Nuansa - Chapter 130
Keesokan harinya, pada pukul 9 pagi, Nuansa sedang memijat-mijat kaki Durah yang katanya terasa pegal. Sudah lama Nuansa tidak memijat Ibunya seperti ini, padahal tangannya adalah obat penghilang pegal paling ampuh di keluarganya, makanya sejak tadi Durah tidak mau menyudahi pijatan putrinya tersebut, padahal sudah sekitar setengah jam lebih Nuansa memijat Ibunya.
Nuansa sendiri sama sekali tidak mau mengeluh lelah meskipun dia memang sudah mulai lelah. Ini adalah hal sederhana yang bisa membuat Ibunya senang, namun sangat jarang dia lakukan, dan dia tidak akan pernah mau berhenti sebelumnya disuruh, karena yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana jika Durah juga meninggalkannya di dunia ini seperti Arfan, dia jadi tidak memiliki waktu apapun lagi bersamanya, dan dia pasti akan sangat merindukan momen-momen seperti ini.
Nuansa sudah sangat paham rasanya melalui kepergian Arfan, dan dia tidak mau terbayang akan banyak hal mengenai Ibunya nanti setelah Durah juga pergi meninggalkannya, gadis itu hanya ingin tidak menyesali hal apapun setelah dirinya benar-benar ditinggalkan oleh kedua orangtuanya kelak.
“Kau lelah?” Durah akhirnya bertanya.
“Tidak, Ibu. Santai saja,” jawab Nuansa.
“Serius?”
“Iya.”
“Yasudah, lanjutkan.”
Sesaat kemudian, ponsel Nuansa berdering. Ada sebuah panggilan masuk dari Reynand.
“Sebentar ya, Ibu,” ucap Nuansa yang kemudian menjawab panggilan itu.
“Halo?” sambung Nuansa setelah dirinya menjawab panggilan tersebut.
“Bisa kau datang ke sini sekarang?” tanya Reynand.
“Kau sudah mendapatkan data-data tentang orang-orang bermotor itu?” Nuansa bertanya balik.
“Sudah,” jawab Reynand.
“Cepat sekali. Keren, kau memang hebat.”
“Tidak perlu lama-lama, aku bukan kungkang.”
“Hahaha, baiklah, aku akan segera ke sana. Terima kasih ya sebelumnya.”
“Sama-sama.”
Mereka pun lantas memutuskan sambungan telepon itu.
“Ibu, aku pergi dulu, ya, aku mau ke kantor Reynand,” ujar Nuansa setelah dia memutuskan sambungan teleponnya dengan Reynand tadi.
“Oh, iya, hati-hati di jalan, ya,” sahut Durah, padahal Nuansa baru akan bersiap-siap.
***
Setelah menghabiskan waktu sekitar 10 menit untuk bersiap-siap, Nuansa pun akhirnya betul-betul siap. Tidak lupa, sebelum berangkat dan berpamitan lagi pada Durah, Nuansa juga menyuruh Thomas untuk datang ke kantor tempat Reynand bekerja, tak lupa juga ia untuk menyuruh Vega, Itzan, Noah, Rea, Rosy, Alan, dan Alvaro untuk datang ke sana. Kebetulan ini adalah hari Minggu, jadi ketujuh remaja tersebut juga Thomas pasti tidak akan memiliki halangan apapun.
***
“Edi Nuryanto dan Rima Kamboja,” kata Reynand pada Nuansa, Thomas, Vega dkk. Reynand memberitahu nama pemilik dua motor tersebut.
“Mereka suami istri?” tanya Thomas.
“Entahlah, tapi sepertinya tidak, soalnya Rima tinggal di Garut, dan Edi tinggal di Pamulang. Ini, lihat saja alamatnya,” ucap Reynand.
“Mereka tinggal cukup berjauhan, ya,” kata Rosy.
“Untungnya kita tinggal di Jakarta, jadi kita masih bisa menjangkau mereka meskipun sebenarnya untuk sampai di rumah mereka tetap membutuhkan waktu hitungan jam juga,” ucap Vega.
“Kau yakin salah satu dari mereka adalah perempuan? Karena yang mengendarai motor itu dua-duanya memiliki fisik laki-laki, begitu juga dengan yang di bonceng,” ujar Nuansa pada Reynand, dia merasa ragu.
“Siapa tahu si Rima ini pegulat.” Thomas berspekulasi.
“Entahlah, tapi ini hanya agak aneh saja, selain itu jarak rumah mereka juga saling berjauhan, dan malah bukan di Jakarta.”
“Kita tidak bisa membuat kemungkinan apapun sekarang, cukup datangi rumah mereka saja walaupun sebenarnya ini agak jauh juga.”
“Ya.”
“Kalau begitu kita seharusnya dibagi dalam dua kelompok untuk menghemat waktu, kan?” tanya Itzan.
“Tentu saja,” sahut Thomas.
“Kalau begitu aku satu kelompok dengan Vega.”
“Aku satu kelompok dengan Rosy.”
“Aku satu kelompok dengan Rea.”
Itzan, Noah, dan Alan tiba-tiba main memilih rekan satu kelompok sendiri.
“Tidak apa-apa, kelompok kita tidak perlu ramai-ramai,” ucap Alvaro pada Nuansa dan Thomas.
“Memangnya siapa yang mau satu kelompok denganmu?” tanya Thomas.
“Kalian akan melakukan persiapan, kan? Aku hanya ingin mengatakan kalau aku tidak bisa membantu lebih jauh lagi karena sekarang pencariannya sampai ke luar kota, aku-”
“Tidak apa-apa, kami mengerti, dan sejauh ini pun kau sudah membantu sangat banyak. Terima kasih atas bantuanmu,” Nuansa menginterupsi Reynand.
