Nuansa - Chapter 140
Thomas benar-benar tidak menyangka dengan sosok yang keluar dari mobil tersebut, ia pun hanya bisa mematung di tempatnya berdiri sekarang, hanya bisa terdiam, terlebih lagi Nuansa berada di pelukan orang itu sekarang.
Sementara Nuansa lantas berusaha untuk kembali berdiri dengan tegak seperti sebelumnya.
Gadis itu lalu menatap pria yang ada 1 meter di depannya.
Ya, dia adalah Neptunus.
Neptunus yang selama ini Nuansa cari dengan usaha yang sangat keras, akhirnya ia temukan di tempat ini, tempat dimana Tiana mendapatkan serangan dari sebuah geng motor yang kemungkinan besar geng motor yang sama dengan yang membunuh Arfan beberapa waktu lalu.
Neptunus sendiri berdiri dengan tegak, ia terlihat sangat berbeda dari dirinya yang dulu. Fisiknya tetap sama, hampir tidak ada perubahan yang signifikan, namun sangat terasa kalau ada perubahan besar dari seorang Neptunus Bimasakti dari karakternya.
Nuansa yang tadinya mulai mengembangkan senyumnya seraya berdiri dengan tegak dan menatap Neptunus, kini memudarkan senyumnya saat ia menyadari bahwa ada yang aneh dari Neptunus. Gadis tersebut sangat bisa merasakan perbedaan itu.
Nuansa pun pada akhirnya hanya bisa terdiam sembari menatap Neptunus yang juga menatapnya.
‘Fisiknya tetap sama, tapi ada yang berubah darinya, aku bisa merasakannya. Apa ini Neptunus yang asli? Yang artinya semua dugaan Thomas benar, bahwa selama ini kami tidak mengenal Neptunus yang sebenarnya karena dia berpura-pura menjadi orang lain untuk menutupi dirinya yang asli? Yang ternyata seperti ini?’ batin Nuansa yang sedikit merasa kecewa.
“Kau menyukai Nuansa, huh?” tanya Eugene pada Thomas. Tiba-tiba saja Eugene hadir di sebelah Thomas.
Thomas lalu melirik Eugene, dan Thomas sama sekali tidak terkejut dengan kehadirannya.
“Kenapa kau berkata seperti itu?” Thomas bertanya balik pada Eugene.
“Caramu melihat Neptunus menangkap Nuansa tadi bukan hanya sebuah tatapan yang mengartikan kalau kau terkejut karena ternyata orang yang ada di dalam mobil itu adalah Neptunus, ada hal lain di balik tatapanmu tadi,” terang Eugene.
“Humph, kau seperti pakar cinta saja,” kata Thomas.
“Begitulah, aku juga pernah seusiamu, aku pernah mengalami hal seperti itu.”
“Dan?”
Eugene lalu melirik Thomas usai Thomas melontarkan pertanyaan seperti itu.
“Entahlah, aku tidak tahu harus kujawab apa pertanyaanmu itu,” jawab Eugene beberapa saat kemudian.
Suasana kemudian menjadi hening sesaat.
“Jadi kau paman Eugene, ya?” ujar Thomas, karena memang ini pertama kalinya mereka bertemu.
“Hahaha, sudah kuduga kau sudah mengetahui siapa aku. Kalau saja aku menyalakan mesin mobilku tadi disaat yang tepat dan bukan disaat kau melintas, kau pasti akan terkejut dengan keberadaanku sekarang, tapi karena kau sudah melihatku tadi, kau jadi memberikan reaksi seperti ini,” ucap Eugene.
“Memangnya apa salahnya?”
“Tidak ada, hanya saja mungkin akan lebih menarik kalau kau terkejut.”
“Oh iya, ngomong-ngomong, Nuansa pernah menceritakan tentangmu padaku. Kau Thomas, kan? Tampaknya kau sudah banyak membantu Nuansa, ya?” sambung Eugene.
“Begitulah, meskipun aku tidak sehebat dirimu yang bahkan bisa mengendalikan situasi,” sahut Thomas.
“Hahaha, tapi harus kuakui kalau kau hebat juga.”
“Aku merasa tersanjung karena kesan pertamamu padaku seperti itu.”
“Sungguh, kau patut aku awasi.”
Thomas dengan wajahnya yang sudah sangat jutek kemudian kembali melirik Eugene.
“Hahaha, bercanda. Aku akan menyelesaikan ini,” imbuh Eugene, ia lantas berjalan menghampiri Nuansa dan Neptunus dengan menggunakan tongkat kruknya yang membantunya berjalan.
