Nuansa - Chapter 129
Nuansa, Reynand, dan Thomas akhirnya sampai di sebuah kantor, namun bukan kantor Polisi, melainkan kantor Dinas Perhubungan.
“Loh? Untuk apa kita ke sini? Bukankah seharusnya kita ke kantor Polisi?” tanya Nuansa.
“Hal-hal lalu lintas bukan hanya menjadi urusan Polisi lalu lintas, tapi juga tugas Dinas Perhubungan,” ujar Reynand.
“Jadi tentang CCTV-CCTV di lampu merah – lampu merah itu bukan tugas Polisi lalu lintas?”
“Kan aku sudah bilang kemarin, tidak juga.”
“Hmmm.”
“Sudah, ikuti saja semuanya, kau tidak akan mengerti. Yang terpenting kita bisa melihat rekaman CCTVnya,” ucap Thomas pada Nuansa.
“Ah, iya juga. Ayo kita masuk,” kata Nuansa.
Mereka bertiga lantas masuk ke dalam kantor tersebut dengan Reynand yang membimbing mereka.
***
Selang beberapa belas menit kemudian, Nuansa, Reynand, juga Thomas berada di sebuah ruangan bersama seorang petugas yang akan memutar rekaman CCTV yang diinginkan Nuansa.
Setelah di atur, rekamannya akhirnya berada pada waktu Neptunus dan Nuansa melewati jalan itu, dan disitu, bisa terlihat mobil Neptunus yang baru saja berhenti.
“Itu mobilnya, kan?” tanya Reynand pada Nuansa.
“Ya,” jawab Nuansa.
Mereka berempat kemudian menunggu hingga lampu merah itu berubah menjadi lampu hijau, karena pada saat itulah Neptunus melihat sesuatu, namun tentu saja mereka harus menunggu sampai lima menit, dan Nuansa sendiri tidak mau langsung mempercepat rekamannya sampai ke lima menit kemudian, dia ingin memperhatikan semuanya pada lima menit tersebut.
Lima menit kemudian, lampu merahnya berubah menjadi lampu hijau, semua kendaraan otomatis kembali berjalan setelah berhenti tadi, dan mobil Neptunus memang belum jalan saat lampu merahnya berubah.
“Pak, bisa tolong di pause rekamannya?” pinta Nuansa pada petugas yang menemani mereka.
Petugas tersebut lantas menuruti permintaan Nuansa. Sementara itu, Nuansa mencoba mengingat ke arah mana waktu itu melihat dan kemudian terdiam.
“Kau lupa ke arah mana dia melihat?” tanya Thomas pada Nuansa.
“Ya, dan sebaiknya kau jangan berisik, karena kalau tidak aku tidak akan bisa mengingatnya,” ancam Nuansa.
Dari CCTV memang Nuansa dan Neptunus tidak bisa terlihat karena semua jendela mobil Neptunus tertutup.
“Wah, gawat kalau kau lupa,” gumam Thomas.
“Diam!” bentak Nuansa. Thomas kemudian terdiam, mematung.
Nuansa lantas mencoba untuk fokus dan mengingat ke arah mana Neptunus melihat waktu itu, dan beberapa belas detik kemudian, dia berhasil mengingatnya.
“Searah dengan jam sembilan,” ujar Nuansa yang lalu melihat ke sebelah kiri dari mobil Neptunus.
“Itu dia! Neptunus melihat ke arah mereka!” sambung Nuansa sambil menunjuk 2 motor yang masing-masing dinaiki oleh 2 orang yang menggunakan helm. Kedua motor tersebut berhenti dengan posisi bersebelahan.
“Kau yakin?” tanya Reynand.
“Orang-orang ini melihat ke arah mobil Neptunus juga, dan mereka kelihatan berniat untuk jalan, tapi sebelum jalan mereka melihat ke arah mobil Neptunus,” kata Thomas.
“Bagaimana kalau mereka ternyata tidak melihat ke arah mobil Neptunus?”
“Mereka melihat ke arah mobil Neptunus. Lihat ke mana arah tatapan mereka, tidak ada kendaraan lain yang sejajar dengan mobil Neptunus, dan anehnya mereka berempat sama-sama melihat ke mobil Neptunus. Dari sini kita bisa menyimpulkan kalau orang-orang ini saling berkaitan, dan setelah mereka melihat Neptunus, Neptunus melihat mereka juga, jadi …”
“Jadi artinya Neptunus ada kaitannya dengan mereka,” Thomas menyambung ucapan Nuansa.
“Ya,” ujar Nuansa.
“Hmm, tapi siapa orang-orang ini?” tanya Reynand. Nuansa hanya terdiam.
