Nuansa - Chapter 141
“Di mana kau malam itu, Neptunus? Disaat aku tidak bisa melakukan apa-apa melihat ayahku yang berhadapan dengan ajalnya?” tanya Nuansa dengan suara bergetar menahan isak tangisnya mengingat malam dimana Arfan menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan putrinya sendiri.
“Aku menghubungimu berkali-kali, tapi kau tidak menjawab satupun panggilanku,” sambung Nuansa.
“Nuansa, sebaiknya aku saja yang berbicara. Penjelasanku tentang Neptunus yang sebenarnya sudah selesai, itu hanya permulaan, kita akan mendapatkan jawaban dari pertanyaanmu itu nanti, sabar,” Eugene menyela Nuansa.
“Tidak, Paman. Kali ini saja, biarkan aku yang berbicara,” ucap Nuansa.
“Biarkan paman Eugene saja yang berbicara,” Neptunus angkat bicara dengan suara yang bergetar bak orang yang menahan tangis, sama seperti Nuansa. Nuansa pun terkejut mendengar suara Neptunus yang bergetar seperti itu.
‘Dia menahan tangis? Kenapa?’ batin Nuansa.
Selain suara yang mendadak bergetar, Neptunus juga mendadak memalingkan tatapannya dari Nuansa dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
‘Dia ingin menangis. Ada apa denganmu, Neptunus?’ pikir Nuansa. Gadis itu tanpa sadar meneteskan air matanya yang ia berusaha tahan agar tidak menetes tadi, sama seperti Neptunus. Namun Nuansa gagal menahan air matanya.
“Jadi, apa aku benar tentang dirimu, Neptunus?” tanya Eugene pada Neptunus.
Neptunus hanya terdiam.
“Aku anggap itu iya,” kata Eugene.
“Karena aku tahu kau pasti bingung kenapa aku bisa tahu semuanya, kan? Baiklah, aku akan menceritakannya secara lengkap, tapi sebelum itu, aku ingin mengatakan hal lainnya. Nuansa, kau perlu tahu kalau Neptunus memang bagian dari geng motor yang sudah membunuh ayahmu, tapi tentu saja Neptunus tidak bergabung dengan tujuan untuk membunuh ayahmu,” sambung Eugene.
Tidak ada yang menyahuti Eugene, hal ini pun membuat Eugene hanya bisa menghela napasnya.
“Baiklah, semuanya bermula dari aku dan ayahmu, Neptunus. Kami dulu adalah sahabat dekat,” jelas Eugene.
“Apa?!” Neptunus terlihat tidak percaya.
“Aku tahu kalau hal itu pasti sulit untuk dipercaya, tapi memang begitulah kenyataannya. Jauh sebelum aku bekerja sebagai seorang Detektif, aku dan Jupiter tergabung dalam sebuah kelompok mafia bernama Betelgeuse,” terang Eugene.
“Kelompok mafia?! Apa kau bercanda?!” Nuansa tampak sangat terkejut mendengar hal itu.
“Menurutmu?” Eugene malah bertanya balik.
“Entahlah, kau pernah mengendalikan situasi dengan kata-katamu, aku hanya tidak mau terjebak di kesalahan yang sama.”
“Kalau begitu kau harus lebih teliti.”
Nuansa lantas hanya terdiam.
“Maksudmu?” Neptunus bertanya pada Eugene.
“Dengarkan saja dulu cerita Paman Eugene, baru kau bisa menilainya,” Nuansa menjawab pertanyaan Neptunus.
‘Syukurlah dia mengerti, dia telah berkembang ternyata,’ pikir Eugene mengenai Nuansa.
Neptunus tidak menyahuti Nuansa, ia hanya diam dan berniat ingin mendengarkan cerita Eugene saja.
“Baiklah, aku akan menceritakannya dari awal, karena semuanya akan berhubungan dengan situasi di hari ini, termasuk dengan kematian ayahmu, Nuansa,” ujar Eugene.
“Aku akan mendengarkan,” kata Nuansa.
“Bagus. Sebelumnya aku ingin memberitahu dulu bahwa Betelgeuse bukanlah sebuah kelompok mafia yang menargetkan orang yang tidak bersalah. Betelgeuse merupakan sebuah kelompok mafia yang menculik, memeras, dan sesekali membunuh orang-orang kotor seperti koruptor dan gembong narkoba,” papar Eugene.
“Dan ayahku adalah bagian dari kelompok itu?” tanya Neptunus dengan nada bicara yang menjelaskan bahwa dirinya tidak percaya dengan cerita Eugene.
“Aku tahu itu sulit dipercaya, tapi Betelgeuse sudah tidak aktif tiga tahun sebelum kelahiranmu, Neptunus, jadi wajar saja kalau kau tidak tahu apa-apa dan merasa sulit untuk percaya pada ceritaku,” ucap Eugene.
Neptunus lantas terdiam.
“Aku akan lanjutkan ceritaku,” kata Eugene usai diinterupsi oleh Neptunus tadi.