“Syukurlah, akhirnya saat seperti ini tiba juga,” kata Eugene dengan suara yang lantang, ia masih belum menyamai posisinya dengan Nuansa dan Neptunus.
“Paman Eugene?” Nuansa tampak terkejut melihat kehadiran Eugene, begitu juga dengan Neptunus yang menatapnya dengan tatapan dingin.
Eugene membalas tatapan dingin Neptunus dengan sebuah senyuman tulus, dia kemudian menepuk pundak Neptunus.
“Ayahmu pasti sangat bangga padamu,” ujar Eugene pada Neptunus.
Mendengar hal itu, Neptunus pun lantas mengernyitkan dahinya.
“Tidak apa-apa, aku mengetahui semuanya, kau tidak perlu lagi berlagak siap dibenci seperti itu,” lanjut Eugene.
“Apa maksudmu, Paman? Dan bagaimana bisa kau ada di sini?” tanya Nuansa pada Eugene.
Eugene lantas melirik Nuansa. “Kupikir kau bisa langsung memahaminya seperti Thomas,” ucap Eugene pada Nuansa.
“T-Thomas?” Nuansa lalu menoleh ke arah Thomas yang ternyata sedang berjalan menghampiri mereka.
“Neptunus, selama ini aku telah mengawasimu dan mengetahui hampir semua hal tentangmu, dan aku juga paham kenapa kau menjadi sangat egois dengan tidak menerima hubunganku dengan Bulan, kau sangat takut kalau hal-hal tentang sisi dirimu yang lain terbongkar, kan? Tapi kenapa kau tidak berusaha bekerjasama saja denganku? Bukankah itu akan membuat semuanya menjadi lebih mudah?” Eugene berbicara pada Neptunus yang terlihat semakin bingung dengan apa yang dikatakannya.
“Apa maksudmu?” akhirnya Neptunus bersuara dengan bertanya pada Eugene.
Seketika itu juga Nuansa seperti merasa lega karena akhirnya bisa mendengar suara Neptunus lagi.
“Apa kau-”
“Biar aku saja yang berbicara dengannya, kau dengarkan saja,” Eugene menginterupsi Nuansa yang ingin bertanya pada Neptunus. Nuansa menuruti perkataan Eugene.
“Mereka memaksamu untuk bergabung dengan mereka setelah mereka membunuh Tiana, kan?” tanya Eugene pada Neptunus.
Neptunus terkejut mendengar pertanyaan Eugene.
“Sejak kematian ayahmu, kau memiliki obsesi untuk menghabisi sebuah geng motor suatu hari nanti karena geng motor yang membunuh ayahmu sudah dihakimi, kan? Dan karena bukan kau yang menghakimi mereka, kau jadi merasa ada perasaan yang menggantung di hatimu, benar begitu? Kau merasa seharusnya kau juga salah satu orang yang menghakimi mereka, oleh karena itu kau memiliki obsesi itu, iya, kan?” jelas Eugene.
“Kau selalu memikirkan masa depanmu, bagaimana kau akan hidup ketika kau dewasa, karena kau tidak ingin ada satu orangpun yang sadar akan obsesimu itu, tapi aku menyadarinya,” lanjut Eugene.
“Ketika kau mulai memasuki usia remaja, kau mulai sering keluar pada jam malam hanya untuk menemukan geng motor – geng motor yang bahkan tidak ada sangkut pautnya denganmu, dengan harapan kalau kau bisa memberantas mereka suatu saat nanti.”
“Mungkin awalnya itu terdengar seperti sebuah niat baik, tapi apa yang kau rasakan itu adalah nafsu membunuh, dan secara tidak langsung kau sebenarnya membuat nafsu untuk membunuh itu semakin lama semakin besar, dan menciptakan sisi gelap dari dirimu yang hampir secara keseluruhan menguasai dirimu, dan kau sadar kalau itu bisa membuat sifatmu yang tadinya merupakan seseorang yang ceria dan terlihat selalu bahagia-bahagia saja menjadi seseorang yang pendiam dan sangat mirip dengan seorang psikopat berdarah dingin. Tentu saja kalau kau berubah drastis seperti itu, orang-orang akan mulai curiga padamu, sementara kau tidak ingin ada satupun orang yang tahu tentang obsesimu, jadi kau berusaha untuk menjadi Neptunus yang biasa-biasa saja di hadapan semua orang, disaat sebenarnya kau sudah berubah menjadi pribadi yang pendiam dan sangat dingin.”
