Nuansa - Chapter 63
Hoho membuka bagasi mobil Neptunus, kemudian Nuansa mengambil barang-barangnya dan barang-barang Neptunus.
“Eh, eh, jangan, Nona, biar saya saja,” ucap Hoho.
“Tidak apa-apa, Paman, aku saja,” ujar Nuansa, mereka saat ini sudah sampai di rumah Neptunus, dan sekarang tengah berada di garasi rumah itu.
“Saya saja, Nona, tidak apa-apa, ini pekerjaan saya.”
“Tapi-”
“Sudahlah, biar saya saja.”
Nuansa pun lantas menyingkir dan membiarkan Hoho mengambil barang-barangnya dan Neptunus, lalu membawanya ke dalam.
Melihat Hoho yang membawa barang-barang itu sekaligus, Nuansa jadi semakin merasa tidak enak, siapa dirinya sampai diperlakukan seperti itu oleh pembantu di rumah ini, dan lagi pula bukan hanya karena itu Nuansa merasa tidak enak, ia merasa kasihan pada pria paruh baya tersebut sebab Hoho sudah tua, tidak layak lagi untuk mengangkat barang-barang seperti itu walaupun statusnya adalah pembantu di sini.
Dan satu hal yang paling membuat Nuansa merasa kasihan kepada adik Haha, Hihi, Huhu, dan Hehe itu adalah ketika melihat dirinya, Nuansa selalu teringat akan Ayahnya yang dulunya merupakan seorang kuli bangunan dan sering mengangkat benda-benda yang berat seperti itu.
Nuansa sangat ingin membantu Hoho, tapi pastilah Hoho akan terus menolak, terlebih lagi Nuansa adalah seorang gadis, jadi pasti Hoho benar-benar tidak akan membiarkan Nuansa untuk membawa barang-barang itu.
Nuansa pun kemudian melihat ke dalam mobil melalui bagasi yang masih terbuka.
“Neptunus, apa yang kau lakukan di dalam sana?! Kenapa kau malah mematung dan memasang pose seperti Monalisa?! Paman Hoho sedang membawa barang-barang kita! Apa kau tidak kasihan padanya?!” ucap Nuansa pada Neptunus yang memang masih berada di dalam mobil, di bangku tengah, dalam posisi mematung, tetapi tidak seperti Monalisa juga.
“Hei! Dia tidak mengizinkanku untuk membantunya karena mungkin aku adalah seorang gadis, atau mungkin dia segan padaku padahal aku bukan siapa-siapa di sini. Ayolah, Neptunus, bantu dia, kasihan dia, masa kau tega membiarkan orangtua sepertinya mengangkat beban-beban berat seperti itu?!” lanjut Nuansa tatkala dirinya tak kunjung mendapat respon dari Neptunus.
“Isssh!” gerutu Nuansa saat dirinya benar-benar tidak mendapatkan repson apapun dari pria itu.
Nuansa lantas menutup pintu bagasinya dari pergi menghampiri Neptunus dari pintu bangku tengah.
“Keluar, boneng!” Nuansa mengajak Neptunus untuk keluar dengan cara menarik tangannya, namun Neptunus tetap mematung.
Nuansa pun lalu berbalik badan.
“Ada apa?” tanya Nuansa pada Neptunus.
“Bagaimana dengan Ibuku? Apa dia akan menerimaku?” ujar Neptunus.
“Halah, kau berlebihan! Ayo, keluar! Jadi laki-laki jangan pemalas! Ringan tangan sedikit! Atau kalau bisa ringan tangan banyak sekalian! Itu lebih bagus. Ayo,” kata Nuansa.
“Kau tidak paham.”
“Aku paham, bantu saja Paman Hoho dulu, ayo!”
“Ish! Iya! Kau berisik sekali.”
“Ini demi kesejahteraan bersama!”
“Kesejahteraan kesejahteraan,” ucap Neptunus dengan nada mengejek.
Tiba-tiba terdengar suara sesuatu terjatuh ke tanah, ternyata Hoho terjatuh beserta barang-barang yang dibawanya di tengah-tengah halaman rumah Neptunus.
“Cepat!” seru Nuansa sembari mendorong Neptunus untuk keluar dari dalam mobil sampai Neptunus terjatuh ke tanah.
“Aduh!” keluh Neptunus.
“Aduh … kau sangat brutal,” sambungnya.
“Makanya cepat!” teriak Nuansa.
“Ya tapi kalau aku sampai terjatuh seperti ini juga jadi sia-sia saja, aku jadi terluka dan tidak bisa membantu paman Hoho!”
“Kau memang sangat berlebihan! Sudah, cepat sana!”
“Ck!” Neptunus lantas bangkit dan berjalan menghampiri Hoho.