“Sama-sama,” kata Reynand.
“Dan tentang kalian, apa kalian semua sudah meminta izin pada orangtua kalian dan mengatakan kalau mungkin kalian akan pulang malam?” tanya Nuansa pada Vega dan teman-temannya.
“Well, kami semua sama-sama mengatakan pada orangtua kami bahwa kami keluar untuk mengerjakan tugas kelompok di sebuah kafe dan sudah mengatakan kalau kami memang akan pulang malam, karena setelah mengerjakan tugas kelompok, kami mengatakan kalau kami akan jalan-jalan, dan aku mengatakan kalau inilah teman-teman kelompokku, begitu juga dengan mereka,” jawab Vega.
“Jadi itu sebabnya kalian membawa tas masing-masing?” tanya Thomas.
“Yups,” jawab Vega.
“Baiklah, berarti semuanya aman, ya?” Nuansa memastikan.
“Aman seratus persen, asalkan kita tidak pulang terlalu malam,” ujar Rea.
“Aku mengerti.”
“Dasar anak-anak nakal,” ucap Thomas.
“Nakal untuk kebaikan apa salahnya?” balas Alan.
“Aku tidak bilang salah, kan?”
“Mmm, tidak.”
“Yasudah.”
“Baiklah, kita akan membagi kita dalam dua kelompok,” kata Nuansa.
“Aku, Thomas, Vega, Rea pergi ke rumah Edi di Pamulang. Itzan, Alan, Noah, Rosy, kalian pergi ke Garut, ke rumah Rima,” sambung Nuansa.
“Bagaimana denganku?” tanya Alvaro.
“Kau …” Nuansa berpikir.
“Harus ada yang memastikan kalau Ibuku aman, karena bisa saja orang-orang yang mengincarku itu tahu bahwa kita akan pergi ke luar Jakarta, dan bisa-bisa mereka malah mengincar Ibuku. Jadi, kau Alvaro, kau akan pergi ke rumahku untuk menjaga Ibuku,” lanjut Nuansa.
“Baiklah, itu cukup mudah, apa lagi di temani keripik singkong,” ucap Alvaro.
“Keripik singkongku sudah habis.”
“Tapi, kau yakin Alvaro adalah orang yang tepat untuk menjaga bibi Durah? Maksudku, lihat dia, apa dia terlihat seperti orang yang pandai melindungi?” tanya Vega pada Nuansa.
“Hei!” sewot Alvaro.
“Ibuku bukan cuma butuh orang yang bisa melindunginya, dia butuh orang yang cocok dengannya, dan aku tahu Alvaro akan sangat cocok dengannya. Karena kalau orang yang menjaga Ibuku cocok dengan Ibuku, maka Ibuku akan bahagia-bahagia saja,” Nuansa menjawab pertanyaan Vega.
“Tapi, kau sudah yakin dengan formasi kelompok ini? Maksudku, sepertinya ini masih belum tepat,” kata Rea pada Nuansa.
“Hmmm. Kau benar,” ucap Nuansa. Mendengar hal itu, Rea pun terlihat senang karena dia berpikir bahwa dirinya akan disatukan dengan Alan.
“Vega, kau bertukar tempat dengan Itzan,” suruh Nuansa.
“Apa?! Aku pikir malah kak Nuansa akan menukar Itzan dengan Rea,” protes Vega.
“Setidaknya harus ada satu orang yang cukup pintar dalam hal intelijen di dalam satu kelompok, dan kelompok mereka harus ada kau agar mereka bisa sempurna.”
“Kenapa kau tidak tukar kak Thomas denganku saja?” tanya Itzan.
“Thomas dan aku harus dalam satu kelompok, aku harus mengawasinya, walaupun jadinya satu kelompok akan menjadi lebih sempurna karena aku dan Thomas ada di dalamnya, tapi kita tidak punya pilihan lain. Percayalah keputusanku sudah yang paling tepat, di kelompokku harus ada satu laki-laki selain Thomas, hanya untuk berjaga-jaga, dan di kelompok yang satu lagi harus ada setidaknya satu yang cukup pandai dalam hal intelijen, dan Vega yang sudah lama belajar pada paman Eugene adalah orang yang tepat,” kata Nuansa.
“Kau benar-benar tidak mempercayaiku, ya?” tanya Thomas pada Nuansa.
“Aku tidak punya pilihan lain, mengertilah,” ujar Nuansa.
“Baiklah, baiklah, aku tidak akan protes.”
“Karena kelompokku sudah sangat kuat dengan adanya Itzan, maka aku hanya butuh satu orang yang lemah agar kelompok yang satu lagi tidak lemah, jadi aku pilih Rea masuk ke dalam kelompokku,” Nuansa menyambung penjelasannya.
“Di kelompokku jadinya akan ada dua perempuan, bagaimana bisa kau bilang itu cukup kuat?” tanya Noah.
“Kemampuan Vega akan berguna, dan daya tarik Rosy yang paling akan berguna apabila ternyata Neptunus bisa langsung kita temukan, dan dalam kelompok kalian, Rosy yang akan berguna, sementara dalam kelompokku … aku benci mengatakannya, tapi kurasa akulah daya tariknya bagi Neptunus. Selebihnya, karena kau dan Alan adalah laki-laki, sudah tentu kalian kuat,” jawab Nuansa.
“Hmm, baiklah, aku mengerti,” kata Noah.
“Dan sebaiknya kita berangkat sekarang juga,” lanjut Nuansa.
“Ya,” sahut yang lainnya.