Nuansa - Chapter 113
“Ihih benar-benar membiarkan Wan pergi, sebab meskipun dia beralasan kalau di luar ada Satpam yang menahan Wan, tapi baik dia dan Wan sama sekali tidak tahu kalau Satpam ternyata akan mendatangi rumah ini, sebab Nuansa tidak meninggalkan jejak apapun yang bisa membuat Wan dan Ihih sadar bahwa ada orang yang menyusup masuk ke dalam rumah ini dan salah seorang Satpam sedang mengejarnya. Aku bisa menjamin ketelitian Nuansa untuk tidak membuat satupun orang di dalam rumah ini mengetahui keberadaannya, sebab dia bahkan memperhatikan gerak-gerik Ihih yang sangat halus. Gadis itu teliti, Wan dan Ihih tidak tahu bahwa akan ada Satpam yang datang, mereka sama-sama berpikir bahwa Wan akan aman, rencana mereka adalah Wan melewati pos Satpam begitu saja, karena mereka berpikir, walaupun Wan ketahuan, dia masih memiliki kesempatan untuk tidak tertangkap, karena hal yang terpenting adalah dia sudah keluar dari perumahan ini. Bukankah begitu, Ihih?” ucap Eugene.
Ihih hanya bisa diam.
“Bibi, apa itu benar?” tanya Emma pada Ihih, dia terlihat tidak percaya.
“Sekarang katakan ke mana perginya Wan? Kau tidak mengejar Nuansa dan Ayahnya malam itu, kau fokus pada Wan, kau pasti membuatnya bisa lepas dari Satpam-satpam itu, iya, kan? Kau pasti tahu ke mana dia pergi,” kata Eugene pada Ihih.
“Bibi, kenapa kau diam?” tanya Emma.
“Kau tahu Emma, kau sebenarnya pantas mendapatkan semua ini,” ucap Ihih.
“Apa?” lirih Emma.
“Kau tidak pernah memperlakukanku dan Wan dengan baik, meskipun aku sama sekali tidak tahu bahwa dia sampai memiliki niat untuk memperkosamu. Tapi, ya, aku tidak akan marah jika dia benar-benar melakukannya padamu, kau pantas mendapatkan semuanya.”
“Bibi, kau …”
“Kau iblis, Emma, kau tidak memiliki sisi kemanusiaan sama sekali.”
“Emma, turunkan kayu itu,” suruh Eugene.
“Semuanya sudah selesai,” sambungnya.
“Hanya karena kau seorang Detektif, bukan berarti semua permasalahan akan selesai di tanganmu, Eugene,” ujar Ihih.
“Huh?” Eugene terkejut mendengar hal tersebut, dan tiba-tiba Ihih memukul tangan Eugene dengan kuat sampai membuatnya menjatuhkan pistolnya.
“Sial!” keluh Eugene.
Ihih langsung berniat untuk mengambil pistol tersebut, namun tentu saja Eugene menahannya.
“Kau tidak bisa kemana-mana lagi, perempuan tua,” ucap Eugene. Mengejutkan, Ihih memukul kemaluan Eugene dengan menggunakan sikunya dan membuat Eugene sangat kesakitan, hal itu membuat Eugene melepaskan Ihih dan Ihih pun berhasil merebut pistol Eugene.
“Katakan hal itu sekali lagi,” kata Ihih sembari menodongkan pistol Eugene ke arah Eugene sendiri.
“Bibi, hentikan!” pinta Emma.
“Haruskah aku mendengarkan orang yang sudah memperlakukanku dengan sangat buruk? Aku akui kalau kedua oeangtuamu sangat baik, Emma, tapi aku tahu tidak kenapa kau memperlakukanku dan Wan dengan begitu buruknya, kau sama sekali tidak menghargai kami sebagai orang yang lebih tua, dan kau benar-benar berlaku semena-mena pada kami. Entah apa yang salah padamu,” ucap Ihih pada Emma.
“Lalu, maaf. Aku minta maaf jika Bibi merasa aku memiliki banyak salah pada Bibi, juga pada siapapun itu, aku akui kalau aku adalah orang yang buruk, tapi … izinkan aku mendapatkan maaf dari Bibi.”
“Kau bahkan masih tidak menyadari bahwa kau benar-benar salah, kau mengatakan kau minta maaf jika aku merasa kau memiliki salah, itu artinya kau sama sekali tidak merasa bahwa apa yang telah kau lakukan padaku dan, segala perlakuanmu itu, kau tidak menyadarinya bahwa semua itu salah, kau tidak menyesalinya, kau benar-benar tidak berubah.”
