Nuansa - Chapter 65
Vega yang tak berhenti tertawa melihat Nuansa yang sedang belajar mengendarai mobil dikejutkan dengan kehadiran Neptunus yang tiba-tiba berada di sampingnya, dan membuatnya akhirnya berhenti tertawa.
“Ih! Kau ini!” seru Vega sembari menampar bahu Neptunus.
“Aduh! Apa masalahmu?” ucap Neptunus yang merasa kesal sebab Vega menampar bahunya dengan cukup keras seperti itu.
“Kau mengagetkanku!”
“Mana ada!”
“Kau datang dengan tiba-tiba, kau membuatku terkejut.”
“Tapi aku tidak mengejutkanmu secara sengaja!”
“Tetap saja, kau mengejutkanku.”
“Tentu saja, perempuan selalu benar.”
“Hei, ini tidak ada hubungannya dengan perempuan selalu benar atau tidak.”
“Terserahmulah, apapun yang akan aku katakan pasti akan kau patahkan karena itu selalu salah bagimu.”
“Tidak.”
“Omong kosong.”
“Hei, kau menyebalkan.”
“Maka diamlah.”
“Kau yang seharusnya diam. Lagi pula apa yang kau lakukan di sini? Bukannya tadi kau sedang mengobrol dengan Ibu?”
Neptunus hanya diam, dia tidak menjawab pertanyaan Vega barusan.
“Hei, jawab aku,” ujar Vega saat dirinya tak kunjung mendapatkan jawaban dari Neptunus, dan Neptunusnya malah tertawa melihat bagaimana Nuansa belajar mengendarai mobil.
“Kak,” panggil Vega.
“Huft,” gadis itu kemudian menghembuskan napasnya dengan kasar, ia benar-benar kesal dengan sang kakak sekarang.
“Aku tahu berapa ukuran BH kak Nuansa,” kata Vega.
“BERAPA?” sahut Neptunus dengan sangat cepat, bahkan cahaya saja kalah cepat.
“Dasar!” ucap Vega sembari menjitak kepala Neptunus.
“Aw! Kenapa kau hobi sekali melakukan kekeran padaku?!” keluh Neptunus.
“Lebay,” ujar Vega.
“Tapi itu benar, ini namanya KDRT, kekerasan dalam rumah tangga.”
“Jangan berlebihan, itu menjijikkan.”
“Kan, benar apa yang aku katakan, pria selalu salah, dan wanita selalu benar, hal itu memang benar-benar tidak bisa dibantah lagi.”
“Huft,” Vega menghembuskan napasnya dengan kasar sekali lagi, tetapi kali ini sambil menundukkan kepalanya dan menutup wajahnua menggunakan tangan kanannya.
“Ngomong-ngomong, aku sedang bertanya padamu,” lanjut Vega.
“Apa?” Neptunus akhirnya menyahutinya.
“Tapi aku tidak akan menjawab jika kau menyuruhku untuk diam,” sambungnya.
“Astaga, kau ini benar-benar berlebihan,” kata Vega.
“Kau menyuruhku untuk diam, jadi bagaimana aku akan berbicara?”
“Aku menyuruhmu diam, tapi aku tidak bisa mengancing mulutmu, jadi kau tetap bisa berbicara, jangan berlebihan.”
“Aku hanya mematuhi perintah.”
“Banyak alasan.”
“Perempuan selalu-”
“Diamlah!”
Neptunus lantas terdiam.
“Bagus, aku akan bertanya sekarang, tapi kau harus menjawab, mengerti, kakakku sayang?” ujar Vega, Neptunus lalu hanya menjawabnya dengan cara mengangguk.
“Bagus, bagus sekali, ketampananmu bertambah kalau kau begini,” sambung Vega.
“Terima kasih. Tapi apa kau memang tahu ukuran BH Nuansa?” tanya Neptunus.
“Ya Tuhan!” seru Vega.
“Kau tahu? Dia pernah menceritakan padaku bahwa kau pernah menanyakan ukuran BHnya padanya, dan astaga, itu benar-benar memalukan, kau tahu,” lanjut Vega.
“Kapan dia menceritakannya padamu?! Pantas saja kau bisa mengetahuinya,” ucap Neptunus.
“Saat kalian sedang di Korea, saat itu dia mengabariku bahwa kalian sudah sampai, kira-kira saat dini hari.”
“Saat yang sama dengan dia mengganti nada deringku? Astaga, gadis itu memang sangat kurang kerjaan.”
“Lupakan saja, itu membuatku jadi malu padamu, dan berjanjilah kepadamu untuk tidak mengatakan kepadanya bahwa aku menceritakan hal ini padamu, aku yakin kalau dia sampai tahu kalau aku menceritakan hal ini padamu, dia tidak mau menceritakan hal-hal pribadinya lagi kepadaku, dia pasti tidak akan memercayaiku lagi, karena kebetulan, pada saat itu kami sedang saling curhat, dia bilang dia sedang tidak ada kerjaan.”
“Kau ini, kenapa suka sekali mengoleksi aib orang.”
“Hei, kami saling bertukar cerita.”
“Tapi tadi kau bilang kalau aku mengatakan padanya kalau kau menceritakan tentang hal itu padaku, kau tidak akan lagi mengetahui hal-hal pribadinya, itu artinya kau berharap kalau dia akan terus mengumbar aibnya padamu.”
