Nuansa - Chapter 135
Thomas dan yang lainnya sudah lumayan jauh dari kampung tadi, wajar saja karena ini sudah memasuki 20 menit perjalanan mereka, dan sejak tadi suasana di dalam mobil itu sangat hening, tidak ada satupun yang berbicara.
Thomas memang sengaja menunggu hingga Nuansa menjadi sangat tenang, karena kalau tidak pembicaraan mereka tidak akan sampai ke otak Nuansa.
“Kuharap kau sudah bisa di ajak untuk berbicara dengan tenang sekarang,” ucap Thomas pada Nuansa.
“Karena aku bukan pengasuhmu yang harus menenangkanmu setiap kali kau merasa emosi. Kau tahu? Itu benar-benar menyebalkan karena aku tidak pernah ingin untuk menjadi seorang pengasuh,” sambung Thomas.
“Huft, baiklah, kurasa aku sudah bisa di ajak berbicara baik-baik,” ujar Nuansa.
“‘Kurasa’?! Aku butuh jawaban yang pasti! Ingat, aku bukan pengasuhmu, jadi pastikan kalau kau tidak akan merengek-rengek tidak jelas seperti bayi yang tidak memiliki akal.”
“Ok, ok! Aku sudah tenang.”
“Yakin?”
“Iya.”
Thomas lantas terdiam sesaat untuk mempertimbangkan keputusannya.
“Baiklah, aku akan menceritakan kejanggalan-kejanggalannya padamu. Tapi, sebelum itu aku akan bertanya padamu,” kata Thomas.
“Apa?” sahut Nuansa.
“Kau tidak menemukan kejanggalan apapun pada mereka?”
“Tidak, yang kupikirkan hanya Neptunus, bahkan aku tidak mengerti sebenarnya Arrayan membicarakan apa dengan orang yang menelponnya itu.”
“Aku tidak tahu harus memulai dari mana, tapi … Arrayan mengakui bahwa mereka adalah orang yang mengikutimu dan Neptunus saat itu, dan bilang bahwa dia bukan salah satu orang yang mengikuti kalian pada saat itu, tapi Marcell, pria yang bersamanya tadi itu adalah salah satu orang yang mengikuti kalian. Aku tidak tahu apa maksud dia yang sebenarnya dengan menjawabmu seperti itu, karena jawabannya itu terkesan seperti dia menjawabmu dengan sangat jujur, bahkan menurutku itu adalah jawaban yang sangat jujur, karena kau tidak menyebut nama Neptunus dalam pertanyaanmu, dan dia menjawabmu dengan menyebut nama Neptunus, hal itu mengindikasi bahwa jawabannya sebenarnya adalah jawaban yang jujur.”
“Aku tidak mengerti, bisa kau jelaskan lebih rinci?” pinta Rea.
“Coba kalian ingat-ingat apa pertanyaan Nuansa pada Arrayan, pertanyaan tentang apakah dia orang yang mengikuti Nuansa dan Neptunus di lampu merah itu,” suruh Thomas.
“Ya itu pertanyaannya,” ucap Itzan.
“Bukan, itu hanya inti dan maksud Nuansa yang sebenarnya, tapi pertanyaan yang dilontarkan Nuansa tidak seperti itu. Kalau memang itu pertanyaan yang dilontarkan Nuansa untuk apa aku bertanya dan memastikannya lagi pada kalian, aku tidak sebodoh itu,” bantah Thomas.
“Eh, hehehe.”
“Kalau tidak salah, aku berkata ‘Tunggu dulu, itu artinya sebenarnya kalian yang mengikutiku di lampu merah waktu itu dengan menggunakan motor Pak Edi?!’,” jelas Nuansa.
“Benar, kan? Kau tidak menyebut nama Neptunus di dalam pertanyaanmu, dan ingat bagaimana Arrayan menjawabmu?” Thomas bertanya lagi.
“Dan kau, Nuansa. Kau tadi bertanya apakah orang yang membuntutimu dan Neptunus di lampu merah menggunakan motor si Edi itu kami atau bukan, kan? Aku bukan salah satunya, tapi dia. Aku harap kau tidak memanggilnya sebagai penguntit, karena namanya adalah Marcell,” jawah Nuansa yang memberikan jawaban Arrayan tadi secara utuh. “Begitu katanya,” lanjut Nuansa.
