Nuansa - Chapter 124
“Engh,” ucap Nuansa begitu dia melihat siapa yang datang, dia hanya bisa terdiam.
“Siapa yang mengetuk pintu, Nuansa?” tanya Durah dari dalam kamarnya.
Bukannya menjawab pertanyaan sang Ibu, Nuansa malah mematung di dekat pintu.
“Nuansa?!” tanya Durah sekali lagi.
“Anu, Ibu,” jawab Nuansa.
“Adik Neptunus dan teman-temannya,” sambungnya.
“Silakan masuk,” Nuansa mempersilakan Vega, Itzan, Rosy, Rea, Alan, Noah, dan Alvaro masuk ke dalam rumahnya, dia terlibat kecewa karena dirinya mengira bahwa yang datang adalah Neptunus, dan ternyata bukan.
Vega tampak ragu ketika Nuansa mempersilakannya dan teman-temannya untuk masuk. Karena Vega belum masuk, Itzan dan yang lainnya pun juga belum masuk, mereka ingin Vega duluan yang masuk.
“Hei, ada apa? Ayo masuk,” ujar Nuansa.
“Engh … pertama, aku ingin meminta maaf padamu, Kak. Kemarin aku terlalu berlebihan dalam mengambil sikap, padahal sebenarnya kau tidak salah sama sekali, mungkin itu efek dari kekacauan yang terjadi di keluargaku, makanya aku jadi stress sendiri dan malah marah padamu, padahal-”
“Tidak apa-apa, aku paham kalau kau dan Ibumu merasa kecewa, aku mewajarkannya, dan aku bersyukur kau juga bisa mewajarkan posisiku,” ucap Nuansa yang menyela Vega.
“Kau memaafkanku?” tanya Vega.
“Tidak ada yang salah, baik aku, kau, maupun Ibumu, bahkan juga Neptunus, mungkin salah karena kami telah membohongi kalian, tapi … entahlah, kurasa sebaiknya kita melupakan semua itu, karena kau juga mengambil langkah seperti ini, kau bahkan sampai meminta maaf padaku, jadi lebih baik kita fokus membuka lembaran baru saja.”
Vega tersenyum mendengar jawaban Nuansa barusan, dia pun lantas langsung memeluk Nuansa. Nuansa membalas pelukan itu dengan hangat, karena walaupun dirinya sempat mengharapkan bahwa yang datang adalah Neptunus, adiknya pun tidak apalah.
***
Sekitar satu jam kemudian, Nuansa yang sudah mandi dan berpakaian rapi membuatkan teh untuk ketujuh remaja yang sedang menunggu di ruang tamu rumahnya itu. Walaupun sebenarnya ruangan kecil tersebut kurang layak rasanya untuk disebut sebagai ruang tamu karena letaknya yang tidak memiliki pembatas dengan dapur, tapi tidak apalah.
Dari dapur, selain membawakan teh, Nuansa juga membawa setoples keripik singkong balado sebagai cemilan untuk mereka.
“Maaf ya, hanya ada keripik ini dan teh, stok singkongku sudah habis, dan aku memang tidak memiliki stok makanan ringan selain keripik seperti ini,” kata Nuansa pada mereka bertujuh.
“Tidak apa-apa, ini sudah lebih dari cukup,” ucap Rea.
“Dan maaf juga karena Ibuku tidak keluar dari kamarnya. Dia tidak bermaksud apa-apa, Ibuku juga bukan orang yang sombong, dia hanya-”
“Tidak apa-apa, kak Nuansa. Kami memahami keadaan di rumahmu ini, dan kau tidak perlu meminta maaf begitu,” Vega menginterupsi Nuansa.
“Terima kasih,” ujar Nuansa.
“Jadi, apa maksud kedatangan kalian ke sini?” sambung Nuansa, mereka memang belum membicarakan hal itu tadi karena Nuansa sibuk pada kegiatannya sendiri.
Vega lantas menarik napas panjang, lalu menghembuskannya, dia dan Itzan kemudian saling melirik, Itzan tampak memberikan dukungan besar padanya.
“Tunggu, tunggu, aku baru ingat, bukankah kau sudah memiliki pacar di sekolah lamamu?” tanya Nuansa pada Vega.
“Lupakan tentangnya,” kata Vega.
“Hubungan kalian ketahuan oleh bibi Bulan? Oh! Itu sebabnya kau pindah sekolah, ya?!”
“Tidak! Bukan seperti itu.”
“Vega diselingkuhi,” ucap Alvaro yang sebenarnya sedang asyik memakan keripik Nuansa.
“Benarkah?!” ujar Nuansa yang terlihat tidak percaya.
“Aku menyesal menceritakan semuanya padamu,” kata Vega pada Alvaro dengan nada bicara yang menunjukkan kekesalannya.
“Ya … tapi bukan itu alasanku pindah sekolah, apa yang dikatakan oleh kak Neptunus waktu itu adalah alasan yang sebenarnya, aku bersumpah,” sambung Vega yang kini berbicara pada Nuansa.
“Hmmm, baiklah, aku percaya. Tapi aku tidak menyangka kalau kau bisa move on secepat itu dan langsung memiliki gebetan baru secepat itu.” Nuansa menggoda Vega dan Itzan.
“Ti-tidak, kami hanya teman,” ujar Itzan.
“Teman tapi mesra?”
“Uh, aku suka lagunya, itu lagu favorit Ibuku dan dia memutarnya sebanyak sepuluh kali setiap hari sejak aku masih kecil sampai sekarang, kira-kira sudah sepuluh tahun lebih, sampai-sampai aku juga ikut menyukainya,” kata Alan.
