Nuansa - Chapter 66
“Ngomong-ngomong, mereka akan menikah dalam waktu dua minggu ke depan, makanya kau akan diundang, karena masa kontrak kita belum berakhir pada saat mereka menikah,” ucap Neptunus pada Nuansa.
“Dua minggu lagi? Cepat sekali, mereka tidak membutuhkan persiapan atau bagaimana?!” ujar Nuansa yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Neptunus barusan.
“Mereka sudah melakukan persiapan sejak lama, dan Ibu sudah bisa menebak kalau pada akhirnya aku akan tetap merestui hubungan mereka.”
“Huh?”
“Mereka mempermainkanku, hahaha. Tapi tidak apa-apalah, semua ini demi kebahagiaan Ibuku.”
“Kalau begitu, itu artinya keluarga paman Eugene akan datang di pernikahan itu?” tanya Nuansa.
“Kenapa kau menanyakan hal itu?” Neptunus bertanya balik.
“Karena aku penasaran dengan keluarganya, apa kau tahu bagaimana keluarganya?”
“Jangankan keluarganya, alamat rumahnya saja aku tidak tahu.”
“A-apa?”
“Sungguh, dan aku rasa Vega juga tidak mengetahuinya.”
“Bagaimana dengan Ibumu? Pasti dia mengetahuinya, kan? Ibumu pasti sudah mengetahui segala hal tentang paman Eugene, kalau tidak mana mungkin dia mau menikah dengannya, iya, kan?”
“Berharap saja begitu.”
“Hei, kenapa kau ragu kalau Ibumu juga tidak mengetahuinya?”
“Entahlah, mungkin karena Eugene itu terlalu tertutup.”
“Kau pernah bertanya tentang hal-hal seperti itu padanya?”
“Pernah, tapi dia malah memutar-mutar pertanyaanku, dan hasilnya aku tidak mendapatkan jawabannya.”
“Kapan itu terjadi?”
“Sudah beberapa tahun yang lalu, saat terakhir kali dia ke Indonesia sebelum yang kali ini.”
“Mungkin dia sengaja, tapi menurutku, Vega dan bibi Bulan pasti tahu.”
“Kemungkinan Ibu tahu, tapi kalau Vega, aku rasa tidak. Eugene itu sangat menjaga privasinya, kehidupan pribadinya seperti siapa keluarganya, di mana tepatnya dia lahir, berapa umurnya, semua dia tutupi dari orang-orang, mungkin karena dia adalah seorang Detektif, dia jadi begitu agar target-targetnya tidak mudah untuk melacaknya, lagi pula dia sering berurusan dengan kasus kriminal, mungkin memang lebih baik baginya untuk tidak membiarkan orang-orang tahu tentang kehidupan pribadinya agar semuanya menjadi aman.”
“Tapi seharusnya tidak ada hal yang dia sembunyikan darimu dan dari Ibumu juga Vega, kan?”
“Hmm, bagaimana ya, aku … aku pun tidak peduli, jadi kurasa itu bukan masalah besar, mau keluarganya nanti datang atau tidak.”
“Dan kau masih tidak peduli jika Ibumu tidak mengetahui segala hal tentangnya?”
“Ibuku tidak bodoh, dia tidak akan menikahi pria asing, lagi pula mereka sudah menjalin hubungan selama lebih dari sepuluh tahun, jadi aku rasa Ibuku sudah mengetahui segala hal tentangnya.”
“Bagaimana kalau tidak?”
“Tidak ada kemungkinan kalau tidak.”
“Kau yakin?”
“Oh, ayolah, bagaimana bisa orang menikahi orang yang tidak diketahuinya dimana keluarganya dan rumahnya, kan?”
“Hmmm, lalu setelah menikah kalian akan tinggal di rumah paman Eugene?”
“Tidak, justru dia yang akan tinggal di sini.”
“Apa?”
