.”
“Begitu ya.”
“Apa kau punya nomor identitasnya atau semacamnya?”
“Kita bisa menggeledah barang-barangnya kalau mau, sebab dia waktu itu pergi tanpa barang-barangnya, dan seingatku saat dia melamar bekerja sebagai tukang kebun di rumahku dulu, Ibu dan Ayahku meminta foto copy KTPnya, dan semoga saja benda itu masih ada jika seandainya ternyata paman Wan membawa KTPnya.”
“Baiklah, ayo kita pergi ke rumahmu dan menggeledah semuanya,” ajak Eugene.
“Aku tidak ikut,” ujar Nuansa.
“Kenapa?” tanya Emma.
“Aku akan pergi mencari Neptunus.”
“Apa?!”
“Nuansa, Eugene menjelaskan padaku bahwa Neptunus mungkin saja memang hanya ingin tinggal sendirian dulu, dan ketika dia kembali nanti, dia pasti akan menjelaskan alasannya kepada kita, jadi kurasa kau tidak perlu mencarinya,” ucap Bulan.
“Tidak, Bibi, aku harus bicara dengannya,” kata Nuansa.
“Untuk apa?”
“Entahlah, tapi entah kenapa perasaanku mengatakan bahwa aku harus bicara dengannya.”
“Eugene, lakukan sesuatu,” ujar Bulan, dia meminta bantuan Eugene untuk membantunya menahan Nuansa.
“Jika Neptunus benar-benar hanya ingin tinggal sendiri dulu, itu artinya dia sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun, jadi … aku harap kau paham,” ucap Eugene.
“Mau sampai kapan dia seperti ini? Sampai Paman dan Bibi menikah? Bagaimana kalau dia tidak datang di acara pernikahan kalian yang sudah dekat?” kata Nuansa.
“Tidak, dia pasti sudah pulang pada hari pernikahan kami nanti,” ujar Bulan.
“Lalu bagaimana jika alasan dia pergi seperti ini adalah karena sebenarnya dia tidak mau menghadiri acara pernikahan Bibi dan Paman?”
Bulan kemudian terdiam.
“Nuansa, sudahlah, lagi pula kau akan pergi dengan apa? Ada mobil di sini tapi kau belum bisa membawa mobil, kan? Ingat saat kau pertama kali membawanya? Kau berputar-putar tidak jelas,” kata Eugene.
“Aku bisa walaupun usiaku belum legal untuk mengendarai mobil,” ucap Vega yang tiba-tiba ada di sana bersama ketiga temannya.
“Vega, kalian harus belajar, kalian sedang mendapatkan tugas kelompok, jangan yang aneh-aneh kau,” ujar Bulan.
“Kami bisa melakukannya nanti, kami memiliki banyak waktu.”
“Tidak, kalian harus mengerjakannya sekarang, kau tidak boleh melanggar perintah Ibu.”
“Tapi Ibu-”
“Kembali ke kamarmu.”
Vega lalu terdiam.
“Oh, atau kau bisa menghubungi Itzan dan meminta bantuannya, Kak. Dia pasti mau mengantarmu kemana-mana,” kata Vega beberapa saat kemudian.
“Tidak, aku tidak akan merepotkan orang lain, aku akan pergi sendiri,” tegas Nuansa.
“Aku akan menggunakan taksi online,” sambungnya.
“Ingat saat terakhir kali kau keras kepala Nuansa? Apa yang terjadi gara-gara hal itu?” Emma akhirnya buka suara. Nuansa pun langsung terdiam setelah itu.
“Aku tahu, akibatnya sangat fatal, tapi kali ini berbeda, ini beda masalah, ini masalah hati,” kata Nuansa.
Mendengar hal itu, Emma hanya bisa diam.
‘Dia jatuh cinta pada Neptunus?’ batin Emma.