“Hal-hal pribadi tidak selalu aib, kakak. Kami hanya saling curhat.”
“Dan dia benar-benar memberitahumu berapa ukuran BHnya?”
“Kenapa kau sangat ingin tahu?!”
“Hanya untuk mendata saja.”
“Kau memalukan,” kata Vega seraya menepuk jidatnya.
“Hahahaha,” Neptunus tertawa sembari mengusap-usap kepala Vega hingga membuat rambutnya berantakan.
“Nikmati saja aku yang sekarang bagaimana,” ucap Neptunus.
“Huh?” ujar Vega.
“Sekarang kau sudah mengetahui sisi mesumku, bisa dibilang tingkat kemesumanku itu di atas rata-rata, hahaha. Sebagai informasi tambahan, aku mengoleksi beberapa film pendek dan majalah pria dewasa di kamarku.”
“Ah, aku benci informasi tambahan itu, lebih baik bagiku untuk tidak pernah mengetahuinya.”
“Hahahaha, maaf, aku memang sangat jahat untuk membuatmu tidak suci lagi.”
“Aku memang sudah tidak suci lagi sejak aku mengetahui bahwa kau pernah menanyakan ukuran BH kak Nuansa.”
“Ahahaha, kau ini. Tapi, kembali lagi seperti yang aku katakan, nikmati saja aku yang sekarang bagaimana.”
“Maksudnya?”
Neptunus kemudian kembali menatap ke depan. “Begitulah, orang itu berubah, kan? Seiring berjalannya waktu, kita semua itu berubah,” kata Neptunus.
“Tentu saja, tapi apa maksudmu dengan mengatakan hal itu?” tanya Vega.
“Sejak kau menjadi tidak suci lagi, kau akan lebih mudah mencari tahu jawabannya, jadi aku akan membiarkanmu mencari tahu jawabannya sendiri,” jawab Neptunus.
“Humph, aku tidak akan mencari tahunya, itu bukan hal yang penting.”
“Hahaha, sudah kuduga kau akan mengatakan hal itu, tidak apa-apa, tapi kau pasti akan mengingatnya suatu saat nanti.”
“Terserahmulah mau mengatakan apa, intinya jangan sampai kau ingin tahu ukuran BHku,” pungkas Vega, ia lantas masuk ke dalam.
“Hahaha, dasar,” ujar Neptunus.
Sesaat setelah Vega masuk, Nuansa menghampiri Neptunus, tampaknya latihannya sudah usai, dan Eugene memasukkan mobilnya kembali ke dalam garasi.
“Bagaimana latihannya?” tanya Neptunus pada Nuansa yang terlihat lelah.
“Huft, melelahkan,” jawab Nuansa sembari duduk di sebelah Neptunus.
“Kau suka belajar mengendarai mobil?”
“Suka, apa lagi paman Eugene mengajariku dengan sangat sabar.”
“Baguslah kalau begitu, dia guru yang baik, ya?”
“Ya. Ada apa? Kenapa kau mengatakan hal seperti itu? Itu terlihat seperti bukan dirimu.”
“Tidak ada apa-apa, aku hanya berharap dia akan menjadi kepala keluarga yang baik bagi keluargaku, sama seperti bagaimana dia menjadi guru yang baik untukmu.”
“HUH? KAU AKHIRNYA MERESTUI HUBUNGAN BIBI BULAN DAN PAMAN EUGENE?!” tanya Nuansa dengan perasaan tidak percaya.
“Ya,” jawab Neptunus secara singkat, padat, dan cepat.
“IHIHIHIHI,” Nuansa mendadak tertawa kegirangan sambil memeluk Neptunus.
“Eh, eh, kau ini kenapa?” tanya Neptunus yang merasa heran dengan Nuansa yang tiba-tiba salah tingkah.
“Tidak apa-apa, aku hanya senang karena akan ada pesta pernikahan, hihihi, perbaikan gizi,” ucap Nuansa.
“Maksudnya?”
“Pasti akan ada waktu bagi tamu untuk makan, kan? Sudah lama aku tidak memakan makanan yang hanya ada di pernikahan.”
“Memangnya kau bakalan di undang?”
“Eh.”
“Hehehe,” sambung Nuansa.
“Hahaha, kau di undang, tentu saja, silakan perbaiki gizimu,” kata Neptunus.
“Gizi siapa yang perlu diperbaiki?” tanya Eugene yang berjalan menghampiri Neptunus dan Nuansa, sebenarnya dia ingin masuk ke dalam, namun ia menimbrung percakapan Nuansa dan Neptunus dulu.
“Tidak ada, hanya pembicaraan anak-anak,” jawab Neptunus.
Eugene tersentak mendengar hal itu, beberapa saat kemudian ia tersenyum.
“Baiklah, kalau begitu mungkin sebaiknya aku masuk dulu,” kata Eugene sesaat kemudian, ia pun lantas masuk dan meninggalkan Neptunus dan Nuansa berdua.
“Kau terlihat sudah sangat siap untuk menjadi anaknya, ya?” ucap Nuansa kepada Neptunus seraya tersenyum.
“Hanya mulai membiasakan diri, takutnya nanti aku sulit untuk membiasakan diri, makanya aku mulai dari sekarang,” ujar Neptunus.
Nuansa lalu hanya terkekeh.