“Selama bertahun-tahun, kau harus berpura-pura menjadi dirimu yang lama, kau juga tahu betul bagaimana sifatmu jika kau yang sebenar-benarnya tidak berubah menjadi pribadi yang pendiam dan dingin. Ya, kau seharusnya menjadi seorang pria menyebalkan yang mesum, yang selalu ingin tahu ukuran BH gadis-gadis yang sedang di dekatinya, dan itu memang benar dirimu yang seharusnya meskipun kau melakoni sifat itu disaat kau sebenarnya tidak seperti itu. Kau bisa membuat orang-orang sama sekali tidak curiga dengan penciptaan karakter ‘Neptunus dewasa’ yang kau bangun dengan sangat sempurna, karena ketika kau berpura-pura tetap menjadi dirimu yang penuh warna di hadapan orang-orang, kau sebenarnya lupa kalau kau memiliki sisi gelap yang sangat kuat, sehingga karaktermu yang diketahui orang-orang sebenarnya tercipta secara alami. Tapi sebenarnya mengembangkan dua Neptunus di dalam satu tubuh dengan perbedaan yang sangat jauh dengan sangat alami itu membuatmu seolah kehilangan jati dirimu sendiri, kau jadi tidak tahu siapa kau sebenarnya, kau tidak tahu kau ini sebenarnya yang mana, dan kemudian terciptalah hal bernama kepribadian ganda di hidupmu.”
“Terlahir dari rasa bingungmu yang bahkan tidak mengenal dirimu sendiri, kau jadi bersikap berbeda pada beberapa orang. Di lingkungan kampusmu kau dikenal sebagai sosok yang keren dan pria idaman, tetapi ketika kau sudah merasa sangat nyaman dengan seseorang di lingkungan kampusmu, kau akan menunjukkan dirimu yang penuh warna kepada mereka, yang pada dasarnya itulah karaktermu yang sebenar-benarnya, bagaimana kau ternyata orang yang menjengkelkan dan mesum. Aku sedikit kurang mengerti tentang hal itu, tapi dapat aku asumsikan bahwa ketika kau menunjukkan perubahan kepribadianmu kepada seseorang, itu menandakan kalau kau memiliki rasa nyaman dan kepercayaan yang tinggi pada orang itu, karena secara alami dirimu yakin kalau orang itu akan menerimamu bagaimanapun kau itu, tapi masalahnya tidak semuanya bisa menerimamu setelah melihat perubahanmu. Tiana bisa menerima bagaimana dirimu yang menyebalkan dan mesum, padahal sebelumnya dia mengenalmu sebagai sosok yang keren dan berbeda dari kepribadianmu yang menyebalkan itu, tapi dia tidak tahu kan bagaimana sisi gelapmu, jadi kita belum bisa mengasumsikan apakah dia benar-benar orang yang dapat menerimamu seutuhnya seperti yang dirimu yakini atau tidak.”
“Kepribadian yang kau tunjukkan padaku adalah gabungan dari tiga kepribadianmu, jadi sudah jelas kau tidak akan menunjukkan perubahan satu persatu padaku karena kau tidak percaya padaku meskipun aku tahu semuanya secara diam-diam. Lalu kau juga tidak mempercayai Vega dan ibumu, setelah sekian lama kau tidak menunjukkan sisi gelapmu pada mereka, dan lagi pula mereka kurang tahu tentang kepribadianmu di lingkungan kampusmu, dan merekapun tidak tahu kalau kau memiliki sifat mesum yang lumayan akut. Satu-satunya orang yang kau tunjukkan perubahanmu bahkan sejak awal kalian bertemu adalah Nuansa, dan dia selalu bisa menerima perubahanmu itu, kau sendiri tanpa kau sadari sangat mempercayainya dan sangat nyaman padanya. Jangan salah, tapi sebenarnya secara tidak langsung aku tahu tentang pertemuan pertama kalian, karena selama ini aku selalu mengawasimu, Neptunus, meskipun aku sedang berada di London sekalipun.”
“Pada pertemuan pertamamu dengan Nuansa, kau menampilkan kepribadianmu yang teman-temanmu tahu, kau sosok yang cool dan sebagainya, kemudian kau langsung merasa nyaman dengan Nuansa dan menunjukkan dirimu yang asli dengan menanyakan ukuran BHnya, dan dia bisa menerima dua kepribadianmu itu, dan sekarang, dia juga bisa menerima sisi gelapmu. Aku yakin kau memahaminya, kan?”
Neptunus lantas hanya terdiam seraya menatap Nuansa.
“Tidak juga,” Nuansa mendadak buka suara. Gadis itu menatap Neptunus mata-ke-mata.