Nuansa - Chapter 139
Pria yang dikejar Nuansa tadi langsung masuk ke dalam mobilnya begitu Nuansa menyebut nama Neptunus.
“Hei, tunggu sebentar! Kau mengikutiku tadi?!” tanya Nuansa.
“Itu artinya kau benar-benar Neptunus?!” lanjutnya.
Pria itu tidak menjawab, dia menutup pintu mobilnya dan menyalakan mesinnya. Nuansa pun segera berlari menghampiri mobil itu, namun sudah terlambat, mobilnya sudah jalan lebih dulu, jadi sekarang Nuansa pun mengejarnya dengan kecepatan yang tak ada artinya dibandingkan kecepatan melaju mobil tersebut.
Tanpa disadari gadis itu, ada sebuah motor yang melaju dengan kecepatan sedang ke arahnya. Motor itu sekarang berada beberapa puluh meter dari Nuansa, dan sang pengendara sempat menoleh ke kiri karena tiba-tiba ada lampu mobil yang menyinarinya.
Mobil itu berada di sebuah depot isi ulang air mineral yang juga sudah tutup, depot isi ulang air mineral itu sendiri berada tepat di sebelah toko bangunan yang di hampiri oleh Nuansa tadi.
Sesaat setelah pengendara motor tersebut menoleh ke arah lampu mobil tadi, lampu itu mati, yang berarti ada orang di dalam mobil yang berada di depot isi ulang air mineral tersebut.
Si pengendara motor memilih untuk tidak memedulikannya dan akhirnya dua berhasil berada di depan Nuansa yang terkejut karena dihadang olehnya.
“Siapa kau?” tanya Nuansa.
Pengendara motor itu pun lantas membuka helmnya, dan ternyata dia adalah Thomas.
“Ayo, naik,” suruh Thomas.
“Thomas? Kenapa kau ada di sini?” Nuansa kembali bertanya.
“Naik saja dulu, kau mau kehilangan jejak orang itu?” ujar Thomas.
“Ah, iya, iya. Terima kasih,” ucap Nuansa sembari menaiki motor Thomas. Mereka kemudian mengejar mobil yang dikejar Nuansa dengan cara berlari tadi dengan kecepatan penuh, jadi Nuansa pun memeluk Thomas agar tidak jatuh.
Ini adalah kali pertama Thomas dan Nuansa bisa seintim ini, dan entah kenapa Thomas merasa nyaman dengan pelukan Nuansa, terlebih lagi Nuansa juga menempelkan kepalanya ke badan Thomas dan membuat momen itu semakin intim.
Nuansa mungkin hanya menganggap hal itu sebagai hal biasa, tapi tidak dengan Thomas. Namun pada kenyatannya, anggapan Nuansa lah yang mungkin benar.
Mereka berdua akhirnya berhasil mendahului mobil yang dikejar Nuansa tadi dan menghadangnya, tetapi di pengendara mobil malah membelokkan mobilnya agar bisa lari dari Nuansa dan Thomas.
Melihat hal itu, Nuansa pun tak tinggal diam, dia turun dari atas motor Thomas dan berdiri di depan mobil tersebut. Tentu saja Nuansa lebih cepat, karena kali ini mobil tersebut sedang dibelokkan, dan itu jauh lebih membutuhkan waktu dari pada sekedar melaju dengan kencang, jadi kali ini, Nuansa menang.
Gadis itu lantas merentangkan kedua tangannya untuk membuat pertahanannya semakin lebar, dan mobil itu akhirnya tidak bergerak lagi meskipun mesinnya masih menyala. Walaupun mobil itu sudah berhenti melaju, tapi Nuansa tidak bisa melihat siapa pria yang ada di dalam mobil tersebut karena lampu mobil tersebut menyilaukan pandangannya.
‘Jika dia adalah si kutu busuk, besar kemungkinannya dia akan menabrakku, jadi ini akan sangat beresiko. Tapi jika benar dia adalah Neptunus … apa yang akan dilakukannya?’ batin Nuansa.
Mobil tersebut lalu mundur, itu merupakan sebuah hal yang tidak diperkirakan oleh Nuansa sebelumnya.
‘Dia mundur untuk menginjak gas dan menabrakku?’ pikir Nuansa.
Mengejutkan, mobil itu justru kembali berbelok, namun kali ini ke arah Thomas.
‘Dia berniat untuk menabrak Thomas?’ Nuansa masih bertanya-tanya di dalam hatinya.
Menyadari bahwa mobil tersebut kembali ke arahnya, Thomas pun kemudian berjaga-jaga, apa lagi satu detik kemudian mobil itu mulai melaju. Awalnya memang melaju dengan kecepatan pelan, namun lama kelaman kecepatannya bertambah, memaksa Thomas untuk berpindah tempat dan membuat mobil itu sendiri akhirnya bisa melaju tanpa halangan lagi.
