Nuansa - Chapter 71
Sesampainya di kampus Neptunus, Neptunus dan Nuansa langsung keluar dari dalam mobil Neptunus, tentu saja setelah Neptunus memarkirkan mobilnya.
“Jadi … apa yang akan aku lakukan di sini? Hanya sebagai penggembira?” tanya Nuansa yang bingung harus apa, dia juga tidak mengerti kenapa Neptunus mau membayarnya hanya untuk melakukan hal-hal yang tidak penting seperti ini, lagi pula sejauh ini dilihatnya tidak ada yang membahas tentang bagaimana akhirnya Neptunus memiliki pasangan lagi.
Di awal pertemuan mereka, Neptunus mengatakan kepada Nuansa bahwa dia menyewanya sebagai seorang kekasih semata hanya untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan orang mengenai kapan dia akan memiliki pasangan baru, move on, dan sebagainya. Namun, sejauh ini, Nuansa melihat orang-orang justru cuek dengan status Neptunus yang sekarang telah memiliki ‘kekasih’ lagi, dan Neptunus sendiri terlihat tidak heboh memperkenalkan Nuansa kepada orang-orang yang dikenalnya.
Logikanya, jika Neptunus memang diserbu dengan pertanyaan-pertanyaan sejenis itu sebelum dia bertemu dengan Nuansa, seharusnya cukup banyak orang yang memerhatikan mereka, atau setidaknya Neptunus rajin memperkenalkannya kepada orang-orang yang dia kenal, tetapi yang terjadi justru malah sebaliknya, Neptunus malah tampak sangat jarang memperkenalkan Nuansa kepada teman-temannya, dan keluarganya sendiri tidak banyak membicarakan tentang status Neptunus yang akhirnya tidak ‘menjomblo’ lagi.
Meskipun Neptunus sudah pernah memperkenalkan Nuansa secara tidak langsung kepada teman-temannya di pesta Emma dengan cara menjilati tangannya, namun tetap saja hal itu terasa belum cukup untuk seseorang yang sudah gerah dihujani pertanyaan-pertanyaan yang akhirnya membuatnya memutuskan untuk menyewa seseorang untuk dijadikan sebagai pacar, kan?.
Neptunus bahkan tidak berusaha mendekatkan Nuansa dengan beberapa temannya hanya untuk menegaskan bahwa dia tidak ‘jomblo’ lagi, seperti misalnya rutin ‘memamerkan’ Nuansa kepada Finn, membicarakan tentangnya setiap kali dia mengobrol dengan orang, tapi tidak, Neptunus tidak melakukan semua itu.
Hal inilah yang akhirnya membuat Nuansa bingung, sebenarnya apa guna dia disewa oleh Neptunus jika Neptunus saja seperti itu?.
“Kau bisa melakukan apapun yang kau mau, terserahmu,” ucap Neptunus.
“Kau tidak mau mengenalkanku kepada seluruh kampus?” tanya Nuansa lagi.
“Untuk apa?” Neptunus malah bertanya balik.
“Ya … kau bilang kalau banyak orang yang mendesakmu dengan pertanyaan-pertanyaan sejenis ‘apa kau tidak akan pernah move on?’ atau ‘di mana pasangan barumu? Kau belum memulai hubungan baru lagi?’ atau malah ‘kau jomblo?’, jadi ketika kau sudah menyewaku, kenapa kau tidak mempromosikanku, maksudku, memperkenalkanku kepada semua orang?”
“Sudah, kan? Di pesta Emma yang kau kacaukan dengan jus manggamu itu.”
“Ya, tapi … bagimu itu cukup?”
“Ya.”
“Ugh, ok.”
“Ada apa memangnya?”
“Tidak apa-apa, sebaiknya kau pergi sekarang, sepertinya semua Mahasiswa di sini telah berkumpul.”
“Masih belum sebenarnya, tapi kalau kau ingin aku pergi, maka baiklah, aku akan ke sana, dadah.” Neptunus kemudian pergi meninggalkan Nuansa di tempat parkir.