“Tidak, Bibi, percayalah, aku sudah berubah. Well, akhirnya aku sadar memang aku ini orang yang buruk, mungkin semua ini karena kesalahan orangtuaku dalam mendidikku, mereka … mereka terlalu memanjakanku, dan … dan tanpa sengaja membuatku menjadi seperti ini, mungkin mereka-”
“Apa lagi, Emma? Kau benar-benar tidak menyadari bahwa kau salah, pertama kau benar-benar tidak merasa bersalah, dan kedua kau menyalahkan orangtuamu, manusia macam apa kau ini? Orang sepertimu seharusnya tidak memiliki tempat di dunia ini.”
Suasana kemudian menjadi hening, dan perlahan Ihih berbalik badan jadi menghadap ke Emma, dia sekarang mengarahkan pistol yang sedang dipegangnya ke arah Emma.
“Jadi aku akan mengakhirinya sekarang juga,” ucap Ihih. Melihat hal itu, Eugene tentu saja tidak bisa tinggal diam, dia berusaha melakukan sesuatu, namun saat dia baru saja bergerak, Ihih kembali menghadap kepadanya dan langsung menembak kaki kanannya.
“Aaargh!” teriak Eugene yang langsung terjatuh.
Emma pun berteriak histeris melihat hal itu. Uniknya, setelah Ihih menembak kaki Eugene, pistol tersebut langsung mental keluar, terlepas dari tangannya.
“Bibi! Apa yang kau lakukan?!” jerit Emma.
“Emma! Ambil pistolnya!” seru Eugene, tetapi Ihih langsung berlari menghampiri pistol itu dan mendapatkannya duluan, namun dia dan Emma sudah sama-sama berada di luar sekarang, dengan Emma yang masih memegang kayu tadi.
Ihih menodongkan pistol tersebut ke Emma lagi.
“Tidak apa-apa, tidak usah takut, dia masih belum bisa menggunakan pistol, dia tidak bisa mengendalikan gaya dorong pistol itu, jadi ketika dia menembak, pistol itu akan terlepas dari tangannya,” ujar Eugene dengan kakinya yang terus mengeluarkan darah.
“Kau sanggup mengatakan itu setelah sebuah peluru bersarang di kakimu? Baiklah, aku akui bahwa tadi aku terkejut dengan gaya dorongnya karena aku belum pernah menembak sebelumnya, tapi bukankah itu sudah bagus? Aku mengenai kakimu, dan sekarang aku akan mengenai jantung Emma, dan aku pastikan kalau aku tidak akan membiarkan pistol ini terlempar lagi,” kata Ihih.
Ihih lantas melepaskan peluru ke Emma, namun Emma berhasil menghindar, dan pistol itu kembali terlempar. Ihih benar-benar belum bisa mengendalikan daya dorongnya, dan tampaknya nasib baik benar-benar sedang berpihak kepada Emma dan Eugene, sebab pistol itu terlempar ke dekat Emma, jadi tentu saja Emma langsung memgambilnya dan mengarahkannya ke Ihih.
Melihat hal itu, Ihih tentu saja merasa ketakutan, dia langsung mengangkat kedua tangannya.
“Tidak, Nona, aku mohon, jangan tembak aku,” pinta Ihih.
“Kau sanggup mengatakan itu saat kau benar-benar memiliki nafsu untuk membunuhku?” tanya Emma.
“Nona Emma, tolong, aku lebih memilih untuk hidup di penjara dari pada langsung mati dengan cara seperti ini. Tolong, kasihani aku.”
Emma kemudian terdiam, dia memikirkan keputusannya.
***
Sementara itu, Nuansa akhirnya sampai di rumah Neptunus, mungkin lebih tepatnya dia akhirnya kembali ke rumah ini. Usai membayar ongkosnya kepada sang sopir taksi, Nuansa langsung masuk melewati gerbang dan langsung melihat mobil Neptunus yang tidak diparkirkan di garasi, melainkan di dekat pintu depan.
“Dia masih di sini!” gumam Nuansa, segera saja dia berlari menuju pintu depan dan kemudian masuk ke dalam.
Begitu berada di dalam, Nuansa berpapasan dengan Hoho yang sepertinya ingin keluar.
“Paman, apa Neptunus di sini?” tanya Nuansa.
“Iya, dia ada di atas bersama Nyonya Bulan,” jawab Hoho.
“Baiklah, terima kasih, Paman.”
Nuansa pun lantas langsung naik ke lantai 2 dan melihat Vega, Alvaro, Rea, dan Rosy berkumpul di depan pintu kamar Neptunus, sepertinya Bulan berada di dalam kamar itu bersama dengan Neptunus. Nuansa pun menghampiri mereka dan melihat ke dalam kamar Neptunus.
Benar saja, Neptunus ada di sana.