Namun bukan Nuansa namanya jika menyerah begitu saja, dia kembali mengejar mobil tersebut dengan cara berlari sekencang yang dirinya bisa, meskipun ia tetap kalah kencang dari mobil itu, tapi Nuansa tetap berlari mengejarnya, hingga akhirnya gadis itu tersandung batu dan jatuh setelahnya.
“Nuansa …” lirih Thomas yang kemudian turun dari motornya, dan berniat untuk menghampiri Nuansa dengan langkah pelan, namun pria itu mematung saat melihat mobil yang ada di depannya dan Nuansa tersebut berhenti. Tampaknya Thomas terkejut, begitu pula dengan Nuansa.
‘Di-dia berhenti?!’ kata Nuansa di dalam hatinya.
Nuansa pun lantas berusaha untuk bangkit sembari merintih kesakitan dan dengan pandangan lurus menghadap mobil tersebut.
Pada saat Nuansa berhasil berdiri dengan tegak, mobil itu kembali melaju, dan hal itu pun membuat Nuansa memikirkan sesuatu.
“Dia berhenti untuk memastikan keadaanku?” monolog Nuansa.
‘Apa itu benar-benar kau … Neptunus?’ pikir gadis itu.
Beberapa detik kemudian, petir menyambar sebuah pohon yang ada di sisi kiri jalan. Pohon yang berukuran besar itu tumbang, dan kebetulan posisinya berada sekitar 10 meter dari mobil yang diduga Nuansa dikendarai oleh Neptunus itu.
Tentu saja hal itu membuat si pengendara mobil harus melakukan rem mendadak agar tak tertimpa pohon besar tersebut.
Kelihatannya Dewi Fortuna sedang berpihak pada Nuansa. Nuansa pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini, dia berjalan pelan menghampiri mobil itu, disusul oleh Thomas yang juga melangkah pelan menghampiri Nuansa.
Suasana terasa menjadi sangat dramatis karena si pengendara mobil tidak berbuat apa-apa lagi sekarang, sementara Nuansa yang melangkah dengan pelan terlihat berada di atas angin.
Merasa tidak sabar dengan langkahnya, Nuansa akhirnya memutuskan untuk berlari meskipun kakinya masih terasa sangat sakit, dan beberapa saat setelah Nuansa berlari, mobil itu terlihat akan melakukan pergerakan lagi, namun sudah terlambat, Nuansa sudah berada di dekatnya, bahkan Nuansa menyentuh bagian belakang mobil tersebut sekarang.
Melihat Nuansa yang akhirnya berhasil menghampiri mobil tersebut, Thomas pun berhenti melangkah untuk berjaga-jaga dari belakang jika seandainya pengendara mobil itu mengambil langkah yang tidak terduga.
Sementara itu, setelah berhasil menyentuh mobil tersebut, Nuansa berhenti sebengar melangkah untuk mengatur pernapasannya, setelahnya, gadis tersebut melangkah dengan pelan menuju pintu mobil sopir.
“Tidak ada jalan lagi,” tegas Nuansa kepada pria yang mengendarai mobil itu.
Nuansa lantas menarik handle pintu mobil tersebut, dan ternyata pintunya tidak terkunci.
‘Tidak terkunci? Kenapa? Apa dia berniat untuk keluar dan menghampiri aku saat aku jatuh tadi? Lalu lupa mengunci pintu mobilnya?’ pikir Nuansa.
Pintu mobil itu lantas terbuka, namun bukan Nuansa yang buka, melainkan pria yang mengendarainya.
Thomas kemudian merasa tegang, namun Nuansa tidak.
Pria yang mengendarai mobil tersebut pun lantas keluar dan menunjukkan dirinya, tapi Nuansa tidak sempat melihat wajah pria itu karena tiba-tiba kedua kakinya tidak bisa menopang tubuhnya, kemungkinan karena Nuansa memaksakan dirinya untuk berlari setelah terjatuh tadi.
Nuansa pun kembali terjatuh, namun kali ini dirinya tidak benar-benar jatuh ke tanah. Pria itu menangkap tubuh Nuansa, Nuansa pun sekarang berada dalam dekapannya dan kepala gadis tersebut sekarang berada tepat di dada pria tersebut.
Gadis itu bisa merasakan detak jantung pria tersebut sekarang yang terasa nyaman untuk di dengar, dan secara perlahan, Nuansa mengangkat kepalanya untuk melihat wajah pria itu.
“Kau …” lirih Nuansa.
“Nep,” sambungnya.
Ya, pria itu adalah …
Neptunus Bimasakti.