“Huft, kalau aku jadi dia aku tidak akan menggunakan jasa diriku, entah untuk apa dia membayarku, rasanya dia seperti hanya sekedar memberikan sumbangan kepada orang kurang mampu sepertiku,” gumam Nuansa.
“Tapi untuk apa aku memikirkan tentang hal itu? Dia itu orang kaya, uangnya tidak akan habis sampai beberapa generasi, jadi membayarku sebanyak lima juta untuk tidak melakukan apa-apa setiap hari bukanlah hal yang besar, kan? Huh, dasar orang kaya,” lanjut Nuansa.
Gadis itu lantas terdiam di tempat parkir dan bolak-balik memeriksa jam di ponselnya, dia merasa bosan sekarang dan tidak tahu apa hal yang mampu mengusir rasa bosannya ini, dia tidak tahu apa yang enak dimainkan di ponselnya ini, tidak ada game di sini, dan dirinya tidak tahu cara mengunduh game.
Nuansa juga tidak memiliki aplikasi media sosial apapun di ponselnya, kecuali mungkin aplikasi pesan bawaan ponselnya, dia benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menggunakan media sosial lain yang banyak orang pakai, dan sebenarnya ia sendiri tidak pernah memikirkan tentang hal tersebut, tidak pernah terlintas di pikirannya untuk membuat akun media sosial.
Ponselnya hanya digunakannya untuk berfoto, menelpon, mengirim pesan, mengecek jam, terkadang untuk memasang alarm, terkadang untuk timer, dan yang terakhir terkadang untuk membuat video.
Hal itu membuat baterainya sangat lama habisnya, bahkan Nuansa hanya mengisi daya ponselnya sebanyak tiga hari sekali, itu pun sudah termasuk boros, sebab ia rata-rata baru mengisi daya ponselnya lagi setelah lima hari sejak terakhir kali diisi dayanya, dan itu membuatnya bersyukur, karena baginya itu membantunya untuk menghemat pulsa listrik.
Walaupun tidak bisa dipungkiri memang bahwa akhirnya hal itu membuatnya merasa bosan sekarang, karena di ponselnya benar-benar tidak ada hal yang menarik untuk dimainkan.
Pada kebanyakan situasi memang Nuansa bersyukur, karena hal itu juga membantunya untuk menghemat kuota datanya, dan jangan ditanya berapa banyak MB yang dihabiskan Nuansa satu harinya gara-gara ponselnya yang bak planet Mars yang sepi itu.
Nuansa rata-rata menghabiskan kurang dari 20 MB sehari, dan dia membeli paketan 100 MB seharga 2000 Rupiah, itu adalah paket harian, jadi setiap hari Nuansa harus mengeluarkan 2000 Rupiah untuk mendapatkan kuota data, namun dia sendiri merasa kesal karena tidak pernah bisa setidaknya menghabiskan 21 MB saja, karena dia benar-benar merasa rugi sebab setiap hari ada 80 MB yang terbuang begitu saja.
Percayalah bahwa Nuansa telah mencari harga paketan yang lebih murah lagi, namun benar-benar tidak ada, 2000 Rupiah itulah yang paling murah, dan untuk mendapatkannya, Nuansa harus melewati usaha yang sangat sulit selama satu harian penuh, ia mencari paket paling murah itu selama belasan jam.
“GRRH! Astaga, aku harus apa sekarang?!” ujar Nuansa.
‘Hei, sudah lama rasanya aku tidak bertemu dengan Gladys, kenapa tidak aku pergi ke restoran tempatnya bekerja dan mengobrol dengannya sambil memakan Takoyaki?’ batin Nuansa.
Akhirnya gadis itu tahu hal seru apa yang mampu mengusir rasa bosannya, ia pun lantas pergi ke restoran Asia Timur favorit Neptunus itu, tempat di mana Gladys bekerja sebagai pelayan di sana.