Sesaat kemudian, suasana menjadi hening.
“Oh! Aku mengerti!” seru Nuansa yang memecah keheningan.
“Secara tidak langsung si kutu busuk itu sudah menjelaskan kebenarannya!” sambung Nuansa.
“Syukurlah kau mengerti, karena aku benar-benar kurang pandai dalam menjelaskan hal-hal serinci ini,” ucap Thomas.
“Jadi Marcell, pria yang bersama kutu busuk tadi itu adalah salah satu orang yang menguntitku dan Neptunus di lampu merah itu, dan sepertinya si kutu busuk tidak terlibat dalam peminjaman motor pak Edi, dia juga tidak imut menguntitku dan Neptunus, dan entah kenapa Marcell datang bersamanya untuk mengejar kita. Intinya, Marcell atau ketiga orang lainnya pasti sudah menceritakan pada si kutu busuk tentang penguntutitan itu, atau sederhananya, kutu busuk tahu tentang hal itu meskipun dia tidak terlibat dalam aksi penguntitan itu. Jawaban yang dia berikan padaku adalah jawaban yang sebenar-benarnya yang dia berikan dengan maksud untuk membuat kita berpikir apakah jawabannya benar atau bohong, dia berniat untuk membuat kita pusing, tapi dia membuat kesalahan. Aku tidak menyebut nama Neptunus dalam pertanyaanku, tapi dia menyebut nama Neptunus dalam jawabannya, yang artinya jawaban dia itu benar,” terang Nuansa.
“Aku … masih tidak paham,” keluh Itzan.
“Sederhananya begini, pertanyaanku tidak mengandung kebenaran seratus persen karena aku tidak menyebut nama Neptunus, dan jawaban si kutu busuk benar seratus persen. Dalam kasus ini, seharusnya jawaban dia bisa tidak seratus persen mengandung kebenaran karena aku tidak menyebut nama Neptunus, dan dia malah menyebut nama Neptunus, yang artinya dia mengetahui segalanya, dan dia juga mengatakan semua kebenarannya, tidak perlu ada yang diragukan dari jawaban dia,” sambung Nuansa.
“Oooh, begitu!” kata Itzan.
“Aku masih tidak paham, malah semakin bingung,” ujar Rea.
“Si kutu busuk sengaja menjawab pertanyaanku dengan kebenaran, agar kita justru meragukan jawabannya karena terkesan seperti dia memberikan jawaban yang jujur, dan kita pasti akan berpikir tidak mungkin dia memberikan jawaban yang jujur pada kita, karena itu akan merugikan pihak dia, dan pada akhirnya kita tidak mempertimbangkan jawabannya itu lagi dan kita akan semakin jauh dari jawaban yang sebenarnya, kita tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang pasti dan benar, itu tujuan dia menjawab kita dengan kebenaran, tapi dia tidak menyadari bahwa dia menyebut nama Neptunus, sementara aku tidak, dan hal itu menjelaskan bahwa dia tidak berbohong dalam jawabannya, yang artinya rencana dia gagal dan hasilnya kita justru mengetahui kebenarannya, bahwa jawaban dia seratus persen mengandung kebenaran,” papar Nuansa.
“Engh …” Rea tampak masih bingung.
“Lain cerita jika kak Nuansa menyebut nama kak Neptunus, kita pasti akan meragukan jawaban Arrayan, tapi dalam pertanyaannya, kak Nuansa tidak menyebut nama kak Neptunus, dan hal itu secara tidak langsung membuat kita mendapatkan keberuntungan besar,” giliran Itzan yang menjelaskan kepada Rea.
Rea lalu terdiam, namun dari raut wajahnya, tampak jelas dia masih bingung.