“Ibumu orang yang setia pasti,” Nuansa menyahuti Alan.
“Yah, walaupun kadang-kadang muak juga sebenarnya.”
“Tentu saja muak jika diputarnya sebanyak sepuluh kali setiap hari selama sepuluh tahun,” gumam Nuansa dengan ekspresi wajah yang menunjukkan bahwa dia kesulitan membayangkan bagaimana rasanya jika dia tinggal satu rumah bersama Ibunya Alan.
“Kembalilah ke topik awal, kenapa malah jadi membicarakan tentang Ibunya Alan?” ucap Noah.
“Oh, iya. Astaga, maaf ya, Vega,” ujar Alan.
“Tidak apa-apa,” kata Vega.
“Jadi, ada apa?” tanya Nuansa pada Vega.
“Hei! Kenapa kau habiskan semuanya?!” sewot Rea pada Alvaro yang menghabiskan satu toples keripik singkong tersebut seorang diri.
Sontak saja perhatian semuanya kembali terpecah dan tidak terpusat pada Vega dan Nuansa lagi.
“Eh?! Habis?!” kata Alvaro yang tidak menyangka bahwa dia sudah menghabiskan setoples keripik singkong seorang diri dalam waktu kilat.
“Jangan kura-kura dalam perahu kau! Kenapa kau tidak memikirkan kami sama sekali?! Tega sekali kau! Aku juga ingin memakannya! Iiiih!”
“Hei, sudah, sudah, aku masih punya stoknya, sebentar aku ambilkan,” ujar Nuansa yang kemudian pergi ke dapur.
“Syukurlah,” gumam Alvaro.
“Ish!” Rea menggeram.
Sesaat kemudian, Nuansa kembali dengan membawa satu plastik besar yang berisik keripik singkong. Kalau ditimbang, kemungkinan besar beratnya bisa menyentuh angka 5 kilogram. Tentu saja Vega dan yang lainnya terkejut melihatnya.
“Nah, ini stokku yang tersisa, habiskan saja kalau kalian sanggup,” kata Nuansa yang sudah pasrah apabila keripiknya habis.
“Ok, Vega, lanjutkan,” sambung Nuansa.
“Jadi … maksud kedatanganku kemari sebenarnya ingin menceritakan padamu tentang perasaanku mengenai kepergian kak Neptunus. Mungkin justru aku berakhir dengan meminta bantuanmu, tapi aku akan menceritakan semuanya padamu,” ucap Vega.
Mengetahui bahwa topik pembicaraannya adalah Neptunus, Nuansa pun mendadak menjadi serius.
“Sebelumnya aku minta maaf karena sudah mengganggumu sepagi ini, maaf juga karena aku telat meminta maafnya. Aku sengaja datang sepagi ini karena aku takut terlambat masuk sekolah, dan aku datang bersama mereka karena awalnya aku tidak berani datang sendirian, aku takut kalau kau marah padaku, tapi ternyata tidak,” papar Vega.
“Dan, kita akan ke topik utamanya,” lanjutnya.
“Jadi, aku merasa semuanya tidak baik-baik saja setelah kak Neptunus pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas, dan dia juga tidak memberikan alasan mengenai menghilangnya dia sebelum dia tiba-tiba pulang, kan? Ok, singkat cerita, semalam aku menyampaikan kegelisahanku itu pada Ibuku, tapi dia memintaku untuk tidak memikirkan hal itu, Ibuku mengatakan kalau kak Neptunus pasti akan pulang dan menjelaskan semuanya, Ibu juga menambahkan bahwa kak Neptunus pasti sedang ingin sendirian dulu saat ini, jadi sebaiknya kita tidak mengganggunya meskipun kita membutuhkan jawaban atas semua ini. Begitu Ibu mengatakan semua itu, aku langsung tahu bahwa itu adalah kata-kata orang lain yang telah mempengaruhi pemikiran Ibuku, karena seharusnya disaat semuanya sudah menjadi seperti ini, semua orang, apa lagi Ibuku, kompak merasa ada hal yang tidak beres yang sedang terjadi, terutama pada kak Neptunus, dan dugaanku benar, setelah aku bertanya padanya tentang pendapat paman Eugene yang sedang dirawat di rumah sakit, ngomong-ngomong aku belum sempat menjenguk paman Eugene, Ibu mengatakan bahwa itu adalah yang dikatakan paman Eugene padanya, lebih lanjut, Ibu juga mengatakan bahwa sebelumnya dia juga berpendapat sepertiku, tapi menurutnya pemikiran paman Eugene adalah yang paling benar, tapi tidak bagiku. Keadaannya sekarang begini, dan aku tetap yakin bahwa ada yang salah, dan aku menganggap bahwa tidak mungkin paman Eugene memiliki pemikiran seperti itu, dia seharusnya berpikir untuk mengambil tindakan serius dalam permasalahan ini, bukan tetap mengatakan kalau kak Neptunus akan kembali dan menjelaskan semuanya. Ada yang salah, dan aku tidak tahu di mana. Dan aku berpikir kalau kau bisa membantuku dalam hal ini,” jelas Vega panjang lebar.
“Aku juga merasakan hal yang sama. Tapi kau benar-benar ada dalam pendirianmu sendiri, kan? Maksudku, kau tidak datang ke sini dengan menjadi orang suruhan paman Eugene untuk mengetahui bagaimana pendirianku sebenarnya, kan?” tanya Nuansa.
Vega langsung terdiam begitu mendengar pertanyaan Nuansa itu.