Nuansa - Chapter 67
“Dadah,” Nuansa melambaikan tangannya kepada Neptunus usai turun dari mobil pria itu. Neptunus mengantar Nuansa pulang dan membantunya mengangkat barang-barangnya, namun hanya sampai di depan gang rumah Nuansa saja.
Tadinya Neptunus ingin membantunya untuk mengangkat barang-barangnya sampai ke dalam rumahnya, tetapi Nuansa menolak karena tidak ingin merepotkan Neptunus lebih jauh. Neptunus yang memang sudah merasa lelah pun mengikuti penolakan Nuansa itu, kemudian pergi sambil saling melambaikan tangan dengan Nuansa.
Barang Nuansa memang tidak banyak, jadi sebenarnya tidak masalah memang jika dirinya seorang yang membawa barang-barangnya masuk ke dalam rumahnya.
Saat baru akan memasuki gang rumahnya, Nuansa dihampiri oleh seseorang yang tidak asing baginya, namun sudah lama tidak lama bertemu dengannya.
“Nuansa!” panggil pria tersebut, ia berlari menghampiri gadis itu.
Nuansa pun lantas menoleh ke arahnya. “Kak Taufan?” sahut Nuansa.
Sebagai informasi, Taufan adalah rekan kerja Reynand di kantor Polisi, terakhir kali Nuansa bertemu dengannya adalah di hari dimana ia bertemu dengan Fani yang kemudian memperkenalkannya dengan situs menyewa pacar itu.
“Apa kabar? Lama tidak berjumpa,” ucap Taufam begitu ia berhasil menyamai posisinya dengan Nuansa.
“Baik, bagaimana denganmu?” tanya Nuansa balik.
“Aku juga baik. Kau dari mana?”
“Dari rumah teman, ada apa, ya? Tumben sekali kau datang ke sini, malah sepertinya tidak pernah.”
“Tidak ada … aku hanya ingin bertanya padamu, kenapa kau tidak pernah datang ke kantor lagi? Kami semua sangat merindukan kau dan keripikmu.”
Nuansa lalu terkekeh, namun saat ia akan menjawab pertanyaan Taufan itu, Taufan malah menyelanya.
“Apa karena pria yang menyewamu itu?”
“Huh?” ucap Nuansa dengan perasaan bingung.
“Kau menjadi pacar sewaan seseorang, kan?” sambung Taufan.
“Dari mana kau mengetahuinya?” tanya Nuansa.
“Kau tidak perlu tahu dari mana aku mengetahuinya, jawab saja pertanyaanku,” jawab Taufan.
“Kalau iya memangnya kenapa?” Nuansa bertanya balik.
“Tidak apa-apa, kau kan digaji untuk menjadi pacarnya, jadi memang kau harus mengikuti segala perintahnya, kan?”
Nuansa lantas hanya diam.
“Memangnya berapa kau digaji olehnya sampai-sampai kau tidak berjualan keripik lagi?” tanya Taufan.
“Kenapa kau ingin tahu?” Nuansa bertanya balik, lagi.
“Aku hanya bertanya.”
“Hmm, aku boleh tidak menjawab, kan?”
“Boleh boleh saja, tapi yang pasti, kau digaji dengan sangat besar olehnya, ya?”
“Engh, itu privasiku.”
“Ahahaha, baiklah.”
“Hmm, boleh aku bertanya satu hal?” lanjut Taufan.
“Kau sudah bertanya beberapa hal tadi, tapi tidak apa-apa jika kau ingin bertanya lagi,” kata Nuansa.
“Apa … semuanya aman dan baik-baik saja?”
“Maksudmu?”
“Maksudku, pekerjaanmu ini sangat rentan dan beresiko, kan?”
“Apa maksudmu?”
“Kau tidak paham? Kau bekerja untuk orang yang tidak kau kenal, maksudku … kau menjadi seorang pacar sewaan, dan dia adalah pria asing bagimu, apakah itu akan baik-baik saja? Apa lagi kau adalah pacar sewaannya, pacar. Kau melakukan apa saja yang dia perintahkan, kan?”