“Ibuku sudah menceritakan semuanya padaku tadi. Eugene pensiun dari pekerjaannya sebagai seorang Detektif, dia akan menjadi seorang warga negara Indonesia secara permanen dan menghabiskan sisa hidupnya bersama kami di sini. Dia juga akan membantu Ibuku dalam mengembangkan bisnis yang Ayah tinggalkan, mungkin dia akan memberikan modal untuk membuka gerai-gerai baru lagi.”
“Itu artinya …”
“Ya, dia pulang kali ini benar-benar untuk menetap di Indonesia karena sudah berhenti dari pekerjaannya sebagai Detektif. Dia dan Ibuku benar-benar telah mengetahui bagaimana semuanya akan terjadi kedepannya, mereka telah merencanakan semuanya, ketika Eugene pulang, mereka telah merencanakan tentang pernikahan mereka, bahkan telah melakukan persiapan, dan mereka hanya perlu restu dariku, tapi kalau sudah begitu jadinya, sepertinya tanpa restuku pun mereka akan menikah, tapi mereka sudah menebak kalau aku akan memberikan restu, jadi pada saat Eugene pulang, mereka benar-benar hanya tinggal perlu untuk mematangkan persiapan mereka.”
“Dan ….?”
“Dan pernikahan mereka akan digelar dua minggu lagi di sebuah gedung.”
“Hmmm.”
Mereka berdua lantas sama-sama terdiam.
“Kenapa kau akhirnya merestui hubungan mereka?” tanya Nuansa yang berusaha mencairkan suasana yang sempat membeku tadi.
“Entahlah, aku juga tidak mengerti, tapi kurasa kata-katamu saat itu sedikit mengubah jalan pikiranku,” jawab Neptunus.
“Kata-kataku?”
“Saat di studioku, kau bilang bahwa kebahagiaan Ibuku adalah segalanya bagiku, jadi kalau menikah dengan Eugene membuatnya bahagia, lalu kenapa aku tidak membiarkannya? Kemudian kau mengatakan jika aku tidak membiarkannya, itu sama saja dengan aku membunuhnya. Tidak hanya dua itu sebenarnya, semua yang kau katakan saat itu, benar-benar terus terngiang-ngiang di kepalaku.”
“Dan mengubah caramu berpikir?”
“Hmm, aku rasa begitulah.”
Nuansa lantas tersenyum.
“Kalau begitu ayo kita ke studiomu lagi, studio itu memberikan energi yang sangat positif!” ucap Nuansa dengan semangatnya.
Mendengar hal itu, Neptunus lalu membalas senyuman Nuansa. “Baiklah, ayo,” ia menerima ajakan gadis itu dengan senang hati.
Keduanya pun kemudian masuk dan pergi ke studio musik Neptunus yang berada di bawah tanah.
Begitu sampai di studio itu, Nuansa langsung duduk di hadapan piano Neptunus.
“Ayo, ajari aku cara bermain piano,” pinta Nuansa.
“Apa?” kata Neptunus tak percaya.
“Ya, kau bisa memainkan piano, kan? Itu artinya kau bisa mengajariku, kan?”
“Tapi … bukankah kau bilang kau tidak suka alat musik? Itu artinya kau tidak tertarik untuk belajar memainkan alat musik, kan?”
“Ya … tapi itu dulu, sekarang aku tertarik untuk belajar main piano. Ayo, ajari aku.”
Neptunus lalu hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia pun kemudian duduk di samping Nuansa dan mulai mengajarkannya beberapa kunci dasar, sebab Nuansa dari tadi hanya asal memencet-mencet piano tersebut.
Nuansa memperhatikan Neptunus dengan seksama, ketika Neptunus menyuruhnua untuk mulai mempraktikkan apa yang diajarkannya tadi, dengan cepat Nuansa bisa melakukannya dengan lancar, sampai-sampai Neptunus tercengang melihatnya.