“Begini saja, aku akan merunutkan ceritanya, aku akan menyusunnya mulai dari jawaban Arrayan sendiri. Arrayan mengatakan bahwa Marcell adalah salah satu dari empat orang yang membuntuti Nuansa dan Neptunus waktu itu, dan si Arrayan ini tidak ikut membuntuti Neptunus dan Nuansa, tapi dia tahu soal pembuntutan itu, dia tahu siapa yang dibuntuti, Neptunus dan Nuansa. Lalu datanglah Nuansa yang mempertanyakan hal itu, tapi Nuansa tidak menyebut nama Neptunus dalam pertanyaannya, tapi meski begitu, apa yang dimaksudkan Nuansa sebenarnya bukan hal yang lain. Nah, si Arrayan ini berniat mengecoh kita dengan memberikan jawaban yang jujur dan benar, tapi dia kurang teliti, dia menyebut nama Neptunus yang tidak disebut oleh Nuansa di dalam pertanyaannya. Persoalannya adalah, untuk apa dia menyebut nama Neptunus kalau jawabannya hanya jawaban ngawur? Karena Nuansa tidak menyebut nama Neptunus kan di dalam pertanyaannya? Berarti jawaban dia adalah jawaban yang benar, dan itu masuk akal, sebab pastilah dia tahu tentang penguntitan itu walaupun dia tidak ikut menguntit waktu itu,” papar Thomas pada Rea.
“Oooooh, begitu! Astaga, maafkan aku karena aku terlalu lemot,” ujar Rea yang akhirnya paham, dan terlihat betul dia sudah memahaminya dengan baik.
“Dan persoalan selanjutnya adalah, Arrayan adalah anggota geng motor yang membunuh ayahnya Nuansa, dan sepertinya Marcell ini juga, dan dalam pemikiranku, Neptunus juga bagian dari mereka. Alasan pertamaku berpikir seperti itu adalah, satu, tidak mungkin mereka menguntit sembarang orang, terlebih lagi Arrayan menyebut nama Neptunus dalam jawabannya, yang artinya memang mereka ini tahu dan kenal dengan Neptunus. Dugaanku, mereka sedang memiliki masalah dengan Neptunus, sehingga mereka menguntitnya, dan Neptunus saat itu juga terlihat ketakutan dan terkejut, kan? Kemudian mereka mengincar Nuansa sebagai ancaman untuk Neptunus, tapi mereka malah salah sasaran, yang tertembak justru ayahnya Nuansa, dan karena Neptunus tidak ingin ada korban lebih banyak lagi, dia memutuskan untuk pergi dan memilih untuk menghabiskan hari-harinya bersama mereka saja dan memperbaiki hubungannya dengan mereka. Semua ini bisa dibuktikan dengan Nuansa yang tidak mendapatkan teror apa-apa dari mereka, karena kalau mereka benar-benar ingin membunuh Nuansa, seharusnya mereka terus mengincarnya. Dan aku rasa paman Eugene mengetahui semua ini, itulah alasan kenapa dia berusaha membuat semua orang tidak memikirkan kepergian Neptunus dan malah menyuruh Nuansa untuk datang ke tempat pertama kali Nuansa bertemu dengan geng motor itu, dia berusaha menutupi kejadian yang sebenarnya, dan dia tahu kalau setelah kepergian Neptunus, sebenarnya geng motor itu tidak akan mengincar Nuansa lagi, dan dia menyuruh Nuansa untuk mengikuti saran darinya hanya sekedar untuk membuat kita semua semakin jauh dari kenyataan yang sedang terjadi. Bisa dibayangkan apa jadinya jika Nuansa malam itu pergi bersamaku ke tempat pertama kali Nuansa dan ayahnya melihat dan bertemu dengan geng motor itu, kami pasti hanya akan mengerak di sana sambil digigiti nyamuk malaria sampai akhirnya kami pulang karena geng motor itu tidak muncul, karena memang mereka tidak mengincar Nuansa lagi setelah Neptunus datang pada mereka,” jelas Thomas panjang lebar.
“Lalu bagaimana dengan Neptunus? Apa dia …”
“Aku benci untuk mengatakannya, tapi … kemungkinan besar Neptunus memang seorang kriminal.” Thomas menyela Nuansa.
“Ta-tapi … kita belum bisa memastikannya sampai kita bertemu dengan dia dan memaksanya untuk mengatakan hal yang sebenar-benarnya, kan?”
“Aku minta maaf, Nuansa, tapi kurasa semua yang kita ketahui saat ini adalah semuanya, dalam kata lain, semua yang kita ketahui adalah hal yang sebenar-benarnya.”