“Betelgeuse memiliki sepuluh orang anggota, salah satunya aku. Kami semua adalah teman semasa sekolah, tapi memiliki berbagai macam latar kehidupan. Betelgeuse terbentuk karena para anggotanya sangat ramah dengan dunia narkoba dan korupsi, kecuali aku, maksudnya bukan mereka adalah koruptor dan pemakai narkoba, tapi keluarga mereka, di antaranya seperti orangtua mereka, juga anggota keluarga lain yang sangat dekat dengan mereka Neptunus, mungkin baik Bulan atau Jupiter tidak pernah mengatakan hal ini padamu, tapi sebagai informasi tambahan, kedua orangtua ayahmu adalah pengedar narkoba, sama sepertimu,” sambung Eugene.
“Neptunus adalah seorang pengedar narkoba?!” tanya Nuansa yang tampak terkejut setengah mati.
Neptunus kemudian melirik Nuansa sesaat, lalu ia kembali memfokuskan pandangannya ke Eugene.
“Bagaimana bisa kau tahu aku sampai sedalam itu?” tanya Neptunus pada Eugene.
“Jupiter menyerahkan tanggung jawabnya sebagai ayahmu kepadaku, dan seorang ayah harus mengawasi anaknya, kan? Itulah yang kulakukan, walaupun aku tidak bisa melindungimu seperti bagaimana Jupiter melindungimu, tapi setidaknya, selama aku masih bernapas, aku tidak akan membiarkan kau kehilangan nyawamu bagaimanapun caranya. Aku adalah ayah yang buruk, sangat buruk jika dibandingkan dengan Jupiter, dan aku tahu kau bisa merasakannya. Bagaimana kau tidak bisa merasa kalau aku ini adalah orang yang bisa kau panggil dengan sebutan yang sama dengan yang kau gunakan kepada Jupiter sudah cukup untuk menjelaskan semuanya. Well, mungkin itu karena aku dan Bulan tidak pernah menikah, jadi aku akan menjadikan sikapmu kepadaku sebagai contohnya,” jawab Eugene.
“Kenapa ayahku menyerahkan tanggung jawabnya ke dirimu?” tanya Neptunus.
“Karena dia tahu akan datang saat dimana kaulah yang akan menjadi incaran ‘dia’.”
“‘Dia’?”
“Aku yakin kau sudah bertemu dengannya.”
“Jangan-jangan …”
“Ya, si gembong narkoba yang pernah kau temui itu, sampai sekarang dia adalah musuh terbesar Betelgeuse, dan kegagalan terbesar Betelgeuse adalah mengalahkan dia dan kerajaan narkobanya.”
“Tunggu sebentar! Aku sama sekali tidak mengerti dengan pembicaraan ini! Tolong jelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami dan dengan penjelasan yang jelas! Aku juga butuh kejelasan tentang Neptunus! Pertama kau bilang kalau dia adalah bagian dari geng motor yang telah membunuh ayahku, lalu mendadak kau bilang kalau dia adalah pengedar narkoba! Aku butuh penjelasan di sini! Dan …” teriak Nuansa.
“Dan apa itu artinya gaji-gaji yang pernah kau berikan padaku adalah hasil dari bisnis kotormu?” lanjut Nuansa, kali ini dia bertanya pada Neptunus sembari menangis.
“Nuansa-”
“Jelaskan!” Nuansa menginterupsi Neptunus.
Neptunus terdiam.
“Aku sudah membayangkan banyak hal dengan memiliki uang-uang itu yang kudapatkan dengan melewati hari-hari yang sangat kurindukan, aku memiliki ekspektasi yang sangat indah, tapi kenapa? Kenapa semuanya menjadi seperti ini? Ayahku, yang kematiannya tidak kau pedulikan itu, selalu mengajariku untuk tidak menerima uang dari hasil bisnis yang kotor, jadi besok datanglah ke rumahku dan ambil semua uang-uang itu. Sudah cukup aku merasa sakit dan kecewa karenamu, dan aku tidak peduli lagi dengan ceritamu, Paman. Kau tidak memberikanku waktu untuk berbicara, tapi ini semua sudah cukup jelas bagiku, aku tahu kalau pada akhirnya kau hanya ingin mengendalikan situasi dan membuat seolah-olah semuanya baik-baik saja, padahal tidak, dan aku tidak ingin menangis lagi karena pria ini,” ucap Nuansa seraya menunjuk Neptunus.
“Aku kecewa padamu. Bagaimana bisa kau melakukan semua ini? Bukan ini Neptunus yang kukenal. Neptunus yang kukenal adalah sosok yang baik, yang suka menjahiliku dengan bau kedelai goreng, yang senang membantu ayahku di kebun, dan yang bertaruh denganku demi bisa mengetahui ukuran BHku, bukan yang bahkan tempat sampah saja tidak mau menampungnya,” pungkas Nuansa yang kemudian membuang ludahnya, lalu menghapus air matanya dan pergi dengan cara berlari dari sana.
‘Mungkin benar, seharusnya dari awal aku berpikiran negatif saja agar tidak merasakan sesak di dadaku ini,’ batin Nuansa.