Nuansa - Chapter 75
“Ehm, ngomong-ngomong, kontrak kita baru berjalan satu minggu, masih ada sisa tiga minggu lebih lagi, tapi sepertinya aku akan menyelesaikan hubungan palsu kita ini dalam waktu dekat, mungkin dua atau tiga hari lagi,” ucap Neptunus, mendengar hal itu, Nuansa lantas memberikan sedikit respon, walaupun hanya sedikit, namun terlihat jelas bahwa dirinya kelihatan tertarik untuk membahas tentang hal ini, dan Neptunus pun menyadari.
“Aku tahu bahwa perjanjian awal kita adalah satu bulan kontrak, tapi setelah satu minggu berjalan, aku merasa ini sudah cukup, tidak ada yang mendesakku untuk move on lagi, dan lagi pula aku akan sangat sibuk dengan kuliahku, jadi peranmu tidak akan aku butuhkan lagi, maksudku, aku jadi rugi, kan? Aku membayarmu setiap hari, tapi aku tidak menggunakan jasamu karena aku begitu sibuk dengan kuliahku. Aku minta maaf untuk mengatakan hal ini, tapi … inilah yang memang harus aku lakukan, aku bukan bermaksud untuk menyakitimu atau bagaimana, tapi … begitulah, lagi pula aku membayarmu perhari, kan? Jadi itu akan memudahkan kita untuk mengakhiri ini, soal kontrak antara kita di situs itu, kita bisa membuatnya berakhir juga dengan cepat, asal ada persetujuan dari kita berdua. Aku tahu ini akan sedikit berat bagimu, tapi aku yakin gajimu selama satu minggu ini sudah cukup untuk membuatmu bisa memulai kehidupan yang lebih baik. Kau mengerti, kan?” sambung Neptunus.
Nuansa masih diam, namun beberapa saat kemudian, ia akhirnya buka suara.
“Baiklah,” ujar Nuansa.
Neptunus sama sekali tidak merasa lega mendengar hal itu dari Nuansa, justru ia jadi merasa sangat bersalah, karena baginya, Nuansa beserta Arfan dan Durah pasti masih mengharapkan uang darinya, namun mau bagaimana lagi, dia pun tidak mungkin harus sampai merugi demi mereka, dan sejauh ini sendiri Neptunus telah banyak memberikan bantuan kepada Nuansa dan kedua orangtuanya, jadi mungkin tidak masalah jika dia mengakhiri kontrak di antara mereka sekarang, lagi pula memang kontraknya bisa di akhiri lebih cepat dari yang seharusnya, jadi sepertinya inilah akhir dari kisah mereka berdua.
“Kau marah?” tanya Neptunus.
“Aku minta maaf, aku juga merasa tidak enak untuk mengatakan hal itu padamu, tapi … tapi … aku … aku minta maaf,” lanjutnya, dan suasana kemudian menjadi hening.
Tersisa 1 menit lagi sebelum lampu merahnya berubah menjadi lampu kuning, kemudian menjadi lampu hijau, dan disaat itulah tiba-tiba Nuansa membuat pergerakan, ia duduk secara tegak, dan akhirnya melirik Neptunus.
Nuansa juga tiba-tiba tersenyum kepada pria itu.
“Tidak, aku hanya merasa sedih kita akan berpisah. Kau tahu? Tadinya aku berniat untuk tidak berbicara denganmu selama beberapa hari karena aku sangat kesal padamu, tapi begitu kau mengatakan hal itu tadi, aku tidak sanggup untuk tetap diam, jadi aku akan mengatakan apa yang ingin aku katakan sekarang,” kata Nuansa.
“Baiklah, aku akan mendengarkan,” ucap Neptunus.
“Ahahaha, ini bukan hal yang panjang, aku hanya ingin mengatakan bahwa … aku senang kau menyuruhku untuk diam tadi, dan kemudian kau malah banyak berbicara tentang dirimu. Awalnya aku merasa kesal dengan hal itu, tapi sekarang aku merasa sangat bersyukur.”
“Kenapa?”
“Karena itu pasti akan sangat kuingat, maksudku, kita akan mengakhiri masa kontrak kita dalam dua sampai tiga hari ke depan, jadi sebelum masa itu benar-benar tiba, aku ingin mendengar suaramu terus menerus, agar aku tidak terlalu merindukanmu nanti.”
“Jadi kau berencana untuk merindukanku?”
“Hahaha, tidak juga, tapi kau telah membuat kesan yang begitu banyak hanya dalam waktu satu minggu, jadi … itu semua pasti akan sangat membekas, dan … ya, gajiku darimu satu minggu ini sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk membuat kehidupanku menjadi lebih baik, jadi aku tidak merasa tidak masalah jika kau ingin mengakhiri kontraknya secepat ini, semoga kau bisa menyelesaikan kuliahmu dengan baik, aku akan selalu mendukungmu.”
Neptunus lantas tersenyum.
“Hei, jangan katakan hal itu sekarang, kita belum akan berpisah, nanti saja,” kata Neptunus beberapa saat kemudian.
“Kalau bisa aku ingin mengatakan hal itu padamu terus, karena aku yakin kalau nanti kita akan sangat jarang bertemu, bahkan mungkin tidak akan pernah lagi.”
“Jangan begitu, kau memiliki ponsel sekarang, kita masih bisa melakukan panggilan video, iya, kan?”
“Kuharap begitu, tapi aku paham bagaimana kuliah itu sangat menyita waktu, jadi fokus saja pada pada kuliahmu, untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Aku juga harus fokus untuk memulai usaha baru, yang tentunya akan menjamin masa depan keluargaku menjadi lebih baik. Jadi, pada dasarnya kita berdua akan sama-sama sangat sibuk setelah kontrak kita berakhir.”
“Ya, sepertinya kau benar.”
“Aku senang bisa berkenalan denganmu,” ujar Nuansa.
“Aku juga,” balas Neptunus.
Suasana kemudian menjadi hening, namun hanya untuk sesaat. Nuansa lalu menarik napas dalam-dalam sambil tersenyum, senyuman itu dibalas oleh Neptunus, tampaknya mereka sama-sama sedih dengan hal yang baru saja mereka bicarakan.
“Lampu merahnya! Lampu merahnya!” seru Nuansa secara tiba-tiba karena sekarang lampu merahnya sudah berganti dengan lampu hijau.
“Oh, astaga!” kata Neptunus, ia pun lantas langsung bersiap untuk menjalankan mobilnya, namun tiba-tiba pria itu terdiam saat melihat sesuatu dari arah jam 9.
“Neptunus, jalan!” Nuansa menyuruh Neptunus untuk menjalankan mobilnya karena di belakang mereka banyak kendaraan yang pengendara-pengendaranya membunyikan klakson kepada Neptunus.
Tetapi Neptunus tidak merespon Nuansa.
“Neptunus, ayo jalan!” teriak Nuansa sembari menggoyangkan badan Neptunus.
“Uh?! Ya?!” sahut Neptunus akhirnya.
“Apa yang kau lakukan?! Orang-orang dibelakang sudah marah-marah! Memangnya kau melihat apa?” tanya Nuansa.
“Ti-tidak ada, maafkan aku,” jawab Neptunus, ia pun kemudian langsung menjalankan mobilnya, mereka masih dalam perjalanan menuju rumah Neptunus.