Nuansa lalu menghela napasnya, ia berniat untuk keluar dari dalam mobil tersebut, namun dilihatnya kunci mobil ini masih menggantung, memang untuk membuka bagasi di mobil ini, hanya perlu menekan satu tombol saja, tidak perlu lagi menggunakan kunci, jadi Hoho tidak mencabut kunci mobil Neptunus saat membuka pintu bagasi tadi.
Melihat hal itu, Nuansa pun berniat untuk mencabut kunci tersebut, karena kunci itu membuat mobil ini terus menyala.
Sialnya, Nuansa secara tidak sengaja menekan dan menggeser rem tangan, sehingga hal itu pun membuat mobil ini jadi jalan mundur. Seketika, Nuansa pun menjadi panik setengah mati.
“Eh, eh. Tolong!” teriak Nuansa.
Teriakan Nuansa barusan tentu saja di dengar oleh Neptunus dan Hoho yang sedang berjalan masuk ke dalam rumah, mereka sama-sama terkejut melihat mobil Neptunus yang berjalan mundur dengan kecepatan yang lumayan kencang, terlebih lagi jalan menuju garasi bersifat menanjak, jadi jika kasusnya ada mobil yang berjalan mundur, tentu saja kecepatannya akan bertambah, karena ketika keluar dari garasi, jalannya bersifat menurun.
“AAAAAH!” Nuansa yang semakin panik pun berteriak semakin kencang.
“Tolong aku!” seru Nuansa.
Menyadari bahwa pintu mobil tengah terbuka, Nuansa pun berniat untuk melompat, namun Neptunus melarangnya.
“Jangan!” teriak Neptunus yang merasa khawatir Nuansa akan terluka jika melompat.
“KALAU BEGITU TOLONG AKU!” jerit Nuansa.
“Injak remnya!” suruh Hoho.
“Huh?! Rem?! Ok!” ucap Nuansa, ia pun lantas maju ke depan melalui celah-celah yang ada, namun kali ini ia lebih berhati-hati agar tidak membuat rem tangan tergeser lagi, dan ia akhirnya berhasil duduk di bangku sopir.
Namun masalah baru datang: Nuansa tidak tahu harus menginjak yang mana, ia tidak tahu mana pedal gas dan mana pedal rem.
“Yang mana pedal remnya?!” tanya Nuansa, ia kemudian menyadari bahwa jaraknya dengan tembok hanya 10 cm lagi, jadi dirinya pun langsung menginjak sembarang pedal karena sangat panik.
“Yang-” Neptunus yang baru saja akan menjawab pertanyaan Nuansa pun hanya bisa terdiam saat mengetahui bahwa ia terlambat untuk menjawab gadis itu, Nuansa sudah terlanjur menginjak sebuah pedal, yakni pedal gas.
Nuansa menginjak pedal gas dengan sepenuh tenaga, sehingga tentu saja mobil Neptunus ini langsung melaju secepat kilat, dan hal tersebut membuat pintu bangku tengah tertutup, efek dari perubahan arah yang terjadi secara tiba-tiba.
“Tidaaaaaak!” teriak Nuansa yang melaju sangat cepat menuju garasi. Gadis itu secara cepat menjauhkan kakinya dari pedal-pedal yang ada dibawah, ia tidak berani menginjak pedal apapun lagi karena takut salah injak lagi.
Sementara itu Neptunus berteriak-teriak sampai urat-urat di lehernya terlihat semua. Pria itu berteriak memberitahukan pedal mana yang harus diinjak oleh Nuansa, namun karena semua pintu dan jendela tertutup, Nuansa jadi tidak bisa mendengarnya, terlebih lagi rasa panik Nuansa membuatnya hanya fokus pada dirinya dan mobil ini, jadi ia tidak bisa mendengar Neptunus.
Tidak kehabisan akal, Nuansa lantas memutar-mutar setir mobil ini, sehingga ia tidak jadi menabrak garasi dan malah berputar-putar tidak jelas di halaman. Tentu saja putaran itu berlangsung lama karena mobil ini sedang dalam kecepatan yang tinggi.
“OOOOOO,” ujar Nuansa yang merasa tegang sekaligus pusing.
“Sial, sial, sial, hanya ini satu-satunya yang bisa kulakukan,” sambungnya.
“Berhenti!!” teriak Nuansa, ia menjadi heboh sendiri di dalam mobil yang ada dalam keadaan terputar-putar itu.
Bukannya memikirkan cara untuk membantu Nuansa, Neptunus malah tertawa terbahak-bahak melihat mobilnya dan Nuansa berputar-putar seperti itu.
Tidak bisa dipungkiri memang kalau hal itu sebenarnya juga lucu kalau dilihat-lihat, namun tentu saja itu tidak benar-benar lucu, nyawa Nuansa bisa jadi taruhannya jika Neptunus malah menyepelekan hal tersebut dan terus-terusan menganggap hal itu sebagai hiburan baginya.