“Wow, aku butuh waktu satu minggu lebih untuk bisa selancar itu, itu pun aku belajarnya tidak berhenti selama satu minggu berturut-turut, tapi kau bisa langsung menguasainya,” ujar Neptunus.
“Ehehehe, terima kasih,” ucap Nuansa.
“Aku tidak memujimu.”
“Eh?!” Nuansa jadi malu sendiri.
“Lanjutkan,” suruh Neptunus.
“Ok, ok,” Nuansa pun lalu melanjutkan permainannya.
“Bagus, bagus sekali,” Neptunus memuji Nuansa seraya bertepuk tangan usai gadis itu berhasil melakukan semua yang diajarkannya dengan sangat cepat dan lancar.
“Sekarang tinggal memainkan lagu yang kau inginkan. Terserahmu ingin lagu apa, aku akan mengajarimu untuk memainkannya,” lanjut Neptunus.
“Lagu apa saja kau bisa?” tanya Nuansa.
“Semoga saja.”
“Hmm, bagaimana kalau lagu Lover yang saat itu kau nyanyikan di hadapanku?”
“Lover?”
“Ya.”
“Aku sangat bisa memainkannya, tapi aku ragu kau bisa memainkannya hari ini juga, karena itu cukup sulit untuk dimainkan oleh pemula.”
“Jadi?”
“Itu akan memakan waktu sampai beberapa hari untuk dikuasai, aku harap kau bisa bersabar.”
“Tentu saja aku akan bersabar, tapi aku akan melihatmu dulu yang memainkannya, agar aku bisa semakin cepat menguasainya.”
“Baiklah, tidak masalah. Perhatikan ya,” Neptunus lantas bersiap untuk memainkan sebuah lagu yang diinginkan oleh Nuansa itu.
Denting piano yang dipencet Neptunus terasa begitu indah untuk di dengar, apa lagi ketika ia mulai menyanyikan lirik lagu yang begitu romantis ini, rasanya seperti ada bunga dimana-mana karena lagu ini benar-benar sangat romantis.
Dan beginilah penggalan arti dari lirik lagu berbahasa Inggris itu:
Bisakah aku pergi kemana kau pergi?
Bisakah kita selalu sedekat ini?
Selama-lamanya
Dan bawa aku keluar
Bawa aku pulang
Kau adalah kekasihku
Hadirin sekalian
Bisa tolong berdiri?
Dengan setiap bekas luka senar gitar di tanganku
Aku menggunakan kekuatan magnet ini kepada seorang wanita
Untuk menjadi kekasihku
Dan kau akan menyimpan semua lelucon paling kotormu untukku
Dan di setiap meja
Aku akan menyiapkan sebuah kursi untukmu, sayang
Pada bagian terakhir lirik itu, tepatnya pada bagian ‘Dan kau akan menyimpan semua lelucon paling kotormu untukku’ terasa akan lebih mengena apabila Nuansa yang membawakannya, tapi untuk saat ini, sepertinya tidak masalah jika Neptunus yang membawakannya.
Dan akhirnya Neptunus selesai membawakan lagu tersebut. Entah kenapa, hal itu sangat menghanyutkan dan menyentuh bagi Nuansa. Gadis itu bahkan sampai bertepuk tangan dan tersenyum, senyumannya dibalas oleh Neptunus.
Nuansa kemudian semakin mendekatkan dirinya kepada Neptunus, dan tiba-tiba ia mulai memainkan lagu itu, ia sukses membuat Neptunus terkejut sebab dirinya bisa memainkan lahi tersebut dengan hanya bermodal menonton Neptunus memainkannya.
Namun, dipertengahan, Nuansa lupa harus memencet yang mana, dan Neptunus yang peka lantas langsung membantunya dengan cara memegang kedua tangannya, sehingga mereka memainkan pianonya berdua sekarang.
Rasanya semakin berbeda sebuah lagu romantis dibawakan dengan cara seperti ini, tidak lagi seperti ada bunga dimana-mana, melainkan seperti ada cinta dimana-mana.