“Kak Taufan, aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu yang sebenarnya. Kau berniat untuk merendahkan harga diriku?”
“Ti-tidak, bukan begitu, Nuansa, aku … aku hanya-”
“Maaf, kak Taufan, sampaikan salamku pada Reynand yang telah menyuruhmu untuk datang ke sini. Satu hal yang harus kalian ketahui adalah, pria itu adalah pria baik-baik, aku tidak menjual diriku dengan melakoni pekerjaan ini, ini adalah pekerjaan baik yang sama sekali tidak seperti yang kalian pikirkan. Kalau kau akan beralasan atas nama kepedulian, maka terima kasih, aku tidak membutuhkan kepedulian semacam itu. Dan, satu lagi. Meskipun statusku adalah pacar sewaannya, tapi itu bukan berarti aku akan melakukan apa saja yang dia perintahkan, jadi pikiran kalian salah besar, aku dibesarkan dan di didik untuk menjaga kehormatanku sebagai seorang wanita, inilah yang orangtuaku jaga sejak aku lahir, dan tidak akan ada yang merusaknya, bahkan jika pria itu menyewaku untuk menjadi pacarnya dengan harga yang mahal, aku tidak akan membiarkannya mengotori kehormatanku yang telah susah payah kedua orangtuaku jaga, lagi pula dia adalah pria baik-baik, jadi terima kasih atas perhatianmu dan perhatian Reynand, permisi,” ujar Nuansa yang kemudian mengangkat barang-barangnya sekaligus dan pergi ke rumahnya.
Gadis itu terlihat sangat kesal dengan apa yang Taufan katakan padanya tadi, ia benar-benar tidak menyangka bahwa Reynand akan menyuruh Taufan untuk mengatakan hal-hal seperti itu padanya. Meskipun belum mendapatkan kepastian tentang apakah memang benar Reynand yang menyuruh Taufan untuk mengatakan tentang hal-hal itu padanya, namun Nuansa yakin 100% bahwa dugaannya sangat tepat dan akurat.
Ia sangat tidak suka ketika Reynand dan Taufan berprasangka bahwa dengan menjadi pacar sewaan Neptunus, itu sama saja dengan menjual harga diri dan kehormatannya kepada pria tersebut. Hal itu membuat Nuansa naik darah sekarang, ia merasa sangat direndahkan dengan anggapan Taufan dan Reynand itu.
Nuansa pun akhirnya sampai di rumahnya, ketika sampai, ia mendapati kedua orangtuanya sedang mengobrol di teras rumahnya yang lebih condong ke bentuk sebuah gubuk dari pada bentuk rumah itu.
“Eh, Nuansa?!” ucap Durah.
“Hai, Ibu, Ayah,” Nuansa menyapa kedua orangtuanya dengan perasaan yang tidak karuan.
Menyadari bahwa Nuansa sedang dalam mood yang tidak bagus, Arfan dan Durah lantas saling melirik.
“Ada apa, Nak? Kelihatannya kau sedang kesal, ya?” kata Arfan.
Mendengar pertanyaan sang Ayah, Nuansa lalu terdiam sesaat.
“Tidak ada apa-apa, Ayah, hanya ada seseorang yang menyebalkan yang mengusik ketenanganku,” jawab Nuansa.
“Siapa?”
“Sudahlah, tidak usah dibahas lagi, aku tidak mau Ayah dan Ibu jadi memikirkannya, anggap saja seperti angin yang lewat, karena aku sendiri tidak mau memikirkannya lagi.”
Arfan dan Durah kembali saling melirik usai mendengar jawaban Nuansa itu.
“Baiklah, kami akan menghargai keinginanmu itu,” ucap Durah.
“Bagaimana perjalananmu di Korea? Bagaimana Korea itu, Nak?” tanya Arfan pada Nuansa.
“Eh, kau ini apa-apaan, dia pasti lelah karena baru pulang, biarkan dia beristirahat dulu. Ayo, Nuansa, ayo masuk,” ajak Durah.
Nuansa kemudian tersenyum kecil, moodnya masih kacau gara-gara Taufan tadi, entah kenapa para Polisi menjadi sangat menyebalkan baginya akhir-akhir ini.