“Kalau kita runutkan semua ceritanya, satu-satunya kemungkinan yang ada adalah, mereka ini anggota geng motor yang menyerang Nuansa dan Ayahnya, dan Neptunus pasti ada kaitannya dengan geng motor itu, sehingga dia terdiam saat melihat mereka ini, tapi alasan kenapa Neptunus terdiam, kita belum bisa mengetahui kemungkinannya.” Karena Nuansa terdiam, Thomas lah yang berbicara.
“Tapi semuanya masih hanya sekedar kemungkinan, kita belum bisa memastikan kebenarannya,” ucap Nuansa.
“Tapi kemungkinan-kemungkinan ini sudah terasa seperti kebenaran. Bukan bermaksud menakutimu, tapi, begitulah adanya.”
Suasana di sana kemudian menjadi hening.
“Pak, tolong bisa diputar ulang dari lima menit sebelumnya?” pinta Reynand beberapa saat kemudian pada petugas yang menemani mereka. Petugas tersebut lantas melalukan permintaan Reynand, dan Reynand, Nuansa, juga Thomas lalu menonton ulang rekaman itu, kali ini mereka memperhatikannya dengan sangat teliti.
Setelah diputar ulanglah semuanya baru menjadi jelas. Ternyata, sesaat setelah mobil Neptunus berhenti, dua motor itu langsung muncul dari belakang mobil Neptunus, namun kemudian kedua motor tersebut menjauh dari mobil Neptunus, tetapi masih dalam barisan horizontal yang sama.
Sejak awal juga keempat orang itu melihat ke arah mobil Neptunus, dan bisa dipastikan bahwa mereka memang mengikuti mobil Neptunus dan sangat menjaganya, tetapi Neptunus baru menyadarinya belakangan, tepatnya sesaat setelah lampu merahnya berganti menjadi lampu hijau.
“Catat plat nomor mereka,” suruh Reynand pada Nuansa. Nuansa pun lantas langsung mencatatnya di ponselnya.
“Kita akan melacak mereka melalui plat nomor mereka?” tanya Nuansa.
“Kenapa kau mempertanyakannya?” Thomas bertanya pada Nuansa.
“Aku tidak bertanya padamu, jadi tidak usah merasa keberatan,” protes Nuansa.
“Ya,” Reynand menjawab pertanyaan Nuansa.
“Baiklah, jadi urusan kita di sini sudah selesai?” tanya Nuansa pada Reynand.
“Ya, selanjutnya aku akan mengabari kalian jika aku sudah mendapatkan data mengenai para pengendara motor ini,” ucap Reynand.
“Ok.”
“Mereka benar-benar memperhatikan, melihat, dan mengikuti kalian waktu itu,” kata Reynand sembari kembali melihat ke rekaman tersebut.
“Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya waktu itu?” ujar Nuansa.
“Mana kami tahu,” ucap Thomas. Nuansa lantas hanya mendengus.
“Kita akan mendapatkan jawabannya segera,” kata Reynand.
Suasana kemudian kembali menjadi hening, hingga akhirnya Reynand tiba-tiba menepuk pundak Nuansa.
“Uh?” Nuansa terlihat sedikit kaget setelah Reynand menepuk pundaknya tadi.
“Aku tahu kau khawatir dan gelisah, tapi percayalah, semuanya akan baik-baik saja. Sejauh ini kau sudah berpikir dengan sangat positif, jadi jangan coba-coba kau berpikir negatif,” ucap Reynand.
“Hei, kau ini apa-apaan, hal-hal terburuk sekalipun tetap harus dipertimbangkan!” Thomas melawan pendapat Reynand.
“Kalau itu akan mengganggu pikiran Nuansa maka hal itu sama sekali tidak dibutuhkan, karena semuanya akan menjadi berantakan jika pikiran Nuansa tidak stabil.”
Thomas lantas terdiam setelah mendengar apa yang dikatakan Reynand tersebut.
“Terima kasih atas dukungan dan semangat yang kau berikan padaku. Bantuanmu juga benar-benar sangat berharga. Sekali lagi, terima kasih banyak,” ujar Nuansa pada Reynand.
“Semua ini belum selesai, berterima kasih padaku nanti saja. Untuk sekarang, berterima kasihlah pada orang-orang di kantor ini, terutama pada Bapak ini,” Reynand menyahuti Nuansa.
“Pak, terima kasih banyak, ya, maaf jika kami banyak menyita waktu Bapak dan sangat mengganggu,” ucap Nuansa pada petugas yang menemani mereka.
“Ah, tidak apa-apa,” sahut petugas itu.
Nuansa, Reynand, dan Thomas pun pergi dari sana sekitar 5 menit kemudian setelah berpamitan kepada petugas yang menemani mereka dan berterima kasih kepada beberapa orang yang ada di kantor tersebut.