Nuansa - Chapter 80
“Kalau begitu, sebaiknya kita mulai memikirkan usaha yang akan kita jalani setelah kontrak Nuansa dengan Neptunus selesai. Kita tidak akan kembali berjualan keripik singkong dengan modal sebanyak itu, kan?” kata Arfan.
“Ya, benar, setelah kontraknya berakhir, kita sudah harus memulai usaha baru kita. Maksimal adalah tiga hari lagi, itu waktu yang sedikit, tapi usahakan tetap cukup,” ucap Durah.
“Kau setuju, kan, Nuansa?” tanya Arfan pada Nuansa, ia sengaja bertanya seperti itu kepada putrinya sebab Nuansa terdiam sejak ia selesai bercerita tadi.
“Engh, ya … sangat setuju,” ujar Nuansa dengan jawaban yang terdengar sangat tidak meyakinkan.
Menyadari ada yang aneh dengan putri mereka, Arfan dan Durah pun lantas merasa bingung.
“Nak, ada apa?” tanya Durah pada Nuansa yang menundukkan kepalanya.
“Ada satu hal lagi yang ingin kubicarakan pada Ayah dan Ibu,” kata Nuansa.
“Katakan saja,” ucap Durah.
“Setelah kontraknya berakhir, tentu saja aku akan menjalani kehidupan normal lagi yang seperti biasa, berdagang lagi, namun beda dagangan, intinya, semuanya terasa kembali seperti semula, tapi akan jauh lebih baik. Termasuk tentang Reynand, setelah kontraknya berakhir, Ibu dan Ayah pasti akan semakin sering membahasnya, kan?” ujar Nuansa.
“Ah, iya, Ayah sampai lupa tentang Reynand,” kata Arfan.
“Setelah ini Ayah pasti tidak akan berhenti membicarakannya denganku, aku yakin itu.”
“Jadi … apa yang membuatmu merasa berat?” tanya Durah.
Nuansa kemudian menarik napas dalam-dalam.
“Baiklah, aku akan jujur pada Ayah dan Ibu, meskipun ini berat, tapi aku tetap akan mengatakannya,” ucap Nuansa.
“Aku … selama ini aku tidak pernah menyukai Reynand, aku sering menceritakan tentangnya dulu karena aku ingin tahu bagaimana tanggapan Ibu dan Ayah tentangnya, ternyata bagus, itu artinya dia memang pria baik-baik, karena menurut Ayah dan Ibu juga begitu. Aku berusaha untuk berteman baik dengannya sejak aku mendapatkan respon yang positif mengenai dirinya dari Ibu dan Ayah, tapi dia justru menafsirkan hal itu dengan salah. Dia menganggap semua itu adalah bagian dari sebuah perasaan, yang … yang mungkin bisa disebut sebagai cinta atau apalah itu. Dia menyukaiku karena kedekatan kami, tapi aku tidak. Suatu saat dia pernah menyatakan perasaan sukanya padaku langsung kepadaku, dan saat itu aku langsung menceritakannya ke Ayah dan Ibu, kan? Aku menolaknya, lalu Ayah dan Ibu menyuruhku untuk belajar menerimanya, menurut Ayah dan Ibu dia adalah pria yang baik, kita sama-sama menganggap apa yang Ayah dan Ibu katakan itu bukanlah sebuah paksaan, semuanya masih tergantung padaku, jika aku tidak mau bersama Reynand, seharusnya tidak apa-apa, tapi … aku tidak tahu kenapa aku tidak pernah bisa menyukainya, dia pria yang baik, Ibu dan Ayah menyukainya, tapi aku tidak bisa membalas perasaannya kepadaku. Dan setelah penyataan dia padaku langsung itu, aku terus berusaha untuk menumbuhkan rasa suka kepadanya, apa lagi Ayah dan Ibu benar-benar mendukungku untuk bersamanya, tapi … aku tetap tidak bisa, ketika aku berusaha untuk membangun rasa itu diantara hubungan kami yang sebatas berteman, aku merasa seperti masakan tanpa garam, hambar. Lalu aku menyadari bahwa aku sebenarnya tidak akan pernah bisa membalas perasaannya kepadaku, dan selama ini aku telah menyuruhnya untuk menunggu, karena aku sangat jujur kepadanya mengenai aku yang belum bisa membalas perasaannya, dan itu adalah hal yang sangat salah, karena ketika aku akhirnya memutuskan untuk ingin mengatakannya kepada dia juga Ayah dan Ibu, aku tidak bisa, aku merasa hal itu akan mengacaukan segalanya, jadi aku memendam hal itu, dan membiarkan Reynand terus menunggu saat di mana aku akan membalas perasaannya, tapi seperti yang aku bilang, aku tidak bisa membalas perasaannya. Sedih rasanya saat melihat Ibu dan Ayah berharap aku akan hidup bersama dengannya nanti, aku sangat ingin mengatakan semua ini pada Ayah dan Ibu sejak lama, tapi aku baru bisa melakukannya sekarang, karena untuk mengatakan kepada Ayah dan Ibu, menurutku aku sebaiknya mengatakannya dulu kepada Reynand,” jelas Nuansa panjang lebar.
“Dan kau sudah mengatakannya padanya?” tanya Arfan.
“Sudah,” jawab Nuansa.
“Apa tanggapan dia?” Giliran Durah yang bertanya.
“Mengejutkan,” jawab Nuansa.
“Huh?”
“Setelah aku terbuka kepadanya mengenai perasaanku padanya yang sebenarnya, dia … dia agak berubah, dia bukan Reynand yang kukenal dulu lagi.”
“Dia memaksamu untuk membalas perasaannya? Apa dia melakukan kekeran padamu?” tanya Arfan.
“Tidak, dia tidak melakukan kekerasan apapun padaku, tapi, ya, dia agak terkesan memaksaku untuk membalas perasaannya, dan itu membuatku semakin tidak menyukainya, dia … dia berbeda setelah aku mengatakan semua itu padanya.”
Suasana kemudian menjadi hening.
“Ketika aku pertama kali mengatakan semua ini kepadanya, perasaanku menjadi tidak karuan, sebab dia malah menyudutkanku, dia menyebutku sebagai wanita gila harta, atau marte, dan menjurus ke seperti murahan. Saat itu aku sempat keceplosan di hadapan Ayah dan Ibu, aku mengatakan kalau aku tidak mencintainya kepada Ayah dan Ibu, tapi mungkin baik Ayah maupun Ibu sudah lupa, karena bicaraku agak kurang jelas saat itu,” lanjut Nuansa.
“Dia menuduhmu dengan hal yang tidak-tidak seperti itu?!” tanya Arfan.
“Ya, dan yang lebih parahnya, dia menyuruh kak Taufan untuk mengorek informasi dariku. Aku … aku benar-benar tidak menyukainya sekarang. Msksudku, aku menang tidak pernah menyukainya dalam hal ketertarikan, tapi sekarang aku tidak menyukainya secara keseluruhan,” ujar Nuansa.
“Aku mengatakan semua ini pada Ayah dan Ibu sekarang untuk membuat semuanya menjadi jelas, dari pada Ayah dan Ibu nanti malah mendukungku untuk melakukan pendekatan dengannya usai kontrakku dengan Neptunus berakhir. Aku hanya ingin Ayah dan Ibu tahu, bahwa … bahwa aku tidak menyukainya, aku tidak pernah dan tidak akan pernah menyukainya, bahkan sekarang aku tambah tidak menyukainya,” sambung Nuansa.
“Kami mengerti, Nak, kami mengerti,” kata Durah seraya memeluk Nuansa.
“Ibu bersyukur kau akhirnya mengatakan semua ini, kau membuka penglihatan kami mengenai Reynand,” lanjutnya.
“Langsung katakan pada kami jika dia mengganggumu lagi, ya?” ucap Arfan.
“Baik, Ayah,” kata Nuansa.
Durah lantas mencium kening Nuansa. “Tidak apa-apa, pria seperti itu memang tidak cocok untukmu, kami akan melindungimu dari dia,” ujar Durah pada Nuansa.
“Tidak, aku yang akan mengurus dia jika dia berusaha untuk mengacau lagi,” kata Nuansa.
“Tapi-”
“Dengar, Ibu. Ini adalah permasalahanku dengannya, dan Ayah juga Ibu berhak untuk mencampurinya, tapi untuk menyelesaikannya, tetap aku satu-satunya yang bisa, dan harus menyelesaikannnya,” papar Nuansa, Durah hanya bisa diam.
“Baiklah, tapi berjanjilah untuk terus memberitahu kami jika kau mendapat gangguan darinya,” ucap Arfan.
Nuansa kemudian mengangguk.
“Terus ingat apa yang dikatakan Ayahmu itu,” kata Durah.
“Baik,” ujar Nuansa.